Mohon tunggu...
Dhini Oktavianti
Dhini Oktavianti Mohon Tunggu... Freelancer -

Jalan-jalan, Belanja, Kuliner, Belanjaa.. ^_^

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hujan, Macet, dan Secangkir Kopi

26 November 2012   02:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:40 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar dan membaca judul diatas, aku langsung teringat pengalamanku di pada Maret 2008. Saat itu aku masih duduk di bangku kuliah, tahun pertama. Di seberang kampusku ada sejenis toko roti yang juga menyediakan aneka kopi. Aku belum pernah memasuki toko roti itu, hanya sekedar melihat dari seberang.

Waktu itu aku penggemar kopi campuran, entah moccachino atau vanila latte. Aku meminum kopi tersebut tidak mengenal waktu, mau pagi, siang atau malam, tidak ada pengaruhnya. Kalau ngantuk, langsung tertidur lelap.

Bulan Maret 2008, salah satu temanku berulang tahun. Aku dan teman lainnya berencana membuat pesta kecil di toko roti itu sepulang kuliah. Karena lebih dekat dibandingkan mall yang posisinya di belakang kampus. Kebetulan saat itu musim hujan dan hujan lagi deras-derasnya. Makinlah kita memutuskan untuk di toko roti tersebut.

Kami pun bagi-bagi tugas. Aku bagian yang nemenin temenku itu dan lainnya menyiapkan kejutan dengan membeli kue kecil, lengkap dengan ucapan selamat ulang tahun di atas kue tersebut dan kita sudah book satu meja di toko itu agar kami bisa leluasa saat merayakannya.

Waktu pulang kuliah tiba (pukul 15.30), ternyata cuaca sedang kurang bersahabat, hujan terus mengguyur daerah kampusku dan sekitarnya. Hujan lebat dan angin kencang mengurungkan rencana kami yang setelah pulang kuliah langsung cabut ke toko roti itu. Jadilah kita menunggu sampai hujannya lebih reda. Sampai pukul 16.30 akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke toko roti tersebut. Temanku yang berulang tahun ini digiring ke toko roti dengan alasan si A mau beli roti dulu.

Lokasi yang hanya beberapa meter dari depan kampusku ini cukup membuat kami kebasahan. Hujan masih deras tapi kami nekat saja, takut kemaleman dan tokonya tutup. Si A pura-pura asik memilih roti dan temanku yang ulang tahun itu aku ajak duduk di meja yang sudah kami pesan sebelumnya. Leyeh-leyeh sebentar, dan si A duduk dengan membawa satu buah roti.

Setelah momen yang dirasa pas, aku menuju meja kasir untuk mengambil kue tersebut dan menjadikan kejutan kecil untuk temanku yang ulang tahun. Pastinya dia senang. Dan kami pun memakan ramai-ramai kue kecil itu.

Dan di situlah aku merasa haus dan seret karena tidak ada minum. Aku memutuskan untuk membeli secangkir cappuchino hangat. Setelah pesanananku datang, aku meminumnya dan merasa kadar kopi ini kuat sekali, berniat untuk tidak menghabiskannya tapi tubuh mulai menggigil, butuh minuman yang hangat, jadilah aku menghabiskannya.

Pukul 18.00 hujan sudah berhenti dan kami pun memutuskan pulang dan berpisah ke arah masing-masing. Hujan lebat tadi menyisakan kemacetan yang amat sangat dimana-mana. Bis langgananku yang selalu ngetem di depan ratu plaza tidak ada. Kopaja yang biasanya banyak berseliweran, ini bisa dihitung. Yang ada hanya mobil kendaraan pribadi saling berebut jalan. Bahkan saking macetnya, bis transjakarta dihentikan operasinya, agar kemacetan tidak lebih parah. Akhirnya penumpang busway terlantar dan memutuskan naik kendaraan umum lain.

Setelah menunggu lama, temanku yang biasanya naik kereta tiba-tiba muncul dihadapanku. Saat kutanya kenapa balik lagi ke sini, katanya, kereta ga ada yang beroperasi, hujan katanya.

Setelah 2 jam lebih, bis tidak kunjung datang. Aku pun mulai bosan dan bertanya kepada penumpang lain yang ternyata satu arah denganku. Penumpang itu mengatakan bahwa ia sudah menunggu dari jam 5 sore tapi bis tidak muncul sampai sekarang (jam 8 malam). Aku mulai resah, takut tak bisa pulang.

Aku mulai melihat keadaan sekeliling, sekitar jam 8 malam, trotoar masih dipenuhi orang-orang pulang kerja yang belum terangkut. Bis trans BSD, trans Bintaro, trans Kemang Pratama, yang biasanya selalu lengang, ini penuh sesak sampai pintu bis tak bisa ditutup.

Setengah jam kemudian, bis jurusanku (yang biasa kunaiki jam 6) datang. Sudah pasti langsung dikerubuti oleh calon penumpang yang sudah lelah dan ingin segera pulang. Aku salah satunya, dan beruntung mendapatkan tempat duduk di dekat jendela. Sopir pun meminta maaf dan mengatakan bahwa ia sudah jalan dari jam 4 tapi karena macet jadilah telat beberapa jam.

Setelah melewati satu jam perjalanan, akhirnya aku sampai rumah. Lelah sudah pasti. Aku langsung bersiap-siap untuk tidur. Jam 10 malam aku sudah menyamankan diri untuk tidur, tapi aneh mataku tak kunjung terpejam. Otakku masih berkeliaran ke sana kemari. Kupaksakan saja tidur, tapi sejam kemudian aku terbangun. Namun kupaksakan untuk tidur karena tubuhku sudah teriak-teriak minta diistirahatkan.

Karena kesal, aku mulai berpikir, apa penyebab aku tak bisa tidur. Dan aku baru ingat kalau aku minum cappuchino tadi sore yang berakibat aku tak bisa tidur. Bagus. Aku akan terus terbangun sejam sekali.

Sejak hari itu, aku tidak mau lagi minum cappuchino di toko itu. Imbasnya, aku juga tidak meminum cappuchino di tempat lain. Kapok. Setelah beberapa bulan kekapokanku hilang, aku mulai menyeruput lagi tapi tidak sesering dulu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun