Mohon tunggu...
Dhinar S. Kusumadwi
Dhinar S. Kusumadwi Mohon Tunggu... Lainnya - .

Pembaca yang menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Babi Haram Apapun Bentuknya(?)

24 Agustus 2020   07:00 Diperbarui: 24 Agustus 2020   07:10 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: suara.com

"Bonekanya lucu-lucu ya? Enaknya beli yang mana?"

"Ehm, suka wana pink, kan? Tuh ada yang babi, gemesin!"

"Lho, kok babi, sih? Kan haram!"

Wait, wait. Apa? Haram? Emang bonekanya mau dimakan?

Percakapan tersebut terjadi beberapa watu yang lalu, ketika saya menemani teman yang mau beli boneka untuk adik perempuannya. Rasa nggak sukanya sama babi sih, sah-sah saja. Yang menurut saya aneh, kenapa boneka harus diharam-haramin sih? Kan bukan buat nyantet. Terus, itu mbak-mbak yang jualan boneka jadi kafir, gitu?

Kawan-kawan, Islam memang mengharamkan umatnya makan babi. Garis bawahi kata makan, ya. Cuma karena mereka nggak bisa di makan, lantas mereka pantas dimusnahkan dari muka bumi gitu? Kan, nggak juga.

Kalau dipikir-pikir, sentimen publik terhadap babi ini sebenarnya juga terlihat dari lumrahnya penggunaan kata babi sebagai kata makian. Enggak tahu gimana sejarahnya, pokoknya babi adalah kata yang yahud buat ngata-ngatain orang.

Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, babi memiliki pengertian sebagai “(1) binatang menyusui yang bermoncong panjang, berkulit tebal, dan berbulu kasar; (2) kas umpatan yang sangat kasar; (3) nama kartu kecil (kartu ceki)”

Dilihat dari makna leksikalnya, babi memang sudah sah jadi kata umpatan. Sebegitu besar, kah kebencian masyarakat kita terhadap babi? Sampai-sampai Pusat Bahasa sebagai penyusun KBBI merasa perlu menyematkan definisi itu. Ini bahkan tidak terjadi pada anjing yang rasa-rasanya lebih sering dipakai untuk mengumpat.

Tapi, ya udahlah. Saya nggak bakal demo ke Pusat Bahasa juga kok. Nasi sudah menjadi bubur. Dan babi tetaplah babi. Maka dari itu, buat kalian yang menganggap babi itu nggak guna, saya punya beberapa informasi menarik.

Nih ya, menurut bombastis.com, ada banyak kegunanaan nonkonsumsi dari babi buat peradaban manusia. Yuk disimak sama-sama.

#1 Campuran bahan bangunan

Mau bangun rumah tangga? Kalau iya, dan bahan bangunannya impor, ada kemungkinan lemak dan tulang babi adalah salah satu komposisinya. Mengingat bahan dari binatang itu sering jadi bahan campuran di luar negeri, karena dianggap lebih kuat dan kokoh ketimbang pakai yang sintesis. Selain itu, bulu dari babi sering juga dipakai sebagai bahan dasar kuas cat, karena lebih awet dan lentur saat digunakan.

#2 Senjata militer

Ternyata babi juga berguna buat perlindungan negara. Gimana nggak? Minyak dan lemak babi digunakan dalam pembuatan peluru. Katanya sih, kalau pakai babi bisa jauh lebih awet ketimbang pakai dari hewan lain.

(Dari poin 1 dan 2, binatang ini terbukti efektif dalam menjaga keawetan. Jadi kalau hubunganmu sama doi nggak awet, mungkin kamu perlu coba lemak babi sebagai perekat hubungan. Siapa tahu kan, ya?)

#3 Obyek percobaan medis

Bukan cuma kodok dan tikus putih alias mencit yang jadi obyek percobaan medis, babi juga. Apalagi, gak tanggung-tanggung, hampir 90% organ milik babi mirip dengan manusia. Hayo, baru tahu ya? Tapi cuma organnya kok, lainnya enggak. (iya, kan?)

Sebenernya sih, babi juga digunakan dalam pembuatan gelatin dan campuran beberapa vaksin. Tapi karena haram dikonsumsi, akhirnya vaksin dan gelatin babi dilarang penggunaannya di Indonesia.

# Sumber energi

Di Chile, masyarakat memanfaatkan gas babi dari peternakan setempat untuk mengaliri listrik di 800 rumah selama satu tahun. Bayangin aja, listrik 800 rumah coy, cuma dari kentut babi. Tapi jelas, peternakan babi nggak eksis di Indonesia, jadi yang ini di-skip aja. (Eh, ada nggak sih?)

Nah, di atas adalah kegunaan nonkonsumsi dari babi. Walaupun nggak dimakan, masih berguna juga, kan?

Jadi nggak perlu lah, beli boneka babi aja dikatain "itu kan nggak islam banget" Lha yang islam itu gimana? Beli boneka unta?

Oke, saya tahu. Semua orang punya pemdapatnya masing-masing. So, sah-sah aja kan, kalau saya memilih menyuarakan penderitaan para babi yang tersakiti? Ya, kan? Ya, dong. Hehe.

Tuhan tidak menciptakan sesuatu tanpa alasan. Babi tetaplah makhluk-Nya. Saya meyakini bahwa binatang ini juga diciptakan dengan peranannya sendiri. Karena kita tidak hidup di zaman batu, dimana binatang cuma dilihat dari bisa enggaknya dia dimakan.

Atau kalau patokan situ cuma itu doang, mending balik ke zaman purba aja deh!! Mau saya pinjemin mesin waktunya Doraemon?!?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun