Mohon tunggu...
Dhimas Andianto
Dhimas Andianto Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

A Fatboy who is a Wheel-to-Wheel Argy Bargy Enthusiast and a Food Preacher. Soon to be a Mechanical Engineer ?

Selanjutnya

Tutup

Balap

Menjadi Ramah Pada Lingkungan Membuat F1 kian "Mati Rasa"

19 Agustus 2018   08:45 Diperbarui: 19 Agustus 2018   08:55 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil F1 tim McLaren-Renault (Sumber : f1-fansite.com)

"The Pinnacle of Motorsport" yang artinya adalah puncak teratas olahraga balap atau bentuk nyatanya adalah Formula 1. Dimulai dari tahun 1950 hingga saat ini dan masih akan terus berlanjut membuat F1 adalah kompetisi balap dengan sejarah yang dalam. Sudah hampir 70 tahun usia Formula 1 sebagai suatu kompetisi balap dan selama itu pula memegang titel sebagai olahraga balap paling bergengsi di dunia.

Citra F1 sebagai olahraga pria maskulin serta kaum jet-set berbanding lurus dengan kendaraan balap yang diperlombakan. Sejak awal mesin mobil F1 jelas harus memiliki performa tinggi serta suara yang garang menggelegar. Seiring berjalannya waktu tentunya olahraga tersebut tak sama lagi. Kini F1 berusaha lebih ramah pada lingkungan.

Teknologi mesin hybrid sudah digunakan F1 sejak 2014. Performa yang dihasilkan tetap segalanya bagi F1. Bahkan, mobil F1 generasi saat ini lebih kencang dari yang pernah ada. Namun apadaya, upayanya agar "terlihat" lebih cinta lingkungan pun membuat suaranya tidak lagi mengaum seperti dahulu kala. Suara cempreng layaknya vacuum cleaner itulah yang saat ini mengisi konser di berbagai sirkuit legendaris dunia, membuatnya seperti "mati rasa".

Mesin F1 dengan konfigurasi V6 Turbo Hybrid buatan Renault (Sumber : racecar-engineering.com)
Mesin F1 dengan konfigurasi V6 Turbo Hybrid buatan Renault (Sumber : racecar-engineering.com)
Penggunaan mesin konfigurasi V6 turbo dengan teknologi hybrid disepakati hingga musim 2020. Dalam 2 musim kedepan organisasi Formula 1 harus sudah dapat menentukan dengan jelas mesin seperti apa yang akan digunakan mulai 2021. Pertanyaannya adalah ke arah mana Formula 1 akan mengarah ?

F1 sendiri selalu identik dengan mesin berkapasitas tinggi serta boros bahan bakar. Sejarah dimulai pada 1950 ketika pada saat itu mesin yang umum digunakan berkapasitas 1,5 L dengan Super-Charger. 

Mesin dengan kapasitas itu memang kecil namun konsumsi bahan bakar sekitar 150 liter per 100 kilometer atau 0,67 kilometer per liter. Angka yang sangat fantastis bahkan untuk sekaliber mobil balap sekalipun. 

Maka dari itu F1 di masa awalnya sangat identik dengan kaum jet-set dengan segala kekayaannya karena untuk berkompetisi harus memiliki modal yang luar biasa besar.

Seiring dengan berkembangnya ilmu engineering, F1 selalu memimpin dalam hal perkembangan teknologi otomotif. Tak jarang terobosan teknologi di kompetisi ini pada akhirnya dipakai secara umum pada mobil jalanan di seluruh dunia. 

Mesin yang digunakan kian bertenaga, membuat mobil F1 selalu lebih kencang tiap tahunnya. Konsumsi bahan bakar pun kian irit dibandingkan sebelumnya sehingga berbagai kalangan yang notabene tidak tajir melintir pun mulai bisa mengakses olahraga ini sebagai kompetitor.

Berbicara mengenai excitement di olahraga ini, bukan aksi salip menyalip semata yang membuat olahraga ini populer. Suara mesin yang menderu-deru di belakang sang pembalap menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan olahraga ini. 

Bagi penggemar balap rauman suara mesin yang berbeda dan memiliki karakter tersendiri di setiap mobilnya menjadikan ajang balap bukan sekedar pertunjukan salip menyalip, melainkan menjadi pertunjukan simfoni nan indah namun memiliki karakter keras melalui deruan suara mesinnya.

Suara yang timbul dari mobil F1 sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jumlah silinder, bentuk konfigurasi mesin, penggunaan turbocharger atau supercharger, batas putaran mesin, dan masih banyak lagi faktor penentu bagaimana suatu mesin "bernyanyi". 

Bisa dibilang masa kejayaan nyanyian F1 adalah pada dekade akhir 90-an hingga awal 2000-an. Mesin konfigurasi V10 mengaum sangat kencang pada nada tinggi. 

Mesin 3,0 L dengan kekuatan 650 hingga 930 daya kuda ini menghiasi konser di sirkuit seantero dunia selama 10 musim kompetisi F1 sebelum akhirnya harus tergantikan oleh mesin V8.Mesin V8 tetap bisa "bernyanyi" walaupun tidak sebagaus mesin V10. 

Aumannya pun masih dapat diterima oleh para penggemar. Namun kemudian masalah timbul ketika ia harus digantikan oleh mesin V6 dengan turbo.

Saya ingin mengajak para pembaca sekalian untuk sama-sama menikmati bagaimana indahnya nyanyian mesin F1 pada era konfigurasi V10 dan V8. Mari sama sama kita dengarkan mesin ini bernyanyi melalui tautan video YouTube di bawah ini. Saya sangat menyarankan untuk mendengarkan menggunakan headset agar mendapatkan sensasi suara yang berkali lipat lebih baik.

Dimulai pada musim 2014 manajemen F1 memutuskan untuk mewajibkan penggunaan mesin V6 Turbo Hybrid. Mesin ini sejak awal kemunculannya sudah tidak disukai para penggemar. 

Nyanyiannya yang jelek menjadi biang masalahnya. Mesin ini memiliki karakter yang sangat berbeda dengan kedua saudara tuanya yakni V10 dan V8. Sama sekali tidak menunjukkan aura garangnya sebuah mesin jet darat. Suaranya yang cempreng dan tidak bisa menyentuh nada tinggi membuat para penggemar menyebut suaranya layaknya vacuum cleaner.

Tak hanya suaranya yang buruk, kemunculannya pun berefek pada semakin mahalnya riset mobil F1 karena mesin hybrid yang cukup kompleks. Elemen seperti Motor Generator Unit (MGU) yang mengkonservasikan energy yang hilang dari pengereman serta panasnya mesin berperan vital pada performa mobil F1 saat ini. Elemen seperti itulah yang menguras kocek para pabrikan mesin F1 saat ini yakni Ferrari, Mercedes, Renault, dan Honda.

Saat ini musim balap F1 telah mencapai titik tengah. Penggunaan mesin hybrid telah disepakati hingga musim 2020, sehingga tidak menutup kemungkinan pada musim 2021 akan diadopsi mesin dengan konfigurasi baru. 

Melalui situs resmi Formula 1, disebutkan manajemen F1 menginginkan penggunaan mesin yang lebih simpel, biaya yang lebih terjangkau, serta mesin yang lebih bising sehingga mengembalikan olahraga ini pada fitrahnya sebagai olahraga pria maskulin nan garang. 

Kemudian pembatasan pada penggunaan bahan bakar akan dikurangi sehingga para pembalap memiliki kebebasan lebih untuk memacu mobilnya. Namun dari harapan itu semua Ross Brawn, Direktur Teknik Formula 1, mengatakan bahwa mesin F1 harus selalu "road relevant". Artinya adalah dalam hal ini mesin F1 harus mencerminkan teknologi yang dapat diterapkan pada mobil yang dapat dipakai di jalanan.

Sambil menunggu keputusan untuk musim 2021 nanti tentunya para tim berharap perubahan yang akan disepakati dapat menguntungkan semua pihak dari segi tingkat kompetisi balapan. Para tim juga berharap peraturan yang akan disepakati nanti dapat menarik minat para pabrikan mobil di luar sana untuk bergabung ke F1 sebagai pabrikan mesin.

Para penggemar berat F1 juga berharap agar mesin yang digunakan memiliki nyanyian yang seksi. Suara seksi itulah yang dirindukan para penggemar setelah hampir 5 tahun lamanya hilang dari sirkuit-sirkuit balap legendaris di dunia. 

Walaupun tidak ada hubungannya dengan performa di dalam trek, suara tetaplah salah satu elemen fundamental dari ajang balap apapun itu. Suara mesin pada putaran tinggi yang menderu-deru adalah elemen utama yang diterima oleh indera pendengaran seorang penonton saat jalannya balapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun