Mohon tunggu...
Dhimas Raditya Lustiono
Dhimas Raditya Lustiono Mohon Tunggu... Perawat - Senang Belajar Menulis

Perawat di Ruang Gawat Darurat | Gemar Menulis | Kadang Merasa Tidak Memiliki Banyak Bakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kisah Penyintas Covid-19: Dari Demam Sampai Sesak Nafas

1 Februari 2021   22:52 Diperbarui: 1 Februari 2021   23:01 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

11 Januari merupakan sebuah tanggal romantis yang dinyanyikan oleh Armand Maulana, kabarnya tanggal tersebut adalah awal mula kehidupan sang vokalis Gigi dengan Dewi Gita. Namun, ditempat berbeda 11 Januari adalah awal pertemuan bagi Imam Heri Purnomo terhadap Covid-19 yang telah mengoyak imunitas tubuhnya.

Kisah ini dimulai dari tanggal 11 Januari dimana selama 4 hari, Imam HP merasa demam, pikirnya kala itu, ia hanya mengalami demam biasa dan meminta resep obat flu untuk mengurangi gejala yang ia alami.

Pada tanggal 14 Januari, dirinya masih menyempatkan diri untuk melangkahkan kaki menuju Madrasah Aliyah tempatnya bekerja dalam rangka koordinasi persiapan RAT.  Malamnya, raga dan pikirannya masih bisa berkompromi untuk mengikuti rapat MPKU PDM Banjarnegara.

Keesokan harinya, rupanya demam masih membuat tubuhnya tidak karuan. Umumnya demam biasa akan mereda dalam waktu kurang dari 3 hari, namun di hari ke-4 pria yang berprofesi sebagai Guru Mapel Ekonomi tersebut masih merasa demam. Dokter-pun menyarankan untuk periksa rapid antigen, Imam HP menyetujuinya. Hasilnya, bagai menelan pil pahit, rapid antigen menunjukkan hasil reaktif.

Sehari kemudian pada hari Sabtu, dokter menyarankan untuk dilakukan swab test, pil pahit kedua-pun terasa semakin pahit, hasil swab yang keluar setelah 3 hari tersebut menunjukkan bahwa Imam HP terkonfirmasi positif Covid-19.

Akhirnya pada tanggal 19 Januari 2021 pukul 15.00 Imam HP harus berdamai dengan situasi ruangan IGD RS PKU Muhammadiyah Banjarnegara. 90 menit kemudian dirinya dipindah ke ruang isolasi.

Pada 3 hari pertama isolasi di Rumah Sakit, ia merasa badannya baik-baik saja. Bahkan segala pikiran dan fisiknya masih memungkinkan bagi dirinya untuk mengikuti rapat koordinasi secara daring.

Pada tanggal 21 Januari ternyata Allah memberikan ujian tambahan, dimana anak perempuannya Aushaf Nabila Farahdhiya dinyatakan reaktif rapid antigen dan terkonfirmasi positif Covid setelah tes swab. Akhirnya Ia dan anaknya ditempatkan pada satu ruangan yang sama.

"Kondisi anak saya relatif membaik dibandingkan saya" tutur Imam HP kepada penulis melalui pesan WhatsApp.

Pada tanggal 24-27 Januari, Imam mengaku bahwa kondisi tubuhnya semakin tidak karuan, serangan virus corona rupanya berhasil membuat sistem pertahanan tubuhnya tercabik-cabik. Badan pegal, diare, perut mual dan nafas mulai sesak tidak terkendali.

Sesak nafas yang dirasakannya ternyata tidak hanya mengganggu pola nafasnya, tetapi juga pola istirahatnya dimana pada malam hari, Imam HP mengaku dirinya tidak bisa tidur. Serangan sesak yang dirasakan cukup lama, yakni dari jam 07.30 - 23.00, saat itu pula nyaris tidak ada makanan yang masuk, hanya sedikit minuman yang ia paksakan untuk membasahi kerongkongannya yang kering.

Untuk melegakan hidung dan tenggorokan, Imam HP mendapatkan therapy nebulizer, jika therapi ini selesai maka selang oksigen akan terpasang demi memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuhnya

Meski Ayah dan Anak terkonfirmasi positif Covid-19, pihak keluarga bisa menerima keadaan tersebut, apalagi sebelumnya memang ada saudara di Purbalingga yang terkonfirmasi juga.

Namun, masih ada beberapa keluarga sekitar yang merasa takut dan cemas kepada keluarganya, sehingga keluarganya memilih untuk isolasi mandiri di rumah.

Selama dirawat, Imam HP juga cukup terkesan dengan pelayanan dokter dan tim medis RSU PKU Muhammadiyah Banjarnegara. Dirinya juga mengapresiasi atas perhatian dan therapy yang diberikan oleh dr Shanti Kirana, Sp.PD.

Imam HP juga berpesan agar mengabaikan isu yang menyebutkan bahwa Corona adalah konspirasi, karena semua orang memiliki potensi tertular. Tentu saja isu sesat ini harus diluruskan dengan memberikan pemahaman dan kesadaran akan protokol kesehatan.

"Di ruang isolasi ini ada pasien dengan bermacam-macam profesi, seperti pensiunan, tenaga kesehatan, petani, ibu rumah tangga dan ada juga anak dengan usia di bawah 5 tahun" terang Imam HP melalui pesan WhatssApp.

Pada akhir Januari 2021, Imam merasa bahwa kondisinya sudah membaik dibanding sebelumnya, tentu saja besar harapan Imam HP dan keluarganya untuk dapat mengucapkan selamat tinggal kepada virus corona.                       

          

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun