Oleh
Dhiyaul Aulia
Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Â adalah kegiatan belajar mengajar yang dilangsungkan dengan menggunakan media internet atau pembelajaran daring (online). Â Sistem pembelajaran jarak jauh sendiri sebenarnya baru populer setelah pandemi COVID-19 menguasai dunia, salah satunya Indonesia yang ikut terdampak COVID-19. Pembelajaran jarak jauh bukan merupakan metode pembelajaran yang baru dalam dunia pendidikan, metode ini sudah digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1892. Sebelum adanya wabah pandemi ini, pembelajaran jarak jauh masih cukup terbilang jarang digunakan oleh instansi pendidikan, baik universitas, sekolah, maupun tempat les. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran secara tatap muka dinilai lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan metode pembelajaran jarak jauh. Namun, saat ini karena adanya wabah pandemi COVID-19 yang mengharuskan kita membatasi interaksi antar individu, maka dari itu pemerintah sepakat untuk memutuskan semua kegiatan belajar mengajar baik itu ditingkat universitas atau sekolah, harus dilakukan secara online/jarak jauh.
Penutupan sementara lembaga pendidikan demi menahan penyebaran pandemi covid-19 berdampak pada jutaan pelajar. Gangguan yang dialami dalam kegiatan belajar ini berdampak juga pada psikologis peserta didik dan akan menurunkan kualitas para peserta didik. Hal ini menjadi beban bagi lembaga pendidikan, terlebih bagi negara yang harus memfasilitasi kelangsungan bagi semua institusi pendidikan. Indonesia dinilai belum cukup baik dalam mempersiapkan pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi ini. Karena banyak ditemukan dampak dari pembelajaran jarak jauh di Indonesia, baik itu dampak dalam jangka pendek maupun dampak dalam jangka panjang. Pada tulisan kali ini saya akan menjabarkan apa saja dampak dari pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi ini.
Pembelajaran jarak jauh dimasa pandemi ini di nilai menguntungkan karena fokus utamanya adalah demi kebaikan masyarakat agar terhindar dari bahaya virus, namun yang sangat disayangkan adalah masih banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang sulit atau bahkan tidak mendapatkan akses internet, ada beberapa masyarakat yang kurang bisa memahami penggunaan gawai/internet itu sendiri, atau bahkan tidak bisa membeli gawai karena harganya yang kurang bisa dijangkau oleh mereka dan biasanya hal ini merupakan ancaman bagi peserta didik untuk putus sekolah dan terpaksa harus bekerja yang pada akhirnya membuat mereka terpaksa keluar rumah. Dapat kita ketahui bahwa kenyataannya pembelajaran jarak jauh ini memberikan banyak dampak bagi banyak orang.
Pembelajaran jarak jauh tentunya mengharuskan peserta didik untuk menggunakan gadget. Nah dari sini peserta didik dapat kecanduan gadget karena setiap hari mereka selalu menggunakan gadget. Bagi peserta didik tentunya gadget merupakan hal yang sangat menarik perhatiannya karena memiliki beragam fungsi. Inilah yang menyebabkan peserta didik ingin selalu mengetahui lebih dalam mengenai gadget. Yang biasanya membuat peserta didik kecanduan dalam menggunakan gadget adalah karena game, kecanduan karena game dapat menjadi sangat mengganggu pelajaran karena biasanya mereka bermain game justru ketika sedang pelajaran berlangsung.
Karena pembelajaran tidak dapat dilaksanakan dengan tatap muka langsung, peserta didik biasanya akan lebih menyepelekan tugas yang diberikan oleh gurunya. Karena itu mereka akan lebih sering tidak mengerjakan tugas, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor dari anak itu sendiri, faktor dari orang tua dan faktor teknisnya. Faktor dari anak yang bersangkutan itu seperti yang tadi sudah dijelaskan adalah kecanduan game sehingga waktu nya lebih banyak digunakan untuk bermain game. Lalu biasanya juga anak lebih banyak main dengan temannya dilingkungan sekitar rumahnya, oleh karena itu tugasnya menjadi terbengkalai. Faktor dari orang tua adalah orang tua hanya sibuk dengan pekerjaannya sehingga ia tidak memiliki waktu untuk anaknya. Karena itu orang tua tidak bisa memantau anaknya dalam pembelajaran jarak jauh dan anak jadi tidak terkontrol. Lalu yang terakhir faktor teknis, beberapa peserta didik tidak mengumpulkan tugas dengan alasan memiliki kendala teknis seperti signal, tidak memiliki gadget dan lain lain. Penerapan pembelajaran jarak jauh memiliki dampak psikologis bagi para siswa. Karena para siswa tidak menguasai materi pembelajaran jarak jauh, siswa akan mengalami cemas dan khawatir. Hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja karena tentunya siswa akan tidak nyaman selama pembelajaran jarak jauh dan nantinya akan berdampak pula pada pencapaian belajarnya.
Siapa itu Talcott Parsons?
Talcott Parsons dilahirkan di Colorado Springs, Colorado, USA pada 13 Desember 1902 dan meninggal pada 8 Mei 1979 di Munich, Jerman. Beliau adalah seorang sosiolog yang cukup terkenal dengan pemikirannya. Parsons mendapat gelar sarjana dari Universitas Amherst tahun 1924 menyiapkan disertasinya di London School of Economics. Pada tahun 1927 mengajar di Harvard. Parsons merupakan salah satu tokoh fungsionalisme terbesar hingga kini. Ia dikenal dengan karyanya yang berjudul The Structure of Social Action yang membahas tentang pemikiran-pemikiran sosiologinya. Karya tersebut mampu menunjang karir Parsons sehingga ia menduduki banyak posisi di berbagai tempat. Selain itu, Parsons memiliki banyak karya yang memberi kontribusi ilmiah kepada para ilmuwan seperti, Toward a General Theory of Action, The Social System, Working Papers in the Theory of Action, Family, Socialization and Interaction Process, The System of Modern Societies, Societies, Evolutionary and Comparative Perspective dan Economy of Society. Dalam karyanya tersebut dapat kita lihat bahwa pemikirannya banyak tertuju pada struktural fungsional yang difokuskan kepada masalah sistem sosial dan tindakan sosial.
Parsons menggambarkan bahwa teori fungsionalisme struktural ini layaknya anatomi tubuh manusia. Baginya, masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang memiliki kemampuan dalam mengatasi perbedaan maupun hal yang sifatnya sangat ajeg didalam masyarakat. Maka dari itu, bagi Parsons masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lainnya berhubungan dan ketergantungan. Jika terdapat suatu masalah dalam masyarakat maka anggota masyarakat yang lainnya pun akan terkena dampaknya. Lalu masyarakat dalam fungsionalisme struktural, masyarakat dilihat sebagai bagian dari kumpulan dari sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan ketergantungan. Masyarakat merupakan jalinan dari sistem, masyarakat juga sebuah organisme biologis, masyarakat sebagai norma-norma, nilai-nilai, konsensus dan bentuk kohesi sosial dan juga masyarakat memiliki keteraturan dan keseimbangan. Rumusan masalah yang mendasari pemikiran Parsons adalah bagaimana menciptakan ketertiban dan kesatuan dalam masyarakat serta faktor apa saja yang membantu dalam mewujudkannya.
Pemikiran fungsionalisme struktural tidak terlepas dari aktor dan sistem sosial. Menurut Parsons, aktor merupakan kombinasi dari pola nilai-nilai dan orientasi yang diperoleh pada derajat yang sangat penting dan menjadi fungsi struktur peran serta nilai-nilai dominan dalam sistem sosial.
Seorang individu yang kemudian menjadi aktor tidak terlepas karena adanya proses sosialisasi dari anggota-anggota masyarakatnya.dan kemudian individu ini akan memiliki orientasi terhadap masyarakatnya. Lalu sistem sosial, sistem sosial terdiri dari sejumlah aktor individu yang saling berinteraksi dalam lingkungan tertentu yang kemudian memiliki motivasi untuk mencapai kepuasan yang didefinisikan dan di mediasi dalam term simbol bersama yang terstruktur secara kultural tertentu. Sistem sosial tidak terlepas dari adanya aktor, interaksi, lingkungan, optimalisasi kepuasan dan kultur dari aktor.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Parsons menggambarkan bahwa teori fungsionalisme struktural ini layaknya anatomi tubuh manusia dimana jika suatu bagian tidak berfungsi maka bagian lain akan terkena imbasnya. Begitupun dengan masalah yang terjadi, dimana sekolah tidak lagi menjadi salah satu institusi. Peran sekolah tidak lagi secara maksimal dapat diterapkan oleh siswanya. Sama seperti yang Parsons katakan bahwa sistem dan perannya gagal, yang akhirnya akan mempengaruhi sistem lainnya termasuk keluarga. Disini keluarga mengalami timpang tindih peran dimana orang tua harus menjadi guru sekaligus orang tua dan pencari nafkah. Beban institusi keluarga bertambah karena pembelajaran jarak jauh saat ini. Karena disfungsinya peran sekolah, akhirnya keluarga menjadi satu satunya alternatif untuk menggantikan peran sekolah. Karena adanya pembelajaran jarak jauh, sekolah membutuhkan bantuan keluarga, namun hal ini dapat menjadi beban bagi keluarga. Yang dibutuhkan adalah peran orang tua dalam mengingatkan anaknya, memantau, dan membantu anaknya dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Lebih banyak komunikasi antara orang tua dan anaknya mengenai pendidikan dibandingkan dengan para guru dengan siswanya. Keluarga menjadi memiliki peran ganda.
Lalu kemudian dalam hal kepuasan belajar, banyak sekali siswa yang merasa bahwa dengan pembelajaran jarak jauh justru semakin banyak materi yang tidak bisa dipahami oleh siswa. Terlebih adanya kecanduang gadget dalam bermain game, membuat para siswa tidak mementingkan tugas yang diberikan oleh gurunya. Dari sini nilai siswa akan menurun karena tidak mengertinya siswa terhadap materi yang diajarkan dan siswa tidak mementingkan tugas sekolahnya. Pada hal ini bisa kita lihat bahwa adanya pembelajaran jarak jauh ini memberi dampak yang sangat kompleks. Ini akan mempengaruhi pula nilai lulus siswa dalam memasuki perguruan tinggi yang nantinya mereka pilih. Karena siswa tidak mengerti dengan materi yang diajarkan, siswa menjadi cemas dan stress saat mengikuti ujian, hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja karena tentunya akan membawa dampak negatif yang semakin banyak dan kompleks. Ditambah lagi dengan siswa yang tinggal di pedesaan yang memiliki kendala signal serta siswa yang tidak memiliki gadget untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh. Hal ini bisa saja menyebabkan siswa putus sekolah karena tidak dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh. Atau bagi siswa yang tidak memiliki gadget, ia bisa saja terpaksa bekerja untuk membeli gadget dan akhirnya tugas yang diberikan oleh gurunya pun juga terbengkalai.
Daftar Pustaka
Napitupulu. 2020. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap kepuasan pembelajaran jarak jauh. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan. Vol.7 No.1.
Prawiyogi, Anggy Giri. 2010. Efektifitas Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap Pembelajaran Siswa di SDIT Cendekia Purwakarta. Jurnal Pendidikan Dasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H