Mohon tunggu...
Dhimas Andianto
Dhimas Andianto Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

A Fatboy who is a Wheel-to-Wheel Argy Bargy Enthusiast and a Food Preacher. Soon to be a Mechanical Engineer ?

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mengenal Airbus A220, Si "Anak Angkat"

16 Agustus 2018   09:19 Diperbarui: 16 Agustus 2018   09:47 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat Airbus A220-300 (Sumber : Airbus)

Boeing dan Airbus, dua raksasa penerbangan di dunia. Rivalitas kedua pabrikan pesawat terbang komersial itu menimbulkan duopoli di ranah pasar pesawat terbang jet dunia. Kedigdayaan kedua pabrikan tersebut membuat tidak adanya kompetitor lain yang mencoba menyaingi mereka di kategori tersebut.

Namun ternyata ada celah yang dijadikan sasaran oleh pabrikan pesawat lain seperti Embraer dan Bombardier. "Regional Jet" adalah pesawat bermesin turbofan layaknya seri A320 dan 737 namun dengan ukuran serta kapasitas yang lebih sedikit. 

Pasar ini tidak pernah dikuasai baik oleh Boeing maupun Airbus walaupun mereka telah mencoba dengan varian seri 717 dan A318. Tetapi nampaknya hal itu akan segera berubah setelah Airbus memutuskan untuk mengadopsi "anak angkat" yang mereka beri nama Airbus A220. Pesawat baru ini diluncurkan di Touluse, Prancis pada tanggal 10 Juli 2018.

Regional Jet menjadi komoditas penting di belahan Eropa dan khususnya Amerika Serikat. Kapasitas penumpang dengan kisaran 40 sampai 90 kursi membuatnya ideal untuk menjadi pesawat andalan melayani rute penghubung antara bandara internasional dengan bandara lokal yang memiliki permintaan pasar yang relatif rendah. 

Baik di Amerika Serikat dan Eropa masih banyak bandara kecil dengan permintaan pasar yang masih cukup untuk membuat maskapai tertarik membuka rute ke sana. 

Terlebih di Amerika Serikat dimana terdapat kurang lebih 400 bandara komersial yang menghubungkan penumpang di kota-kota kecil dengan bandara internasional di kota besar layaknya Los Angeles, New York, dan Seattle.

Pesawat ini juga dapat melakukan take-off dan landing pada jarak yang relatif pendek serta mesin dengan tingkat kebisingan yang lebih rendah. Kemampuan tersebut membuat pesawat ini ideal untuk melayani bandara di tengah perkotaan yang rawan penduduk seperti London City Airport, London, Inggris. Konsumsi bahan bakarnya pun terkenal lebih efisien.

Persaingan di kategori Regional Jet jauh lebih kompetitif daripada kelas diatasnya yang sudah terlanjur dikuasai Airbus dan Boeing. Berbagai pabrikan seperti Embraer, Bombardier, Tupolev, hingga Mitsubishi bersaing di kelas ini. Embraer dan Bombardier cukup mendominasi pasar ini walaupun tentunya tidak se-"lebay" dominasi Airbus dan Boeing di kelas lainnya.

Masuknya Airbus di kategori Regional Jet bisa dibilang cukup dadakan. Kisah ini bermula dari pengembangan seri pesawat baru oleh Bombardier. Pabrikan pesawat asal Kanada tersebut memberi nama "CSeries" pada calon keluarga barunya tersebut. Salah satu tujuannya adalah menjadi raja Regional Jet di negara tetangga yakni Amerika Serikat. Proyek CSeries sudah dimulai sejak tahun 2004 yang ditargetkan dapat mulai terbang komersial pada tahun 2010.

Namun pada Januari 2006 Bombardier melakukan siaran pers melalui situs resmi mereka dengan memberikan pernyataan bahwa proyek CSeries ditunda karena kondisi pasar pada saat itu tidak memungkinkan bagi mereka untuk melanjutkan riset seperti sedia kala. Kemudian tepat satu tahun setelah itu mereka mengumumkan akan melanjutkan proyek CSeries dengan target dapat mulai terbang komersial pada 2013 melalui siaran pers pada situs resmi mereka.

Pesawat Bombardier CS100 saat melakoni uji terbang (Sumber: Bombardier)
Pesawat Bombardier CS100 saat melakoni uji terbang (Sumber: Bombardier)
Setelah berbagai rangkaian uji terbang serta masalah didalamnya akhirnya pesawat ini baru dapat sampai ke tangan pelanggan pertama mereka yakni Swiss International Airlines pada 29 Juni 2016 di Kanada melalui siaran pers di situs resmi Bombardier. 

Selain dari maskapai nasional Swiss tersebut, Bombardier juga telah menerima pesanan dari berbagai maskapai di Eropa walaupun tidak membuat proyek CSeries bisa dikatakan berhasil. Justru mereka belum mendapat pesanan dari target pasar utama mereka yakni Amerika Serikat. 

Penerbangan di AS yang memiliki tendensi untuk menggunakan pesawat Regional Jet membuat pasar tersebut dapat menentukan sukses tidaknya program CSeries.

Pada akhirnya di pertengahan tahun 2016, Bombardier mendapat pesanan pesawat CS100 dari Delta Airlines, salah satu maskapai terbesar di Amerika Serikat, sebanyak 75 unit seperti yang diumumkan pada siaran pers di situs resmi Delta Airlines. Namun, pesanan pesawat ini ternyata menimbulkan kontroversi. Boeing menuding bahwa penjualan yang dilakukan Bombardier merupakan bentuk praktik dari "dumping".

Menurut Peter Van den Bossche dalam The Law and Policy of the World Trade Organization (2005), dumping adalah menjual produk di pasar negara lain namun dengan harga yang lebih murah dari harga normal produk tersebut. Tindakan tersebut merupakan tindakan yang terkutuk, namun tidak dilarang dalam hukum World Trade Organization (WTO) kecuali apabila mengakibatkan kerugian materi pada industri domestik dimana produk tersebut dijual lebih murah.

Bombardier menjual pesawat seri CS100 pada Delta Airlines dengan harga sekitar 20 juta dolar AS untuk setiap unit pesawat. Harga normal unit pesawat tersebut adalah sekitar 70 juta dolar AS sedangkan biaya pembuatan 30 juta dolar AS per unitnya. 

Penawaran tersebut tentunya sangat menguntungkan untuk Delta Airlines karena bisa menghemat hingga 70% per unit pesawat yang dibelinya. Praktik tersebut dilarang dalam konstitusi di Amerika Serikat

Pada April 2017, Boeing memutuskan untuk mengajukan petisi terhadap praktik dumping yang dilakukan Bombardier kepada Departemen Perdagangan Amerika Serikat. 

Boeing menganggap bahwa penjualan tersebut dapat mencederai penjualan varian terkecil dari seri pesawat 737 mereka, yakni 737-700 dan 737 MAX 7.

Namun klaim tersebut dibantah oleh pihak Delta Airlines. "Saya ingin menjelaskan bahwa Boeing tidak memberikan penawaran untuk pesawat baru ketika kami bernegosiasi dengan Bombardier," kata Greg May, Wakil Presiden Senior dari Manajemen Strategi Rantai Suplai Armada Delta Airlines seperti dikutip oleh leehamnews.com. "Boeing tidak memiliki produk alternatif di kelasnya CS100. Bahkan kami tidak pernah mempertimbangkan untuk membeli produk Boeing sebagai alternatif pembelian," lanjut May.

Boeing mendesak agar pembelian CS100 dikenai pajak hingga 80% sehingga memiliki harga akhir diatas dari ongkos produksi pesawat. Kemudian, Departemen Perdagangan AS menemukan Bombardier menerima subsidi sebesar 220% baik dari Pemerintah Kanada, Quebec, dan Pemerintah Inggris. Sehingga pada akhirnya Departemen Perdagangan AS memutuskan pajak yang dikenakan untuk tiap unit pesawat Bombardier CS100 adalah sebesar 300% melalui siaran pers pada situs resminya.

Hal tersebut membuat berang Justin Trudeau, Perdana Menteri Kanada, yang mengatakan bahwa mereka tidak sudi berhubungan bisnis dengan pihak yang mencoba "merumahkan" para pekerja industri aviasi Kanada, seperti dilansir oleh CBC. Putusan tersebut secara tidak langsung membuat penjualan pesawat tempur Boeing kepada Angkatan Udara Kanada menjadi terhambat.

Pada saat inilah Airbus menjadi penyelamat kelangsungan program CSeries. Airbus dan Bombardier mengumumkan kerjasama pada program CSeries dengan Airbus memperoleh 50,1% kepemilkan mayoritas. Bombardier mendapat kepemilikian sebesar 31% seperti diumumkan pada situs resmi Airbus pada 16 Oktober 2017.

Dengan demikian kantor pusat serta pembuatan pesawat CSeries tetap berlangsung di Quebec, Kanada, namun tahap perakitan akhir pesawat akan dilakukan di fasilitas milik Airbus di Mobile, Negara Bagian Alabama, Amerika Serikat. 

Skema tersebut sangat menguntungkan untuk pelanggan di AS karena hal tersebut menjadikan pesawat CSeries menjadi pesawat yang dibuat di AS dan tidak terkena pajak impor dibawah peraturan cukai AS.

Airbus yang saat ini menjadi pemilik mayoritas program tersebut langsung memanfaatkannya dengan mengganti nama Bombardier CSeries menjadi pesawat Airbus seri A220. 

Airbus menambah 1 seri pesawat pada kategori Regional Jet yang sebelumnya tidak pernah mereka miliki dan kembangkan ke jajaran keluarga besar Airbus. Mereka pun tidak berkontribusi sama sekali sejak riset awal program CSeries hingga akuisisi yang mereka lakukan yang membuat adopsi "anak angkat" ini sukses.

Bombardier pun tidak bisa dikatakan merugi karena mereka tetap memiliki persentase kepemilikan yang cukup besar dan bisa mewujudkan targetnya untuk menaklukkan pasar Amerika Serikat. 

Airbus memiliki kekuatan besar dalam hal pemasaran pesawat komersial di seluruh belahan dunia sehingga penjualan A220 bukanlah hal yang perlu dipikirkan oleh Bombardier. 

Hal paling penting adalah kerjasama ini menyelamatkan Bombardier dari potensi kebangkrutan dan dapat menyelamatkan lapangan pekerjaan bagi ribuan karyawannya.

Pesawat Embraer E190-E2 (Sumber: Embraer)
Pesawat Embraer E190-E2 (Sumber: Embraer)
Saat ini dunia penerbangan sedang memantau bagaimana Boeing bereaksi terhadap kerjasama ini.  Dilansir dari Bussiner Insider, Boeing bekerjasama dengan Embraer untuk memproduksi pesawat Embraer E190-E2, generasi terkini dari pesawat seri E-Jets, melalui skema joint venture sebesar 4,8 milyar dolar AS. Perjanjian itu membuat Boeing kini resmi berkecimpung di persaingan pesawat Regional Jet.

Persaingan di kategori Regional Jet kini kian memanas seiring dengan kehadiran kedua raksasa penerbangan tersebut. Segmen yang disepelekan baik oleh Boeing maupun Airbus kini mereka perebutkan dengan bekerjasama dengan "kawan kecil"-nya masing-masing. Politik duopoli penerbangan komersial antara keduanya kini telah mencapai tahapan baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun