Terkadang cinta yang biasa membuat seserorang menjadi luar biasa
Juni yang mendung waktu itu. Si mbok terpogoh pogoh setengah berlari.menggendong si bungsu yang terlelap.
"Sri, ganti bajumu"
Suara si mbok pelan
Setelah membaringkan bungsu di dipan beralas  tikar, si mbok memegang bahuku. Aku terdiam sembari menatap mata simbok yang berkaca.
"Maafkan simbok nak. Simbok tak tahu harus berbuat apa lagi."
Aku hampir menangis, ingin menjerit keras, namun ada sesuatu yang tertahan. Hanya lelehan air mata yang mampu kukeluarkan.
"Kemasi barangmu, sebentar lagi mereka menjemputmu." Lanjut simbok sambil mengusap sesuatu di pipinya.
Badanku lemas, lunglai seluruh persendian. Badanku terasanringan, tak bertenaga. Mimpiku semalam menjadi kenyataan.
Kupungut satu persaatu kain di lemari  triplek yang sebetulnya tak pantas disebut lemari. Lalu membungkusnya pada sebuah kain jarit yang setiap malam kugunakan sebagai selimut.
Si mbok memelukku dari belakang. Air mata kami sama sama deras. Aku berbalik dan memeluk simbok lebih erat.