Mohon tunggu...
Diah Ayu Chairani
Diah Ayu Chairani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Diah Ayu Chairani

Penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ke Mana Perginya Eksistensi Suku Betawi di Jakarta?

3 Juni 2022   10:00 Diperbarui: 3 Juni 2022   13:25 3230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jakarte punye cerite," kalau suku Betawi, masihkah meninggalkan cerita di Jakarta? Sebagai ibu kota negara, Jakarta punya corak yang beragam. Mulai dari pembangunan, tata ruang, cara hidup, adat istiadat, dan lain sebagainya. Mendengar kata Jakarta, apa yang kamu pikirkan? Mungkin tempat beradu nasib, metropolitan, kota, padat dan masih banyak lagi.                                       

Saat ini pernahkah terbesit kata 'Betawi' saat kamu mengingat Jakarta? Suku Betawi merupakan penghuni awal Jakarta yang diperkirakan muncul pada abad ke-17. Terdapat beberapa pandangan yang berbeda mengenai asal muasal suku Betawi. 

Beberapa tokoh menyebutkan bahwa suku Betawi muncul dari hasil interaksi antar etnis dan bangsa di masa lalu yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Tjahjono (2003) menyatakan bahwa suku Betawi lahir dari perpaduan berbagai kelompok seperti Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon dan Tionghoa. 

Sumber: voi.id
Sumber: voi.id
Kata 'Betawi' juga punya makna yang berbeda-beda. Ridwan Saidi mengatakan bahwa kata Betawi berasal dari 'Pitawi' yang artinya "Larangan" mengacu pada sebuah situs "Batujaya" di Karawang yang dulunya merupakan sebuah Kota Suci yang tertutup. 

Menurut beberapa sumber suku Betawi dibagi menjadi dua bagian, yaitu, Betawi tengah (Betawi Kota) , adalah orang-orang Betawi yang berada di pada zaman akhir pemerintahan jajahan Belanda, kecuali Tanjung Priok (Sufianto, Sugiono dan Andyni, 2015). Sedangkan Betawi pinggiran adalah orang Betawi yang berada di luar kawasan tersebut.             

Jika dahulu  kita masih bisa melihat pernak-pernik Betawi menghiasi Jakarta, saat ini rasanya euforia itu sudah sedikit berkurang. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 penduduk suku Betawi yang ada di Jakarta tercatat hanya 28,1 persen, yang artinya lebih sedikit daripada suku pendatang. 

Banyak orang Betawi memilih pergi dari Jakarta dan tinggal di wilayah pinggiran. Mungkin karena perubahan yang sangat signifikan membuatnya harus berlomba di tanah kelahiran. 

Sumber: Kumparan.com
Sumber: Kumparan.com

Ini bukan permasalahan banyaknya suku di suatu daerah, tapi bagaimana suatu suku bisa tetap mempertahankan eksistensinya di tengah perubahan dan masuknya berbagai budaya baru di Jakarta. Sadar akan hal ini, Pemprov DKI Jakarta sudah mengeluarkan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2015 berkaitan tentang pelestarian budaya Betawi di Jakarta. Beberapa tempat juga sudah dipersiapkan sebagai cagar budaya. 

Jika dilihat penerapannya, upaya pelestarian sebenarnya terus dilakukan. Mungkin saat ini kamu masih bisa mengingat Betawi dengan ondel-ondel, kerak telor, acara Abang None Jakarta, atau dodol Betawi. Tapi tahukah kamu bahwa Betawi ternyata punya banyak sekali budaya yang menarik untuk dikenal dan dipelajari. 

Mari melipir dan mengintip lezatnya kuliner Betawi. Berdasarkan Dhian Tyas Untari dalam bukunya yang berjudul 'Ekowisata Kuliner Tradisional Betawi,' total terdapat 150 jenis makanan khas suku Betawi yang punya fungsinya masing-masing. 

Kuliner juga jadi bagian yang penting dalam pelestarian budaya. kuliner jadi refleksi hubungan suku Betawi dengan lingkungannya, ini menunjukkan bahwa masyarakat suku Betawi melakukan akulturasi dengan budaya daerah lain.

 Sumber: klikdokter.com
 Sumber: klikdokter.com

Hal tersebut merupakan segelintir kekayaan budaya Betawi yang perlu dilestarikan. Masih ada, budaya makan, acara penting, bahasa dan masih banyak lagi. Ini menunjukkan bahwa budaya di Indonesia sangat beragam dan punya banyak jenis. 

Meskipun saat ini sudah banyak upaya modernisasi dan pelestarian, nyatanya masih bisa kita hitung jari budaya suatu suku yang tetap lestari bahkan dikenal banyak orang.

Sumber: jalurrempah.kemendikbud.go.id
Sumber: jalurrempah.kemendikbud.go.id

Mungkin bukan hanya Betawi yang sedang redup eksistensinya, namun  juga suku lainnya di Indonesia. Melihat fakta ini, mungkin membuat kita lebih bisa membuka mata bahwa, identitas budaya dan eksistensinya harus tetap lestari agar Indonesia dengan ragam budayanya bukan hanya cerita di masa lalu. 

Betawi sebagai suatu suku di tengah dunia Jakarta yang global perlu dorongan lebih banyak dan serius dari berbagai pihak. Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, masyarakat juga harus turun tangan untuk memberikan dorongan lebih sebagai bentuk pelestarian budaya. 

SUMBER

Dr. Dhian Tyas Untari S.E, M. C. (2020). Ekowisata Kuliner Tradisional Betawi. Jakarta: Tribudhi Pelita Indonesia .

Erwantoro, H. (2014). Etnis Betawi: Kajian Historis . Patanjala, 1-16.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun