Mohon tunggu...
Dhyane Permata Widodo
Dhyane Permata Widodo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang

Travelling & Study

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Male Gaze dalam Iklan: Perspektif Feminisme dan Pengaruh

13 Desember 2023   18:42 Diperbarui: 13 Desember 2023   18:45 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dampak Terhadap Perempuan

Menurut kami male gaze memiliki dampak yang signifikan terhadap persepsi dan peran perempuan di masyarakat. Saat perempuan dipresentasikan melalui pandangan male gaze, bias gender dan stereotip yang menggambarkan perempuan sebagai objek keinginan atau hanya sebagai objek tambahan untuk memenuhi kepuasan visual laki - laki dapat mengakibatkan beberapa konsekuensi negatif. Akan terjadi pembatasan terhadap representasi perempuan sebagai individu yang memiliki keberagaman, kecerdasan, dan kemampuan di luar dimensi fisik dan seksual. Hal ini dapat memperkuat pandangan bahwa nilai perempuan terutama terletak pada penampilan fisik mereka, bukan pada prestasi atau potensi intelektual.

Selain itu, penggunaan male gaze dalam periklanan dapat memperkuat norma-norma sosial yang memandang perempuan sebagai objek pasif yang ada untuk memuaskan pandangan laki-laki. Dengan menghadirkan citra perempuan yang sesuai dengan stereotip gender yang telah ada, periklanan yang menerapkan male gaze dapat secara tidak langsung mengkonfirmasi dan memperpetuasi ketidaksetaraan gender. Ini dapat berdampak pada persepsi masyarakat terhadap peran dan nilai perempuan, menciptakan ekspektasi yang tidak realistis dan membatasi aspirasi mereka dalam kehidupan nyata.

Dalam konteks periklanan yang menggunakan male gaze, dampak psikologis pada perempuan menjadi semakin relevan. Terpaparnya perempuan dalam gambaran yang mereduksi mereka menjadi objek seksual tidak hanya menciptakan tekanan dan ketidakpuasan terhadap tubuh, namun juga merugikan kesehatan mental perempuan serta mempengaruhi persepsi mereka terhadap identitas dan nilai diri. Pemahaman kritis terhadap penggunaan male gaze dalam periklanan menjadi penting dalam rangka mempromosikan representasi yang lebih seimbang dan mendukung perkembangan positif bagi perempuan dalam masyarakat.

Sejalan dengan perspektif feminisme yang ditegaskan oleh Freedman (2002 hal: 7), gerakan ini muncul sebagai keyakinan bahwa laki-laki dan perempuan seharusnya setara derajat. Pemaparan perempuan sebagai objek seksual dalam media dianggap sebagai manifestasi dari penindasan gender yang menjadi fokus gerakan feminis. Kritik terhadap penggunaan male gaze dalam periklanan bukan hanya sebatas masalah estetika, melainkan juga mencerminkan ketidaksetaraan sosial. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam terhadap peran periklanan dalam mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap gender menjadi krusial dalam upaya mengatasi ketidaksetaraan yang terus berlangsung.

Freedman juga menekankan bahwa feminisme sebagai teori tentang penindasan gender (Launius & Hassel, 2014: 4) memberikan perspektif yang kritis terhadap fenomena ini. Selain itu, media, sebagai agen dalam melanggengkan dominasi laki-laki, terlibat dalam menciptakan representasi perempuan yang seringkali berada dalam situasi rentan dan terpapar dalam konteks fantasi seksual laki-laki. Kultur kapitalisme turut memainkan peran dalam menormalisasi pelecehan terhadap perempuan melalui media, sehingga segala bentuk subordinasi terhadap perempuan dianggap wajar.

Melalui media, terutama iklan, stereotip gender diperkuat dan menciptakan pandangan yang tidak realistis tentang perempuan. Representasi perempuan dalam media, yang sering dipandang dari perspektif laki-laki, menguatkan objektifikasi dan fokus pandangan yang terpusat pada sudut pandang laki-laki terhadap perempuan. Dengan demikian, untuk mencapai kesetaraan gender yang diusung oleh gerakan feminis, perlu adanya pemahaman kritis terhadap male gaze dalam periklanan serta upaya untuk mengubah representasi gender yang tercipta melalui media.

Menurut kami, male gaze menciptakan pandangan serta tantangan besar dalam menghadapi objektivitas perempuan, yang mempersempit perempuan menjadi objek seksual dalam media. Konsep ini menimbulkan tekanan pada perempuan, khususnya perempuan muda, sehingga menghasilkan representasi yang sering kali memanfaatkan perempuan sebagai objek eksploitasi. Baik dalam media maupun dalam hubungan interpersonal. Perempuan juga merasa terbebani untuk memenuhi ekspektasi atau harapan pandangan laki - laki terhadap perempuan dalam media terutama iklan. 

Para perempuan merasa terbebani oleh standar yang telah ditanamkan oleh pandangan laki - laki terkait penampilan fisik maupun perilaku sosial. Dalam media yang sering mengekspos citra yang menuntut lebih seorang perempuan bertingkah laki dan berpenampilan. Dalam hal ini, menciptakan tekanan emosional bagi perempuan yang dapat membatasi kebebasan perempuan dalam berekspresi dan berinteraksi sosial yang pada akhirnya menimbulkan perasaan ketidakpuasan serta kehilangan percaya diri jika mereka tidak mampu memenuhi harapan atau ekspektasi laki - laki. Konsep ini menciptakan dinamika sosial yang mempengaruhi cara perempuan memandang diri mereka serta membatasi kebebasan mereka dalam berekspresi. Soroti pencapaian dan perjuangan feminis dalam merespons media yang bias gender.

 

Untuk mengurangi atau mengubah representasi gender yang tidak seimbang dalam media ini dapat menggunakan solusi yang tepat seperti memberikan pendidikan kesadaran gender oleh lembaga pendidikan untuk membantu memperkuat pemahaman sejak dini tentang stereotip gender serta dampaknya dalam media. Memberikan pelatihan serta sosialisasi khusus kepada praktisi media untuk menghindari bias gender. Serta kerjasama antara industri media, aktivis gender, dan komunitas untuk mengidentifikasi, mengkritisi, dan memperbaiki representasi yang tidak seimbang serta menciptakan pandangan yang lebih inklusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun