Mohon tunggu...
Dhini Oktavianti
Dhini Oktavianti Mohon Tunggu... Freelancer -

Jalan-jalan, Belanja, Kuliner, Belanjaa.. ^_^

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pantai Pelabuhan Ratu, Penuh Mistis atau Penuh Pesona?

25 Agustus 2012   01:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:21 19347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cukup lelah perjalanan di lebaran hari kedua dengan rute Giri Jaya-Cidahu, kupikir saatnya mencharge tenaga di hari ketiga ini. Tapi ternyata, kenyataan berkata lain. Sore hari, (21/8/2012)  sekitar pukul 17.00  WIB kami berangkat ke pantai Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat dan memutuskan untuk menginap semalam di sana.

Pantai pelabuhan Ratu mungkin dikenal oleh sebagian orang adalah pantai yang mistis sekaligus penuh pesona. Mistis karena terkenalnya Nyi Roro Kidul, Ratu Pantai Selatan yang suka warna Hijau. Ada salah satu hotel di Pantai Pelabuhan Ratu, Samudera Beach Hotel, menyediakan khusus satu kamar untuk Ratu pantai Selatan tersebut. Bahkan, karena kemistikannya itu, banyak yang "mengamankan diri" dengan tidak menggunakan pakaian berwarna hijau di sana. Hal itu dikarenakan warna hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul. Sehingga orang yang menggunakan baju hijau akan tertarik ke laut dan hilang. Percaya?

Terlepas dengan cerita mistisnya, Pantai Pelabuhan Ratu adalah pantai yang patut kita kunjungi. Ada dua jalan yang bisa kita lewati apabila mau ke pantai ini. Lewat jalur alternatif Palimanan-Cikidang keluar di Citepus sudah langsung Pelabuhan Ratu atau lewat jalan biasa yang ke Pelabuhan Ratu.

Kalau lewat jalur alternatif memang lebih cepat tetapi tracknya berkelok-kelok 70 derajat. Pemandangan yang disuguhkan pun adalah pemandangan pegunungan dengan perkebunan teh dan kelapa sawit. Semakin mendekati pantai pelabuhan, akan disuguhkan hutan lindung. Sejuk dan menyegarkan mata. bahkan ada beberapa mobil yang sengaja berhenti untuk sekedar menikmati pemandangan atau gelar tikar makan siang di situ. Saran dariku jangan melewati jalur ini kalau belum mahir menyetir dan pada malam hari, karena butuh ketelitian dan konsentrasi tinggi.

Kalau jalan biasa ke Pelabuhan Ratu memang lebih ramai. Tracknya pun tidak sesulit jalur Palimanan-Cikidang. Akan tetapi wantu tempuhnya lebih panjang dari jalur alternatif tersebut. Kalau kita suka banyak minum dalam perjalanan akan lebih aman lewat jalan biasa karena lebih ramai dan banyak pom bensin ataupun masjid-masjid di sekitar jalan tersebut. Pemandangan yang disuguhkan tidak seindah jalur Palimanan-Cikidang.

Sebelum memasuki pantai, kita diwajibkan untuk membayar biaya masuk dengan rincian, pejalan kaki Rp 3000,-, motor Rp 8000,-, mobil sedan/jip Rp 20.000,-, sedangkan mini bus dikenakan tarif Rp 30.000,-.

Sesampai di Pelabuhan Ratu, kami pun mencari tempat penginapan di daerah Citepus. Sasaran utama kami adalah dekat pantai dan bersih. Karena musim libur lebaran, penginapan pun penuh disewakan. Bahkan ada yang tidur di gazebo atau pun membuat tenda di pinggir pantai. Kami bersyukur karena kami masih bisa menemukan rumah yang bisa disewa untuk kami sekedar tidur, makan daan bebersih. Harga sewa rumah yang di dalamnya ada kamar mandi, dapur, satu kamar tidur, ruang tamu beserta TV? Rp 300.000,- per malam.

Sekitar pukul 22.00, aku, sepupu serta keponakan memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar pantai. Sekedar ingin tahu suasana pantai Pelabuhan Ratu pada malam hari. Anginnya yang berhembus cukup dingin sehingga ku memutuskan untuk menggunakan jaket agar tidak terkena angin laut.

[caption id="attachment_208551" align="aligncenter" width="491" caption="Pantai Pelabuhan Ratu di pagi hari. Dok.pribadi"][/caption]

Suasana pantai yang cenderung remang-remang, hanya mendapat cahaya sekedarnya dari warung-warung yang berjualan di pinggir pantai, ada muda-mudi yang memadu kasih. Tetapi lebih banyak pula yang memanfaatkan dengan bernyanyi-nyanyi ataupun berani memutuskan untuk bermain air di pantai pada malam hari. Lampu-lampu kapal nelayan yang tampak di kejauhan dan lampu mercusuar menjadi pesona Pantai malam itu.

Pagi harinya, setelah sholat subuh, pukul 05.30 WIB, kami langsung keluar menikmati udara Pantai Pelabuhan yang nyaman. Tidak dingin dan tidak panas. Karena posisi pantai ini di Selatan jadilah kita tidak bisa menikmati matahari terbit. Akan tetapi tidak menyurutkan perasaan kami untuk bermain di pantai. Air yang dingin tapi tidak berlebihan menjadi mainan air kami saat itu.

[caption id="attachment_208552" align="aligncenter" width="491" caption="Pantai Pelabuhan Ratu. Dok.pribadi"]

1345857185136068785
1345857185136068785
[/caption]

Lagi asyik-asyiknya bermain air di pantai, ada pemandangan yang menyedihkan. Masih banyaknya orang-orang yang membuang sampah di laut, membuat pantai sering meninggalkan jejak sampah di pantai. Tidak hanya sampah plastik, tetapi juga sampah sterofoam kapal-kapalan yang diterbangkan menggunakan benang pun kami temukan. Jadilah kita bermain sambil membersihkan sampah dan menggulung benang. Padahal sudah disediakan bolongan khusus untuk mengumpulkan sampah.

[caption id="attachment_208555" align="aligncenter" width="491" caption="Bungkus makanan nyangkut di pasir pantai. Dok.pribadi"]

1345857883632885385
1345857883632885385
[/caption]

Air laut Pelabuhan Ratu yang bening dan menyegarkan membuat kami betah lama-lama bermain air. Kalau ingin istirahat dulu setelah lelah bermain air dan ingin berjalan-jalan di sekitar pinggir pantai, bisa menyewa kuda dengan tarif Rp 20.000,- per jam.

[caption id="attachment_208554" align="aligncenter" width="512" caption="Sewa kuda. Dok.pribadi"]

1345857714871284249
1345857714871284249
[/caption]

Atau ingin tantangan lebih lagi, bisa menyewa papan seluncur yang sudah di sediakan. Tapi bentuk papan seluncurnya tidak seperyi papan seluncur pada umumnya. Lebih seperti papan seluncur di Ancol untuk seluncuran di perosotan yang menurun.

Lalu bagaimana cara bermainnya? Kita bermain mengikuti arus ombak yang mengarah ke pantai.

Kalau baju kita terlanjur basah saking senangnya bermain di pantai tapi tidak membawa baju ganti, ada warung-warung yang menjual baju-baju mulai anak sampai dewasa dengan harga paling murah Rp 20.000,- .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun