Mohon tunggu...
Dhimas Raditya Lustiono
Dhimas Raditya Lustiono Mohon Tunggu... Perawat - Senang Belajar Menulis

Perawat di Ruang Gawat Darurat | Gemar Menulis | Kadang Merasa Tidak Memiliki Banyak Bakat

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perawat Bukan Malaikat

7 Juni 2020   00:30 Diperbarui: 8 Juni 2020   00:53 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : dokumen pribadi tahun 2012 saat praktek keperawatan anak

Apa yang ada dalam benak kita ketika masuk ke dalam fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit ataupun klinik? Bau karbol desinfektan, bau obat dari ruang farmasi atau mungkin pasien yang mengerang dengan tubuh berdarah karena baru saja terserempet kendaraan bermotor?

Abaikan kalimat diatas, saya pribadi adalah penulis yang masih susah merangkai awal kalimat dengan baik. Semoga saja tulisan ini terus membaik, jika tidak kunjung membaik, semata -- mata itu karena kekurangan saya.

Begini, saya hanya ingin bercerita bahwasanya Perawat merupakan profesi yang didambakan dan juga disesalkan oleh sebagian orang. Tak sedikit perawat yang tidak ingin anaknya kelak masuk kuliah di Jurusan Keperawatan. 

Hal tersebut tentu bukan tanpa alasan, seperti gaji yang kecil (Classic reason menurut saya), ribet ngurus STR pasca wisuda, harus lulus Uji Kompetensi dan persaingan lowongan kerja yang semakin sengit.

Oke tentu akan ada yang membantah bahwa gaji perawat tidaklah kecil, hal tersebut sangatlah situasional. Wajar bila seorang perawat yang menjadi tenaga honorer di puskesmas gajinya kecil, bahkan harus legowo ketika rekan kerja yang sudah ASN menerima gaji ke-13nya, sedangkan Perawat yang berstatus honorer masih mencoba tetap tersenyum dalam tangisnya.

Saat pandemi corona jempol tak sedikit jempol netizen yang menganggap bahwa gara-gara corona perawat mendapatkan insentif. Hey justru sebagian Perawat mengalami pengurangan gaji dan tidak mendapatkan THR. Hal tersebut terjadi lantaran kunjungan pasien yang menurun dan kebutuhan APD yang meningkat.

Tentu tidak bijak kiranya menuduh bahwa gaji perawat itu kecil, hal ini karena perawat yang gajinya besar cenderung diem -- diem bae (Ya iyalah karena dompetnya isi). 

Berbeda dengan yang gajinya kecil dengan status yang tidak tetap tersebut, meski awalnya merasa sabar dengan gaji ala kadarnya, sebagian dari mereka mungkin akan berjuang (dengan demo misalnya), agar mendapatkan upah layak syukur jadi ASN.

Anggapan perawat adalah malaikat akan ditepis dengan kenyataan yang ada. Nyatanya perawat juga manusia yang memiliki nafsu duniawi, minimal ingin merasakan upgrade gadget, atau membeli tas branded atau bahkan ingin memiliki sepatu yang kekinian dengan harga sedikit mahal. Keinginan itu mungkin ada, namun keadaanlah yang terkadang membuat keinginan itu tidak menjadi ada.

Lalu, jika ada yang berpikir bahwa lapangan kerja di dunia perawat tidak banyak, nah menanggapi hal ini tentu membutuhkan berbagai sudut pandang dan diskusi minimal 4 cangkir kopi. 

Jika lulusan perawat mencari kerja di kota kecil saja, maka wajar jika dirinya merasa bahwa menjadi Perawat di Rumah Sakit maupun Puskesmas sangatlah sulit, bayangkan saja dari 10 lowongan yang dibutuhkan, yang mendaftar sampai ratusan pelamar (termasuk yang memiliki rekom orang dalam :P).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun