Mohon tunggu...
Diah Fitri Patriani
Diah Fitri Patriani Mohon Tunggu... Guru - Muslimah Pemerhati Umat

Muslimah Pemerhati Umat di kota Probolinggo

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jeratan Hutang Yahudi dan Tanah Palestina yang Tergadaikan

2 Desember 2023   11:30 Diperbarui: 2 Desember 2023   11:30 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena tekanan yang besar dari dalam dan luar Daulah maka Sultan Hamid II yang dianggap sebagai penghalang bagi terlaksananya ambisi Zionis Israel, berhasil dijatuhkan pada 27 April 1909 setelah 33 tahun berkuasa. Melalui serangkaian konspirasi dan revolusi yang dimotori oleh Gerakan Freemasory dan Iluminity  kesemuanya dalam rangka mendirikan Erez Israel (Israel Raya) di tanah Palestina. Kekuasaan setelahnya Sultan Muhammad V tidak memiliki wibawa dan kekuatan hanya sebagai symbol belaka.

Dengan semakin lemahnya ekonomi Utsmaniyah dimana ia pun terseret pada Perang Dunia I yang sebenarnya tidak sanggup dihadapinya, maka Utsmaniyah tak dapat lagi menolak Deklarasi Balfour tahun 1917 yang diantara isinya adalah pendirian "National home for the Jewish people" di palestina. Pada tahun 1918

Kondisi Pasca Perang Dunia I (1922) para kaum nasionalis di dalam tubuh Ustmani terus menyebarkan virus sekulerisme. Mustafa Kemal Ataturk (seorang Freemasonry dan Illuminity) pada 29 Oktober  1923 ia memproklamirkan Republik Turki dan dirinya sendiri sebagai presidennya. Pada 1 Maret  1924 Kemal mengumumkan penghapusan kekhilafahan sekaligus mengusir seluruh dinasti ustmaniyah dari Turki.

Sejak saat itulah umat Islam di Palestina tidak memiliki lagi pelindung mereka, seperti anak itik yang kehilangan induknya. Pada 1948 kasus Nakbah menjadi saksi Sejarah yang tidak pernah terlupakan dimana rakyat Palestina dipaksa meninggalkan tanah-tanah mereka yang dirampas para eksodus Yahudi Eropa yang hendak mendirikan negara Israel di tanah Palestina.

Tujuh puluh lima tahun kemudian tepatnya 7 Oktober 2023 rakayat Palestina melakukkan perlawanan terhadap penjajah Israel yang kemudian dibalas Israel dengan aksi genosida besar-besaran, bahkan terbesar mengalahkan Nakbah 1948. Jumlah korban jiwa dari serangan bom tentara IDF mencapai 15.000 jiwa dikalangan sipil tidak berdosa.  Alih-alih melakukan perang tanding di medan perang melawan tentara Hamas, tentara IDF Zionis Isreal justru membunuh warga sipil tidak berdosa di daerah-daerah pemukiman, rumah sakit, sekolah dan area pengungsi pun tidak luput dari serangan bom mereka.

Shut Down Sistem Kapitalisme Zionis Ganti Dengan Sistem Islam

Kejahatan Zionis Israel bagaimanapun tidak akan membuat mereka berhenti karena mereka di support oleh sistem kapitalisme yang akan tetap membuat mereka hidup, dan jika sudah stabil kembali keadaan ekonomi mereka, maka akan melakukan kerusakan di atas bumi ini kembali. Artinya upaya boikot produk-produk Israel, gencatan senjata dan lain sebagainya hanya solusi sementara karena akar masalahnya adalah Zionis hidup di alam kapitalis sementara umat yang diluar Yahudi terutama bagaimana kebencian terhadap umat Islam hanya akan menjadi tumbal-tumbal hidup mereka untuk berkuasa di muka bumi ini.

Maka umat manusia butuh hidup diatas sistem yang shohih, sistem yang berasal dari sang pencipta kehidupan, pencipat manusia dan alam semesta ini. Sistem yang tidak membolehkan riba hidup diatas muka bumi, sistem yang mengharamkan pembunuhan tanpa haq, sistem yang menghargai nyawa sesama manusia, sistem yang mengajak manusia kepada penghambaan La Illa ha Ilallah Muhammad Rasulullah. Yaitu Islam.

Mestinya kita bangsa Indonesia bisa belajar dari Palestina, begitu besarnya hutang negara ini pada luar negeri akankah kita akan mengalami hal yang sama dengan Palestina?

Wallahu a’lam bishowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun