Mohon tunggu...
Dian Rusniyanti
Dian Rusniyanti Mohon Tunggu... Administrasi - Sajak-sajak hidup

SEDERHANA ITU BAHAGIA BAHAGIA ITU SEDERHANA

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bermanja dan Mengadu

14 Maret 2021   12:51 Diperbarui: 14 Maret 2021   12:54 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Guratan cahaya melaburi wajah

Kau merunduk lalu berpaling

Sanggar tatapanmu

Terukir jelas tanya pada raut wajahmu

 

Haru .. dan aku tersenyum ..

Mendewasalah..

Hai kamu yang menempati rahim ibu setelah aku

Guratan cahaya itu tak seberapa 

 

Sepiring nasi jadi saksi 

Bagaimana kita berbagi

Segelas air jadi saksi

Akrabnya dahaga dan kelegaan

 

Hai kamu .. 

Yang bermanja dipangkuan ibu 

Merengek dan mengadu

Tentangku yang gemar menggoda

 

Langkah lugu kita 

Berlarian kian kemari 

Menelusuri waktu sehari

Dengan tawa dan air mata

 

Cemas di sore hari 

Kita pulang dengan ragu 

Antara kaki dan tangan 

Manakah yang disalahkan

 

Ada tangisan tetap tiap senja

Kita yang keluh tanpa sesal

Berupaya membenarkan diri

Mengadu mencari perlindungan

 

Dipangkuan pria sederhana

Dua gadis kecil ini bermanja

Kita mulai mengadu

Tentang kaki dan tangan yang disalahkan

 

Ya .. itulah kita yang belia 

Bermanja dan mengadu

Lugu dan lucu 

Haru tuk ku kenang

 

Disudut teras, pojok halaman depan

Kau duduk termanggu

Wajah kesalmu tak terelakan

Sesekali menghela nafas panjang

 

Dibawah guratan cahaya bulan

Tiang-tiang tak bernyawa jadi saksi

Kau bersandar dan bergumam

Mengeluhkan kesesakan dalam hati

 

Aku tertawa geli 

Mendewasalah saudaraku

Aku pun telah melewatinya

Tanya dan kesesakan

 

Kita tak dapat mengadu dan bermanja

Pada pangkuan pria sederhana itu, ayah ..

Apa lagi merengek dan merayu dipangkuan ibu ..

Bermanjalah dengan hembusan angin malam

 

Berkawanlah dengan tiap kesesakan

Kenalilah kesesakan itu

Pahamilah segala caranya

Niscaya kau dapati jawaban atas tanyamu

 

Terbiasalah saudaraku

Waktu terus berganti

Keadaan terus berubah

Tetaplah jadi dirimu sendiri

 

Wajah sanggarmu itu

Wajah sanggarku setahun lalu

Guratan cahaya diwajahmu itu

Guratan cahaya diwajahku setahun lalu

 

Dian Rusniyanti

Ende, 14 Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun