Negara-negara seperti Uni Soviet dan Tiongkok mengadopsi Marxisme karena mereka melihat teori ini sebagai alat untuk membangun struktur masyarakat baru yang lebih egaliter setelah menggulingkan sistem lama yang dianggap menindas. Pemikiran Marx tentang penghapusan kepemilikan pribadi atas alat produksi dan pengelolaan ekonomi secara kolektif dianggap relevan dalam upaya mewujudkan pemerataan kesejahteraan. Selain itu, konsep perjuangan kelas yang diusung Marx memberikan justifikasi ideologis bagi partai-partai komunis untuk memobilisasi rakyat dalam revolusi melawan kaum borjuis.
Meskipun demikian, penerapan teori Marx di berbagai negara sering kali mengalami modifikasi dan interpretasi sesuai dengan konteks politik, sosial, dan budaya setempat. Pemimpin seperti Lenin, Stalin, dan Mao Zedong menambahkan elemen-elemen baru ke dalam Marxisme untuk menyesuaikan teori dengan kebutuhan praktis mereka, menciptakan varian yang dikenal sebagai Marxisme-Leninisme atau Maoisme. Namun, esensi dasar dari ajaran Marx---yaitu cita-cita menciptakan masyarakat tanpa kelas yang adil dan bebas dari eksploitasi---tetap menjadi inti dari ideologi negara-negara komunis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H