Mohon tunggu...
Dhimas Kaliwattu
Dhimas Kaliwattu Mohon Tunggu... Penulis - seorang manusia

menjaga ingatan dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Lepidotera

30 Juli 2018   10:58 Diperbarui: 31 Juli 2018   00:49 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (ondss.com)

Sepasang kupu-kupu berwarna biru keemasan terbang mengitari sebuah taman. Hinggap dari satu dahan ke dahan lain. Dari satu jenis bunga ke jenis lain. 

Matanya hemat saling mengawasi. Membelai bunga-bunga yang kesepian dan menyegarakan sebaris ilalang yang tak mendapatkan jatah embun. Entahlah, mengapa begitu cepat bunga-bunga itu terlena oleh kata-kata cinta yang dibisikan kedua kupu-kupu. 

Nyatanya. Mereka sendiri yang menawarkan sari dan mahkota kehormatan yang selama ini dijaganya. Sebuah mahkota yang belum sekalipun terjamah oleh makhluk apapun. Tapi hari ini, sepasang kupu-kupu itu menang banyak.

Seekor kumbang menyelinap diantara kulit kayu lapuk yang sedikit basah. Ada rasa cemburu sekaligus senang melihat sang pujaan tengah bertingkah layaknya anak kecil yang berebut manisan. 

Semusim sudah ia merayu krisan. Ratusan syair telah diucapkan. Ratusan lagu telah didendangkan. Bahkan ratusan doa pun telah dipanjatkan. Tapi krisan tetap tak membuka hatinya. 

Jangakan luluh terlena. Sekedar tegur "selamat pagi" atau "selamat malam", pun tak pernah. Sikumbang bertanya pada seruni, teman akrabnya krisan. Pada seruni ia mengutarakan cintanya pada krisan yang tak sampai. Berharap seruni dapat membantu misi yang sangat. Sangat. Sangat penting ini.

Temaram datang menyapa. Hei... coba tengok ke kanan. Lihatlah. Lili dan lavender sedang merias diri. Ratusan hujan purnama tak menggoyah kesetiannya menunggu sang kekasih kembali. Walau begitu, mereka tak menutup diri seperti krisan. 

Lili dan lavender tetap ramah pada setiap serangga yang ingin mendekati. Baginya mendekati dan didekati adalah hak asasi. Sebuah bahasa prosa romantismenya dari cinta.  

Utamanya lavender. Kemolekan warna yang melekat mengundang banyak serangga ingin memilikinya. Sial. Bukan hanya serangga, tapi juga manusia. Terkadang manusia lebih kejam dari makhluk apapun. 

Datang tiba-tiba menjamah, menyakiti dan melakukan upaya pembunuhan kejam yang seringkali tanpa direncana. Pernah disuatu taman di tengah kota, manusia membabat habis bunga dan seluruh yang ada di sekeliling. Setangkaipun tak bersisa. 

Sebenihpun tak sempat melarikan diri. Lalu manusia menggantinya dengan hal-hal palsu. Benar. Terkadang manusia lebih senang memiliki hal palsu. Termasuk hati, janji dan harapan. Terdengar baik ucapnya. Terasa baik niatnya, tapi buruk perbuatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun