Sesuai dengan kalimat yang menjadi inspirasi nama “Isola”, yaitu M’Isolo E Vivo—aku mengasingkan diri dan bertahan hidup, vila tersebut sepertinya menjadi tempat bagi Berretty untuk beristirahat dari keriuhan dunia. Selain menjadi tempatnya beristirahat, Berretty juga sempat membuka akses vilanya kepada masyarakat umum dalam rangka mengadakan semacam penggalangan dana atau acara amal seperti yang ditulis dalam Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie tanggal 18 Mei 1934. Sayangnya, Berretty tidak punya waktu yang lama untuk menikmati vila mewah tersebut. Pada 19 Desember 1934, ia terlibat kecelakaan pesawat ketika terbang dari Belanda dan meninggal seperti halnya penumpang lain dalam pesawat itu.
Vila Pasca Kematian Berretty
Berretty pergi meninggalkan sebuah vila besar yang sangat megah ini. Tidak hanya bangunan dan perabotan mahal yang ditinggalkan, berdasarkan sebuah iklan di surat kabar Het Ochtendblad van de Avondpost tanggal 10 Februari 1935, terdapat beberapa jenis binatang mulai dari kuda, rusa, angsa hitam, dan berbagai jenis burung hias yang sebelumnya diurus di vila kemudian dijual. Berretty begitu kaya hingga ada semacam kebun binatang kecil di dalam vilanya.
Setelah kepergian Berretty, Isola dibeli oleh pihak Hotel Homann dan dialihfungsikan menjadi sebuah hotel mewah yang mulai beroperasi pada tanggal 1 Desember 1935 (Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie tanggal 2 November 1935). Sayangnya, meninjau dari berita dalam surat kabar De Indische Courant edisi 14 November 1938, Hotel Isola ditutup pada akhir tahun 1938 akibat manajemen yang buruk. Isola sempat difungsikan juga sebagai markas militer pada masa pendudukan Jepang hingga masa revolusi kemerdekaan, pihak yang menggunakannya pun berganti-ganti.
Nieuwsgier van Woensdag edisi 21 Juli 1954 mengabarkan bahwa Isola dibeli oleh Pemerintah Indonesia untuk direstorasi dan digunakan menjadi sebuah sekolah. Sekolah yang dimaksud adalah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) Bandung yang di kemudian hari akan menjadi UPI. Peresmian Isola sebagai gedung kuliah dilakukan pada 20 Oktober 1954, namanya pun diganti menjadi Bumi Siliwangi sesuai dengan semangat untuk menasionalisasikan segala hal yang berbau asing pada masa itu. Sejak tahun 1966 hingga sekarang, gedung Isola digunakan sebagai kantor rektor UPI.
Meski namanya secara resmi sudah berganti, masyarakat lebih mengenalnya dengan nama Villa Isola. Bangunan indah yang sudah lama berdiri ini menyimpan banyak catatan sejarah sejak masa kolonial, dan semoga saja Pemerintah Indonesia akan terus melestarikan warisan budaya ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H