Mohon tunggu...
Dhimas Andianto
Dhimas Andianto Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

A Fatboy who is a Wheel-to-Wheel Argy Bargy Enthusiast and a Food Preacher. Soon to be a Mechanical Engineer ?

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Kemajuan "Engineering" Menimbulkan "Udara Kotor" untuk Formula 1

15 Agustus 2018   15:17 Diperbarui: 15 Agustus 2018   18:30 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem DRS aktif (atas) dan ketika sistem DRS tidak aktif (Bawah) (Sumber : Gil Abrantes / Flickr)
Sistem DRS aktif (atas) dan ketika sistem DRS tidak aktif (Bawah) (Sumber : Gil Abrantes / Flickr)
Manajemen Formula 1 tidak bisa tinggal diam menghadapi hal ini. Berbagai cara dilakukan untuk memperbaiki atmosfer persaingan balapan sehingga lebih banyak aksi yang ditawarkan. Salah satunya adalah dengan mewajibkan penggunaan Drag Reduction System (DRS) pada setiap mobil. Merujuk pada artikel di situs resmi Formula 1, sistem ini bertujuan mempermudah terjadinya proses menyalip pada saat balapan. Sistem ini bekerja dengan membuka flap sayap belakang pada lintasan lurus sehingga mengurangi gaya hambat dan menambah kecepatan mobil yang akan menyalip. Sistem ini hanya bisa diaktivasi pada saat mobil tersebut memiliki jarak kurang dari 1 detik dengan mobil di depannya.

Terbukti penerapan sistem ini mampu meningkatkan aksi salip-menyalip pada Formula 1. Data dari situs cliptheapex.com menunjukkan bahwa pada musim 2010 sebelum diterapkan DRS, rata-rata jumlah aksi menyalip pada tiap seri sebanyak 28,79. Kemudian setelah diterapkannya DRS pada musim 2011, rata-rata jumlah aksi menyalip naik menjadi 60,63 di tiap serinya atau naik sebanyak 176,86 %.

Tetapi, lonjakan angka tersebut belum dapat memuaskan para penggemar karena aksi menyalip yang dilakukan berkat bantuan DRS dirasa terlalu artifisial. Kemudian setelah pembalap didahului lawannya dengan atau tanpa bantuan DRS, terlalu sulit bagi mereka untuk memberi perlawanan balik karena biasanya setelah lintasan lurus para pembalap akan melahap berbagai macam tikungan yang menimbulkan lain yakni dirty air serta outwash.

Prototipe sayap depan untuk musim 2019 oleh tim Force India. (Sumber : autosport.com)
Prototipe sayap depan untuk musim 2019 oleh tim Force India. (Sumber : autosport.com)
Pada musim ke-8 penggunaan DRS ini akhirnya manajemen Formula 1 memunculkan regulasi baru untuk musim 2019 demi menciptakan iklim persaingan di lintasan yang lebih baik dan menarik untuk ditonton. Dilansir dari artikel pada situs resmi Formula 1, salah satu regulasi tersebut berupa simplifikasi desain sayap depan pada mobil sehingga diharapkan tidak menghasilkan dirty air dan outwash yang begitu buruk bagi mobil di belakangnya dengan tujuan agar aksi kejar-kejaran jarak dekat dapat berlangsung dalam durasi yang lebih lama serta kompetitif.

Perubahan regulasi diharapkan mampu mengembalikan persaingan ketat di lintasan seperti di dekade 1980-an hingga awal dekade 2000-an. Masa-masa tersebut adalah saat ilmu engineering mengenai aerodinamika di Formula 1 berkembang pesat tanpa mengurangi serunya balapan. Walaupun jumlah aksi salip-menyalip tidak sebanyak sekarang, tetapi jarak antar pembalap tidak sejauh saat ini dan jalannya balapan jauh lebih sulit diprediksi.

Performa mobil jet darat memegang aspek paling penting dalam kompetisi Formula 1 bahkan melebihi pentingnya kemampuan balap seorang pembalap. Baik tidaknya kemampuan balap seseorang akan menjadi percuma ketika mobil yang dikendarai memiliki performa yang kurang kompetitif seperti yang saat ini sedang dialami oleh Fernando Alonso, mantan 2 kali juara dunia Formula 1 yang berjuang di papan tengah dengan mobil McLaren yang memiliki performa medioker.

Guna menyokong kebutuhan akan performa mobil yang selalu lebih baik di tiap musimnya tentu para insinyur di masing-masing tim terus berlomba dalam hal inovasi untuk menciptakan mobil yang kencang tanpa melanggar regulasi yang ada. Aspek engineering dari Formula 1 juga tak bisa dipungkiri merupakan salah satu magnet dari olahraga ini. Akan tetapi, apabila teknologi yang digunakan sudah mengurangi esensi utama dari olahraga ini tentu diperlukan adanya batasan-batasan lebih lanjut.

Status bergengsi Formula 1 sebagai "The Pinnacle of Motorsport" atau ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "Puncak dari Olahraga Balap" harus bisa dibuktikan dari aksi yang dipertontonkan serta perlombaan teknologi yang dipamerkan. Inovasi teknologi tanpa batasan yang jelas tentu dapat "membunuh" esensi utama dari kompetisi itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun