Mohon tunggu...
Dhimas Andianto
Dhimas Andianto Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

A Fatboy who is a Wheel-to-Wheel Argy Bargy Enthusiast and a Food Preacher. Soon to be a Mechanical Engineer ?

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mengenal Airbus A220, Si "Anak Angkat"

16 Agustus 2018   09:19 Diperbarui: 16 Agustus 2018   09:47 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat Bombardier CS100 saat melakoni uji terbang (Sumber: Bombardier)

Pada saat inilah Airbus menjadi penyelamat kelangsungan program CSeries. Airbus dan Bombardier mengumumkan kerjasama pada program CSeries dengan Airbus memperoleh 50,1% kepemilkan mayoritas. Bombardier mendapat kepemilikian sebesar 31% seperti diumumkan pada situs resmi Airbus pada 16 Oktober 2017.

Dengan demikian kantor pusat serta pembuatan pesawat CSeries tetap berlangsung di Quebec, Kanada, namun tahap perakitan akhir pesawat akan dilakukan di fasilitas milik Airbus di Mobile, Negara Bagian Alabama, Amerika Serikat. 

Skema tersebut sangat menguntungkan untuk pelanggan di AS karena hal tersebut menjadikan pesawat CSeries menjadi pesawat yang dibuat di AS dan tidak terkena pajak impor dibawah peraturan cukai AS.

Airbus yang saat ini menjadi pemilik mayoritas program tersebut langsung memanfaatkannya dengan mengganti nama Bombardier CSeries menjadi pesawat Airbus seri A220. 

Airbus menambah 1 seri pesawat pada kategori Regional Jet yang sebelumnya tidak pernah mereka miliki dan kembangkan ke jajaran keluarga besar Airbus. Mereka pun tidak berkontribusi sama sekali sejak riset awal program CSeries hingga akuisisi yang mereka lakukan yang membuat adopsi "anak angkat" ini sukses.

Bombardier pun tidak bisa dikatakan merugi karena mereka tetap memiliki persentase kepemilikan yang cukup besar dan bisa mewujudkan targetnya untuk menaklukkan pasar Amerika Serikat. 

Airbus memiliki kekuatan besar dalam hal pemasaran pesawat komersial di seluruh belahan dunia sehingga penjualan A220 bukanlah hal yang perlu dipikirkan oleh Bombardier. 

Hal paling penting adalah kerjasama ini menyelamatkan Bombardier dari potensi kebangkrutan dan dapat menyelamatkan lapangan pekerjaan bagi ribuan karyawannya.

Pesawat Embraer E190-E2 (Sumber: Embraer)
Pesawat Embraer E190-E2 (Sumber: Embraer)
Saat ini dunia penerbangan sedang memantau bagaimana Boeing bereaksi terhadap kerjasama ini.  Dilansir dari Bussiner Insider, Boeing bekerjasama dengan Embraer untuk memproduksi pesawat Embraer E190-E2, generasi terkini dari pesawat seri E-Jets, melalui skema joint venture sebesar 4,8 milyar dolar AS. Perjanjian itu membuat Boeing kini resmi berkecimpung di persaingan pesawat Regional Jet.

Persaingan di kategori Regional Jet kini kian memanas seiring dengan kehadiran kedua raksasa penerbangan tersebut. Segmen yang disepelekan baik oleh Boeing maupun Airbus kini mereka perebutkan dengan bekerjasama dengan "kawan kecil"-nya masing-masing. Politik duopoli penerbangan komersial antara keduanya kini telah mencapai tahapan baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun