Kala pagi membuta, diriku masih terlelap dibuai mimpi. Gerimis pagi membasah atap, kuterbangun nampak memcium aroma masakan dari bapakku. Hidup hanya berdua, semenjak usia 6 tahun, ibuku yang berawal kerja nan jauh disana, hingga kini tanpa kabar berita.. Riuh ramai tetanggaku membicarakan kabar ibuku yang katanya sudah menikah dibawah tangan dengan laki laki lain.
Usai sarapan berdua, laju sepeda tua itu dikayuhnya tanpa lelah mengantarku ke Madrasah, selepas itu bapakku berlanjut bekerja menjadi buruh tani pada tuan tanah di desaku. Mulai pagi hingga sore tiada peduli panas mentari menyengat dan peluh membasah di badan, dia singsingkan lengan demi aku dan pendidikan ku.
Berlanjut hingga belasan tahun, aku lulus sarjana yang kebetulan dibantu bea siswa dari sekolah. Wisuda ku hanya berteman dengan bapakku, yang sudah nampak lelah di usianya yag tak lagi muda.. Â Prakata terucap di podium bingkisan untuk ayah.
Â
TERIMA KASIH AYAH
Â
Tabur kasih sayang
Pahlawan hati
Santun bakti
Ananda
Â
Mgt, 10112015Â
Pic. SINI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H