Sudahlah. Tak ada gunanya bicara tentang hati manusia yang tak memiliki toleransi pada makhluk hidup lainnya. haha... haha... manusia hanya memiliki toleransi pada sesamanya. Bukan. Bukan. Toleransi hanya untuk segolongan. Itu pun sekedar bisikan dalam tulisan. Â
***
Disebuah taman dipinggir ranu yang terbendung oleh gugusan gunung-gunung. Dengan air yang begitu bening. Hembus selimir angin. Dan kicau burung-burung liar. Dan air terjun bergemericik lembut, sepasang kupu-kupu berwarna biru keemasan datang kembali. Gembira. Menari. Kemilau kepaknya ditimpa panas. Menerangi yang gelap dan meredupkan yang terik.
Kupu-kupu itu perlahan-lahan menahan hatinya. Terbang meninjau bunga pelepas rindu. Menyapa mawar. Anggrek. Seruni. Melati dan kamboja. Memeluk lili dan lavender, dan tiada hentinya menciumi krisan.Â
Segala rumput dan daun-daunan yang senantiasa mengharap sari asmara, pagi itu sangat cemburu dengan segala manis yang didapat singkat kupu-kupu.
Ditanggal baik hari baik. Sepasang kupu-kupu berwarna biru keemasan itu melangsungkan penikahan. Bersumpah untuk saling setia. Saling memahami, dan saling memaafkan.Â
Bulan madu disebuah negeri yang sangat jauh dari bising dirayakannya dengan penuh cinta. Tetesan-tetesan keringat mereka jatuh bersama rangkaian kata-kata manja. Oh mahligai... Inikah mahligai... Dengan sisa tenaganya, malam ini, keduanya terlelap. Berpelukan.
Pagi baru saja tiba. Dikejauhan, derap langkah sepatu terdengar. Datang dua orang serdadu mendekat. Satu wanita dan satu lagi pria. Serdadu itu mungkin manusia pertama di bumi yang pernah datang kesini. Ke tempat yang memiliki budaya, di mana cinta selalu dirayakan sembunyi-sembunyi.
Dasar serdadu... Dasar manusia... Hasrat membabi buta memuncak ketika melihat moleknya dunia yang seumur-umur baru ini dilihatnya. Dengan nafas gesa tersengal, tangannya mulai gerilya. Membius rumput ilalang. Mematahkan belulang ranting tak berdosa. Mencumbu segala macam yang telanjang. Telentang. Tertindih dan terlempar. Cuih... beringas sekali tingkah manusia ini, terutamanya yang perempuan. Rani namanya, panjangnya, tirani. Â
Tiranilah yang temukan sepasang kupu-kupu indah berwarna biru keemasan yang sedang berpeluk erat. Awalnya hanya foto saja, tapi kemudian meningkat menjadi kekerasan dan penganiayaan.Â