Mohon tunggu...
Diah Asih Sukesi
Diah Asih Sukesi Mohon Tunggu... Administrasi - Hobby Menulis, Travelling, Masak jika mau

Pegawai Menikah dan memiliki 3 orang anak

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Doom Spending, Dampak dan Cara Mengatasinya

2 Oktober 2024   11:00 Diperbarui: 2 Oktober 2024   11:03 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doom Spending, Dampak dan Cara Mengatasinya.

Suatu hari temanku berkisah ketika masa covid dahulu, toko onlinenya laku keras hingga 2 tahun dia bisa membeli rumah dengan harga 1,7 Milyar secara cash.

Masa covid banyak orang yang tidak bisa melakukan aktifitas keluar rumah, akhirnya ada yang bisa menyikapi dengan baik melalui hobby berkebun jika memiliki lahan luas tapi ada yang menyalurkan tingkat stresnya dengan melakukan belanja online, salah satunya mungkin di toko sahabatku itu. 

Istilah doom spending adalah istilah yang menggambarkan kebiasaan belanja impulsif yang dilakukan seseorang sebagai cara untuk mengatasi stres, kecemasan, atau perasaan negatif lainnya. Istilah ini berasal dari kata "doom" yang berarti "nasib buruk" atau "kiamat" dan "spending" yang berarti "pengeluaran".

Jadi, doom spending bisa diartikan sebagai "belanja karena merasa kiamat".

Mengapa orang melakukan doom spending?

 * Mengatasi stres: Belanja dianggap sebagai cara cepat untuk merasa lebih baik dan melupakan masalah.

 * Mencari kenyamanan: Membeli barang baru memberikan perasaan senang dan puas sesaat.

 * Merasa tidak berdaya: Di tengah ketidakpastian, belanja menjadi bentuk pengendalian diri.

 * Pengaruh media sosial: Iklan dan tren di media sosial mendorong keinginan untuk memiliki barang-barang tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun