Mohon tunggu...
Dhita Arinanda
Dhita Arinanda Mohon Tunggu... wiraswasta -

I find inspiration from hearing a song 'Time' by 'Chantal Kreviazuk'

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Di Inggris Bank Syariah Berkembang, Kok di Indonesia Malah Dilarang?

24 September 2014   04:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:45 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya ini bukan berita baru karena sudah terjadi bulan Agustus lalu, tetapi di sini penulis hanya ingin mencoba mengulas lagi beberapa pendapat dari para tentang topik Aksi penolakan perbankan syariah di beberapa daerah yang  sempat terjadi kemarin.

Seperti yang penulis kutip dari Republika Online 26 Agustus 2014, Direktur Central for Middle Class Consumer Studies (CMCS) Yuswo Hady menjelaskan, bahwa kejadian ini mencerminkan kurang efektifnya edukasi dan sosialisasi para pelaku perbankan syariah. Padahal, dengan edukasi dan sosialisasi yang gencar, seharusnya perbankan syariah tidak akan mengalami penolakan, melainkan justru berkembang lebih besar.

Masalah ini sebenarnya berawal dari Agustus lalu, sekelompok mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam Aliansi Hindu Muda Bali (AHMB) melakukan aksi demonstrasi di depan kantor Bank Indonesia (BI) perwakilan Bali, di Denpasar. AHMB meminta BI menghentikan pendirian bank syariah di Bali lantaran menilai perbankan syariah " tidak sesuai dengan konsep ekonomi nasional yang berasaskan Pancasila ".

Masih berdasarkan Republika Online, Sekjen Masyarakat Ekonomi Syariah Muhammad Syakir Sula mengatakan, bahwa sekelompok masyarakat di Bali yang meminta regulator membatasi perbankan syariah justru tak sesuai Pancasila. Padahal perbankan syariah, katanya, telah memiliki undang-undang yang disetujui DPR yang merupakan representasi dari berbagai kelompok, suku, agama, dan ras di Indonesia. "Artinya, perbankan syariah telah sesuai dengan Pancasila,".

Dalam permasalahan ini penulis tidak ingin masuk lebih dalam di permasalahan tersebut yang terlihat sangat normatif, tetapi di sini penulis hanya ingin mencoba memberi sebuah perspektif saja mengenai bank syariah secara ekonomi positif.

Pertanyaan diawal tentu saja yang menjadi inti permasalahan, yaitu perbankan syariah tidak sesuai dengan konsep ekonomi nasional yang berasaskan Pancasila.

Memang bagaimana sih ekonomi Pancasila itu ? Apakah menggunakan jasa perbankan konvensional ? Atau BPR yang sistemnya sama persis dengan HSBC atau Barclays yang tidak mengenal apa itu Pancasila ?

Bagaimana sih ekonomi atau sistem perbankan yang pancasilais itu ?

Dalam permasalahan ini kalau bank syariah dianggap produk dari ekonomi satu agama, seharusnya kita coba kembali membaca perkembangan bank syariah. Banks syariah ini adalah sebuah model bisnis perbankan yang berbeda saja, yang lebih menekankan pada fairness dalam kontrak-kontraknya, yang disebut dengan bagi hasil atau profit loss sharing. Sama seperti ada mobil merek A, B, dan C lalu muncul mobil baru merek D yang keluar dengan brand image ramah lingkungan.

Penulis akan mengutipkan perkataan Perdana Mentri Inggris, David Cameron, ditahun 2013 lalu, yang dimuat dalam  Gatestone Institute Internatinal Policy Council berikut ini,

" I don't want London to be a great capital of Islamic Finance in the Western World, I want London to stand alongside Dubai and Kuala Lumpur as one of the great capitals of Islamic Finance anywhere in the world "I want London to stand alongside Dubai and Kuala Lumpur as one of the great capitals of Islamic finance anywhere in the world ".

Sebuah pemikiran 'cerdas" yang terbuka oleh seorang Cameron, lantas dengan hal tersebut apakah Inggris kemudian disebut sebagai penganut ekonomi satu agama ? apakah Malaysia, Maroko, Tunisia dan paling tidak masih ada 19 negara lainnya juga sebagai penganut ekonomi satu agama ? Lihat saja di dalam negara-negara tersebut, masih ada kok bank konvensional di negara-negara itu.

Coba kita bandingkan kembali mana yang lebih fair, menarik bunga dari modal yang dipinjamkan untuk usaha atau menariknya dari laba yang dihasilkan oleh usaha tersebut ?Ada misi apa sih dalam pendirian bank syariah ini ?, Seharusnya dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kita mau melihat lebih dalam lagi, bahwa bank syariah yang ada di negara kita itu semua berada di bawah korporasi yang jelas berorientasi laba. Sebagian malah dimiliki swasta seperti BCA syariah bank Victoria syariah, sebagiannya lagi milik pemerintah seperti Mandiri atau BRI syariah. Misi khususnya ya tentu saja untuk mendapatkan keuntungan itu.

Jadi logikanya begini saja, kalau ada "asumsi" yang mengatakan bahwa bank syariah itu didirikan untuk agenda terselubung (konspirasi/normatif), ya tinggal jawab saja, Kalau dari sudut pandang businessman ya tidak, kita bisa lihat BCA, itu ada kan BCA Syariah, padahal jelas-jelas kalau BCA itu siapa yang punya kan, tidak mungkin juga kan yang punya BCA punya agenda terselubung mau menegakkan syariat Islam di sana ?

Jadi dalam hal ini memang bisa dilihat sebagai peluang bisnis saja perbangkan syariah tersebut, kalau dilihat dari sudut pandang ilmu pemasarannya begini ilustrasinya, Segmen BCA konvensional mulai diambil oleh bank-bank syariah, nah selanjutnya daripada harus head to head sama bank-bank syariah ini, maka BCA bikin BCA syariah. Jadi BCA syariah ini digunakan untuk merebut kembali pangsa pasar yang hilang dan menghindarkan BCA head to head langsung sama bank-bank syariah lain dalam perebutan pangsa pasar, dan bisnis pun as usual.

Kesimpulanya kita jangan sampai salah memahami eksistensi dari bank syariah ini sendiri, lihat saja pemberlakuan bank syariah di negara-negara timur tengah (negara islam) saja masih mengalami kesulitan. Bukan karena mereka negara Islam atau bukan karena jelas sebagian besar dari mereka ini negara Islam. Masalahnya adalah sistem hukum mereka, terutama mereka yang ber-legal origin France Civil Law. Kemudian lihatlah justru Inggris yang malah berkembang ilmu dan penelitian tentang Islamic Finance-nya yang paling pesat.  Lantas apakah Inggris negara Islam ?

Dhita A

23 September 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun