Korban lainnya yang menceritakan kisahnya mengatakan,
Mereka mulai menggeledah kami dan melepaskan pakaian kami secara paksa. Sekitar 10 sampai 15 tentara memperkosaku, meninggalkan saya di sana lalu pergi. Seluruh pakaianku penuh darah dan air kencing.
Bahkan berminggu-minggu kemudian, dia masih mengalami pendarahan internal. Namun, stigma yang dideritanya begitu kuat sehingga dia menyembunyikannya bahkan dari dokter, karena takut suaminya akan tahu dan menolaknya.
Suami saya bahkan mengancam akan meninggalkanku jika tidak segera sembuh dari pendarahan.
Di atas merupakan sebagian kecil contoh-contoh yang terjadi di dunia ini. Masih banyak kasus yang mungkin belum diketahui atau kurang menjadi perhatian dunia.
Dalam perkosaan massal di Nanking, pasukan Jepang memperkosa secara beramai-ramai antara 20.000 hingga 80.000 perempuan China dari berbagai usia. Di lapangan, tentara Jepang bahkan memaksa para bapak memperkosa putri-putrinya dan anak laki-laki memperkosa ibunya.
BBC melaporkan, bersamaan dengan pembersihan etnis pada Perang Bosnia, perkosaan sistematis dilakukan agar perempuan-perempuan Bosnia dan Kroasia melahirkan bayi-bayi Serbia.
Dalam konflik Pakistan dan Bangladesh, para pelaku kekerasan mengatakan mereka memperkosa agar para perempuan Bangladesh mengandung 'anak-anak Punjabi'.
Milisi Janjawid di darfur pada 2004 menggunakan perkosaan massal untuk menghukum, mempermalukan dan mengontrol komunitas-komunitas non-Arab.
Rusaknya kepercayaan antar anggota masyarakat dan konflik internal merupakan tujuan yang diperhitungkan dalam strategi perkosaan massal. Efeknya adalah merusak spirit pasukan musuh atau mencegah potensi perlawanan.