Mohon tunggu...
Diah Ayu
Diah Ayu Mohon Tunggu... karyawati -

Hati berdarah rindu... lengkung senyum sunyi syahdu... hening memaksaku bertamu... saat sunyi menghujam mimpi... membuyar angan.. terkunci dalam bayang - bayang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ayahku, Pahlawanku

10 November 2015   09:49 Diperbarui: 10 November 2015   10:24 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala pagi membuta, diriku masih terlelap dibuai mimpi. Gerimis pagi membasah atap, kuterbangun nampak memcium aroma masakan dari bapakku. Hidup hanya berdua, semenjak usia 6 tahun, ibuku yang berawal kerja nan jauh disana, hingga kini tanpa kabar berita.. Riuh ramai tetanggaku membicarakan kabar ibuku yang katanya sudah menikah dibawah tangan dengan laki laki lain.

Usai sarapan berdua, laju sepeda tua itu dikayuhnya tanpa lelah mengantarku ke Madrasah, selepas itu bapakku berlanjut bekerja menjadi buruh tani pada tuan tanah di desaku. Mulai pagi hingga sore tiada peduli panas mentari menyengat dan peluh membasah di badan, dia singsingkan lengan demi aku dan pendidikan ku.

Berlanjut hingga belasan tahun, aku lulus sarjana yang kebetulan dibantu bea siswa dari sekolah. Wisuda ku hanya berteman dengan bapakku, yang sudah nampak lelah di usianya yag tak lagi muda..  Prakata terucap di podium bingkisan untuk ayah.

 

TERIMA KASIH AYAH

 

Tabur kasih sayang

Pahlawan hati

Santun bakti

Ananda

 

Mgt, 10112015 

Pic. SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun