Mohon tunggu...
Dhita Arinanda
Dhita Arinanda Mohon Tunggu... wiraswasta -

I find inspiration from hearing a song 'Time' by 'Chantal Kreviazuk'

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Orang Indonesia Banyak Mengeluhnya

19 April 2014   12:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:29 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka ini menyadari bahwa waktu kerja produktive hanya 8 jam satu hari, itu akan sangat berat jika dibandingkan dengan beban menanggung kebutuhan yang semakin hari semakin naik. Dan ketika karyawanya sudah banyak dia malah cenderung mengurangi 8 jam tersebut untuk diluangkan dengan keluarga.

Analoginya hampir sama seperti prinsipnya asuransi, what can we do with that, Yups lihat saja perusahaan asuransi, mereka menggaji anak buah yang keren-keren untuk mencari nasabah, padahal gaji karyawan tersebut notabene juga diambil dari nasabah asuransi, sedangkan pemilik asuransi setelah dana terkumpul banyak, tuh dana diputar juga menurut perhitungan mereka yang menguntungkan, sedangkan nominal yang diterima nasabah juga sangat kecil, jika dibandingkan keuntungan pemilik yang sudah berpuluh-puluh kali memutar uang asuransi tersebut selama jangka waktu puluhan tahun, istilah mudahnya itu duit nasabah sebenarnya sudah beranak-cucu. sedangkan nasabah dijamin kalau sakit, lah siapa sih yang berani sakit dari nasabah tersebut, meskipun ditanggung oleh asuransi ? pasti milih pada nolak semua. Yah seperti pemilik asuransi itulah cara pikir pengusaha/pebisnis dalam menyikapi perubahan jaman dalam hidupnya, sedangkan kita yang hanya diam nasibnya akan seperti nasabah asuransi tersebut, yang hanya bisa menunggu dan menerima keadaan.

Memang mayoritas dari kita lebih banyak memilih kerja yang pasti, menghemat pengeluaran dan selanjutnya di tabung atau deposito, Dibandingkan memilih membuka usaha yang belum tentu berpengalaman, akhirnya jatuh, boro-boro mau nambah penghasilan yang ada malah habis semuanya.

Itu memang benar, menabung, meningkatkan kualitas diri sebagai karyawan untuk mencari jalan keluar itu memang bagus, tapi kita juga harus memahami tolak ukur bagus yang seperti apa, pasti ada scorecard serta bencmark-nya kan, seperti kita makan di sebuah rumah makan, tolak ukur bagus serta rasa nyaman-nya itu kan berbeda, tentunya semua itu patokan akhirnya ada di seberapa besar kita mengeluarkan uang dan pengorbananya. Jadi dengan membuka usaha untuk menambah sumber penghasilan, orang yang sukses financial seperti di atas tadi sudah menjadi lebih bermanfaat bagi orang lain dengan peluang membuka lapangan kerja, bisa melihat sisi lain dunia, melayani orang, dan bisa melihat sisi lain manusia. Tidak seperti kita yang hanya capek berpikir kapan bisa membeli rumah yang harganya sudah melambung tinggi, sedangkan mereka tadi dengan jiwa bisnis malah sudah menyediakan rumah bagi orang lain.

Dan ketika jatuh, para pebisnis tersebut pun ternyata masih mendapat keuntungan, pasti ada banyak tools research lagi untuk memulai, risk management, feasability study, bahkan insting (visisoner) mereka pun berubah jadi lebih tajam. Seperti kata pepatah, pengalaman adalah guru paling bijak dan paling bagus, untuk tidak menginjak lubang yang sama dalam kehidupanya.

Kalau kita masih bekerja menjadi karyawan, setinggi apapun gaji kita belum bisa dikatakan bebas secara finansial seperti para pengusaha sukses tadi. Uang ratusan milliar pun jika hanya ditabung pasti akan tergerus dengan inflasi nilainya. Bebas secara finansial adalah ketika kita mempunyai banyak aset (investasi atau usaha) yang tanpa bekerja pun passive income (sewa properti, usaha,dll) atau capital gain (saham, emas, dll) kita sudah jauh lebih banyak dari pengeluaran kita.

Bagi kita yang belum mempunyai modal untuk berinvestasi atau menambah sumber baru, sebaiknya kita fokus dulu terhadap active income (bekerja), sambil menunggu uang mulai terkumpul serta adanya peluang baru kita melakukan ivestasi atau membangun usaha (passive income), Untuk mewujudakan itu mari sedini mungkin kita mulai mengatur keuangan, untuk kebaikan di masa depan, seperti para pengusaha diatas yang sukses secara financial.

Dan semoga pemerintah kedepanya lebih baik lagi kebijakanya dalam rangka mendorong jiwa wirausaha di masyarakat dan semakin majunya UMKM di Indonesia. Sudah tidak ada alasan bagi kita untuk mengolok-olok, membenci dan menjauhi orang yang sukses secara finansial tersebut karena adanya kemburuan sosial, kenapa tidak kita dekati dan kita pelajari cara-cara mereka dalam berusaha agar bisa sukses secara financial juga, bukankah itu yang sebenarnya lebih baik dan bermanfaat bagi kita.

Dhita Arinanda PM

19 April 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun