PIDATO SANG PEMIMPIN
      Salah satu adegan yang sangat krusial adalah ketika Daenerys berpidato kepada para pasukannya setelah penaklukan Kings Landing. Ketimbang memberikan pesan perdamaian untuk rakyat Seven Kingdoms yang lebih baik sesuai janjinya, ia justru memercik api perang. Sebagai orang yang cerdas, Tyrion Lannister menangkap pesan tersebut untuk menjadi senjata dalam "menghasud/menyadarkan" (menggunakan kata yang saling kontradiktif agar memberikan kesan netral) Jon Snow yang masih setia berpihak pada Daenerys pasca penghancuran Kings Landing.Â
Tyrion memberitahu Jon bahwa ia satu-satunya yang dapat mengambil peran untuk menghentikan aksi Daenerys. Ia meyakinkan Jon bahwa Seven Kingdoms dibawah kepemimpinan Daenerys tidak akan jauh lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Cersei Lannister. Daeneys masih akan memercik api perang kepada pemimpin-pemimpin di Seven Kingdoms yang tidak tunduk terhadapnya. Padahal, harapan rakyat Seven Kingdoms adalah tidak ada lagi pertumpahan darah pasca penaklukan Kings Landing.
      Berkaca pada proses pemilihan umum, kita tentu menyadari bahwa pidato dan pernyataan para tokoh/pemimpin sangat penting. Pidato dapat memotivasi untuk kebaikan/persatuan, di lain sisi pidato juga dapat menjadi pemicu kericuhan. Menang dan kalah dalam proses pemilihan umum tentu adalah hal yang wajar, sehingga para tokoh yang terlibat seyogyanya dapat memberikan statement/pidato yang bersifat positif, bukan provokatif. Kericuhan pemilihan umum yang saat ini terjadi, bisa jadi dipicu dari statement /pidato dari para tokoh. Ketika kericuhan terlanjur terjadi, yang diharapkan adalah hadirnya sosok yang dapat mengambil peran selayaknya Jon Snow yang kembali memberikan harapan "dunia yang lebih baik" bagi Seven Kingdoms. Tentu maksud penulis tidak dengan cara "membunuh", namun lebih pada kehadiran sosok tersebut dalam memberikan statement/aksi yang menyejukkan.
APAKAH YANG DILAKUKAN SUDAH BENAR?
Di akhir dari tulisan ini, penulis ingin mengutip dialog antara Tyrion Lannister dan Jon Snow pasca Daenerys Targaryen dibunuh oleh Jon.
Jon Snow: (dengan perasaan yang terus mempertanyakan keputusannya yang telah membunuh Ratu sekaligus kekasihnya, Daenerys Targaryen). "Apakah yang saya lakukan saat ini sudah benar?" tanyanya pada Tyrion Lannister.
Tyrion Lannister: "Jon, tanyakan saya pertanyaan yang sama sepuluh tahun kemudian."
Penulis mencoba menganalogikan perasaan yang dirasakan oleh Jon Snow dengan para pemilih yang telah memberikan suaranya pada Pilpres 2019. Entah pemilih memberikan suara untuk paslon 01, paslon 02, atau bahkan memilih untuk/karena terpaksa tidak memberikan suara. Apapun itu, KPU telah menjalankan tugasnya dan telah mengumumkan hasil rekapitulasi suara yang dimenangkan oleh salah satu pasangan calon. Seperti kata Tyrion Lannister, suatu proses tidak serta merta dapat dijawab dengan instan. Mari tidak mudah untuk menghakimi proses tertentu, biarkan ia berjalan dahulu sebagaimana adanya. Paslon yang memenangkan pemilu 2019 saja belum dilantik apalagi bekerja. Bersabarlah sedikit. Perubahan tidak semudah pesulap menghilangkan Burung Merpati dari tangannya. Mendukung dan percaya pada pemimpin yang terpilih juga kewajiban dari rakyat. Jikapun akan meng-kritik, berikan dengan cara yang santun dan positif sesuai jalur-jalur yang sudah disediakan. Indonesia tidak sedang dalam keadaan darurat, kecuali kita memilih untuk saling perang dan membuatnya tercerai berai. Tidak perlu khawatir berlebihan. Jika belum apa-apa sudah menagih kartu pra kerja tanpa mau berusaha sebagai bentuk "sinis" kita terhadap pemimpin terpilih, bukankah berharap pemimpin menjadi One Man Show juga bentuk dari kezaliman? Mari saling memperbaiki, saling introspeksi.
Jon Snow barangkali belum benar-benar yakin atas keputusan yang telah dibuatnya. Namun, menghentikan aksi-aksi provokatif adalah sikap yang paling patriot yang paling bisa ia lakukan untuk menjaga Seven Kingdoms saat itu. Tentang bagaimana sikap kita dalam menjaga Indonesia, saran penulis, belajarlah dari Game of Thrones!
Yogyakarta, 23 Mei 2019