Orientasi
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 di Trowulan, Jawa Timur, setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang, raja Kediri. Berkat strateginya yang cerdik, ia bahkan mampu memanfaatkan pasukan Mongol yang diutus oleh Kubilai Khan untuk menyingkirkan musuhnya. Setelah mengusir pasukan Mongol, Raden Wijaya memproklamasikan berdirinya Majapahit. Kerajaan ini menjadi pusat peradaban dan kekuatan politik yang kelak mencapai puncaknya di bawah kepemimpinan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada.
Komplikasi
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, kerajaan mengalami perluasan wilayah secara agresif. Gajah Mada, yang terkenal dengan Sumpah Palapa, bersumpah tidak akan menikmati kesenangan duniawi sebelum menyatukan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Namun, ambisi ini menimbulkan konflik dengan kerajaan-kerajaan lain yang enggan tunduk. Serangkaian perang terjadi, termasuk penaklukan Bali, Sumatra, dan wilayah lainnya. Di tengah ambisi ekspansi ini, muncul pemberontakan-pemberontakan kecil yang mengguncang stabilitas kerajaan.Â
Hayam Wuruk: "Gajah Mada, kamu telah bersumpah akan menyatukan Nusantara. Tetapi semakin luas wilayah yang kita taklukkan, semakin banyak pula pemberontakan yang muncul."
Gajah Mada: "Benar, Paduka. Namun, itulah risiko dari penyatuan. Kerajaan-kerajaan kecil itu memang keras kepala. Namun, jika kita menunjukkan kekuatan kita, mereka akan tunduk. Saya yakin Nusantara akan bersatu."
Hayam Wuruk: "Aku mendukung cita-citamu, Gajah Mada. Namun, jangan sampai rakyat kita menderita karena ambisi ini. Pastikan peperangan ini tidak mengorbankan terlalu banyak nyawa."
Gajah Mada: "Saya mengerti, Paduka. Ini semua demi kemuliaan Majapahit. Saya akan memastikan semua berjalan lancar dan sesuai rencana."
Klimaks
Puncak kejayaan Majapahit tercapai ketika Hayam Wuruk dan Gajah Mada berhasil menyatukan sebagian besar wilayah Nusantara. Namun, setelah wafatnya Hayam Wuruk, Majapahit mulai mengalami kemunduran. Perselisihan terkait perebutan takhta di kalangan bangsawan melemahkan kerajaan. Di sisi lain, munculnya kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa, yang dipimpin oleh Demak, semakin mengancam stabilitas Majapahit. Pertikaian internal dan perubahan politik menjadi tanda runtuhnya era kejayaan Majapahit.
Gajah Mada: "Paduka, saya dengar beberapa wilayah mulai bergolak lagi. Beberapa bangsawan tidak puas dengan kebijakan kita. Selain itu, pengaruh Islam semakin kuat di utara."
Hayam Wuruk: "Aku mulai merasakan beratnya mempertahankan persatuan ini, Gajah Mada. Majapahit kini bukan hanya menghadapi ancaman dari luar, tapi juga dari dalam."
Gajah Mada: "Paduka, walau begitu, kita tak boleh menyerah. Selama kita bersatu, Majapahit akan tetap bertahan. Rakyat akan mengingat kita sebagai pemersatu Nusantara."
Hayam Wuruk: "Namun, apakah kekuasaan ini sungguh mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat? Aku khawatir, setelah aku tiada, Majapahit akan mengalami kemunduran."
Gajah Mada: "Paduka, saya akan selalu setia pada Majapahit dan siap menjaga keutuhan kerajaan ini. Demi Majapahit, saya siap berkorban."
Koda
Setelah wafatnya Hayam Wuruk, Majapahit mulai mengalami kemunduran. Konflik internal serta munculnya pengaruh Islam di Jawa memengaruhi kekuasaan Majapahit. Pada abad ke-15, Majapahit akhirnya runtuh dan posisinya digantikan oleh Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. Walau demikian, pengaruh budaya dan peninggalan Majapahit masih terasa, terutama di Bali, yang tetap mempertahankan tradisi Hindu-Buddha hingga sekarang.
Analisis Unsur Kebahasaan
1. Bahasa Formal dan Baku: Penggunaan bahasa formal memberikan kesan kebesaran dan keseriusan dalam narasi sejarah Majapahit.
2. Kalimat Kompleks dan Panjang: Kalimat kompleks menunjukkan kronologi yang rinci dan memperjelas hubungan antar-peristiwa dalam sejarah.
3. Pilihan Kata: Terdapat diksi-diksi seperti "kejayaan," "menaklukkan," dan "berkorban," yang memberikan kesan dramatis dalam narasi.
4. Makna Denotatif dan Konotatif: Kata-kata seperti "runtuh" dan "persatuan" memiliki makna yang dalam dan simbolis. "Runtuh" menggambarkan akhir dari kejayaan, sedangkan "persatuan" menjadi simbol ambisi Gajah Mada.
5. Struktur Naratif: Sejarah ini dibentuk dengan struktur naratif (orientasi, komplikasi, klimaks, dan koda), yang memungkinkan pembaca memahami alur naik dan turun dalam kejayaan Majapahit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H