NETIZEN atau warganet. Saat ini tampaknya lebih ditakuti daripada media massa. Apalagi, ketika ketikannya di media sosial menjadi viral. Informasi yang umumnya sepihak bisa makin tersebar luas karena tidak ada yang bisa menghentikan internet. Kalau positif tentu tidak apa, lantas bagaimana kalau hal buruk? Sudah tidak terhitung berapa banyak perorangan, produk, atau perusahaan yang tumbang karena kena cancel culture dari netizen.
Dari kasus David Ozora yang dianiaya Mario Dandy Satriyo misanya. Berawal dari kasus penganiayaan anak yang viral lantas merembet ke profil Rafael Alun Trisambodo. Dia adalah ayah Mario Dandy yang dinilai memiliki kekayaan tidak wajar. Netizen lantas seperti detektif. Membongkar berbagai informasi soal kemewahaan pegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) itu. Gara-gara kasus itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani sampai ikut repot karena lingkungan kerjanya diobok-obok soal pejabat pamer harta. Kementerian lain ikut repot hingga akhirnya mengeluarkan himbauan hidup sederhana.
Upaya untuk melakukan pemboikotan (cancel culture) lantas menggaung. Peristiwa penganiayaan yang terjadi saat bulan pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak itu membuat netizen meramaikan tagar untuk tidak melaporkan SPT. Begitu juga Ketika masalah itu merembet ke institusi Bea Cukai yang dianggap merugikan. Netizen ramai-ramai membuka borok Bea Cukai hingga Sri Mulyani sampai turun tangan dan mengeluarkan himbauan agar petugas tidak mengobrakabrik koper penumpang.
Kasus flexing makin menjadi ketika TikToker Bima Yudho Saputro mengkritik Pemprov Lampung soal pembangunan di daerahnya yang berantakan. Ketika dia dilaporkan atas kritikan dengan UU ITE, netizen meradang. Viralnya kasus itu membuat kepolisian memutuskan tidak meneruskan laporan itu. Warganet lantas menunjukkan bagaimana para pejabat di Lampung yang dianggap memerkaya diri sendiri. Bola panas itu ditujukan kepada kepala dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Lampung Reihana yang hobi flexing.
Persoalan sederhana yang harusnya bisa diselesaikan dengan mudah oleh tim humas Pemprov Lampung atau Gubernur Lampung itu justru makin pelik. Viralnya kritikan Bima yang diiukuti dengan warga lainnya sampai membuat Presiden Jokowi meninjau langsung pembangunan jalan di Provinsi Lampung secara langsung, Rabu (3/5). Meski Gubernur Lampung Arinal Djunaidi sempat tidak terbuka soal kunjungan presiden ke wilayahnya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono buka suara. Katanya, presiden ke Lampung mau mengecek jalan-jalan di Lampung yang diviralkan rusak.
Ganjar Pranowo merasakan pahitnya dirisak oleh netizen ketika bersama Gubernur Bali Wayang Koster menentang kedatangan tim nasional Israel pada Piala Dunia U20 di Indonesia. Oleh warganet, Ganjar disebut sebagai sosok yang paling bertanggungjawab atas kegagalan piala dunia digelar di Indonesia. Belakangan, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan pernyataan yang mendukung ganjar. Netizen makin geram, dan banyak yang mengaku kecewa serta enggan memiliki Ganjar Pranowo saat Pemilu 2024 nanti.
Kuatnya jari-jari warganet terlihat jelas pada Saiful Jamil yang baru keluar penjaran dan juga Gofar Hilman yang tersandung dugaan kasus pelecehan. Kepada kedua selebritas itu sampai terjadi cancel culture. Media yang mau menggunakan jasa Saiful Jamil dan Gofar Hilman dikritik habis-habis. Netizen tidak hanya mengkritik, bahkan sampai mau memboikot tayangan yang menggunakan Saiful Jamil dan Gofar Hilman. Ujung-ujungnya, media yang akan menggunakan mereka sampai memberikan pernyataan tentang batalnya acara.
Sebelum membahas lebih dalam, ada baiknya membahas telebih dahulu kata kunci istilah yang digunakan pada judul artikel ini. Yang pertama adalah humas atau yang dikenal juga dengan public relations. Menurut Dr Colin Coulson-Thomas (2002), public relation adalah usaha yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya. Sedangkan Widjaja (2001) menyebut bahwa public relation adalah profesi yang mengurusi hubungan antara suatu perusahaan dan publiknya yang menentukan hidup perusahaan itu.
Yang kedua adalah netizen. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerjemahkan kata ini sebagai warganet. Sebuah akronim dari warga internet. Yakni orang yang aktif menggunakan internet. Dalam artikel ini, penulis akan mempersempit area internet menjadi media sosial Twitter. Sebab, Twitter dengan kekuatan tagarnya mampu memobilisasi berbagai pendapat untuk menjadi opini publik.
Yang ketiga adalah cancel culture. Mengutip wawancara CNN Indonesia dengan psikolog sekaligus dosen Universitas Gadjah Mada, Koentjoro, cancel culture sama dengan boikot. Publik figur atau orang yang memiliki pengaruh bisa tiba-tiba di-cancel atau ditolak karena dianggap tak lagi sejalan dengan keinginan masyarakat. Cancel culture biasanya digaungkan melalui media sosial, twitter atau dengan mengajukan petisi.