Nah apakah di Indonesia ada...sebenarnya sekolah kejuruan sudah berbasis pada kompetensi dan keahlian siswa.
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Putu Sudira,MP. Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY putupanji@uny.ac.id
Pembelajaran berbasis kompetensi kembali menjadi perhatian praksis jagat pendidikan kita untuk memulihkan praksis-praksis pendidikan konvensional yang cenderung abstrak, tekstual, verbal, artifisial, dan maya. Praksis pembelajaran berbasis kompetensi menekankan mahasiswa untuk mengenal nilai (logos), menginternalisasikan nilai-nilai kedalam hati nurani (etos), dan menerapkan nilai-nilai yang dipelajari kedalam kehidupan sehari hari (patos). Pembelajaran berbasis kompetensi menerapkan keutuhan proses knowing, loving dan doing atau acting. Tujuh prinsip dasar pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi melandasi konsepsi pengembangan pembelajaran kejuruan/vokasi.
Pembelajaran berbasis kompetensi bukan sesuatu hal yang baru dalam jagat pendidikan. Belanda pada masa penjajahan pada tahun 1853 mendirikan sekolah kejuruan yang diberi nama Ambachts School van Soerabaia atau Sekolah Pertukangan Surabaya yang diperuntukkan bagi anak-anak Indo dan Belanda sudah menggunakan pendekatan berbasis kompetensi. Sejak dulu pendidikan kejuruan telah menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Di Bali seorang anak yang menginginkan memiliki kompetensi menari cukup datang ke Balai Banjar bersama sekehe teruna-teruni belajar bersama menari dan menabuh untuk mengenal nilai (logos), menginternalisasikan nilai-nilai seni kedalam hati nurani (etos), dan menerapkan nilai-nilai yang dipelajari kedalam kehidupan sehari hari di Banjar (patos). Terbukti pola semacam ini telah melahirkan seniman-seniman besar dalam bidang seni tari seperti Ketut Mario, I Wayan Retug, I Nyoman Kakul, I Ketut Dibyaguna.
Ada beberapa masalah -masalah jika kita ingin menerapkan sekolah berbasis keahlian yang cenderung memgarah pada kurikulum merdeka, untuk anak2 yang cenderung menyukai gambar, cenderung suka olahraga harus melaksanakan ujian yang bersifat umum yaitu didominasi pengetahuan kognitif bukan ujian praktek atau ketrampilan sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki.
Semoga dengan kebijakan kurikulum merdeka akan semakin banyak sekolah-sekolah yang berbasis pada keahlian dan kompetensi siswa, yang tentunya dibangun sejak usia dini sehingga bisa lebih terpantau dan fokus pada keahlian dan kompetensi yang dimiliki oleh siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H