Mohon tunggu...
Dhimas Soesastro
Dhimas Soesastro Mohon Tunggu... -

Dhimas Soesastro; ini bukan nama sebenarnya, tetapi hanyalah sebuah Nama Pena untuk menulis sastra. Nama pena ini kupilih untuk menyatukan aku,ayah dan kakek.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesaksian Untuk Raja Panduta (#2)

31 Oktober 2012   09:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:10 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Ya! Tiga kebohongan!! Pertama! Saudara didakwa telah melakukan kebohongan kepada Istri Saudara!”

“Itu tidak benar Yang Mulia!!”

Seketika seisi ruangan tampak tegang. Penjaga Mahkamah geleng-geleng kepala serasa tidak percaya. Sementara itu pengunjung masih tampak diam tidak mengeluarkan suara sepatah-pun. Ditengah keheningan tersebut, setengah membentak, Ketua Majelis Mahkamah mengingatkan Terdakwa.

“Saudara Terdakwa! Sebaiknya Saudara diam dulu!! Saya akan menyelesaikan dakwaan ini!!”

“Baik Yang Mulia!”

“Kedua! Saudara didakwa telah melakukan kebohongan kepada rakyat di Kota ini!” Ketua Majelis Mahkamah memberi jedah beberapa saat, sembari menatap wajah-wajah dingin para pengunjung sidang. Sebelum akhirnya melanjutkan pembacaan dakwaan ketiga.

“Ketiga!, Saudara didakwa telah melakukan kebohongan terhadap Tuhan Saudara!!”

“Apa??!! Saya membohongi Tuhan?? Bagaimana saya melakukannya?!! Itu semua tidak benar Yang Mulia!! Itu fitnah, fitnah, fitnaahhh!!!” Setengah meronta, Raja Panduta serasa tidak sabar melakukan bantahan dan pembelaan.

“Saudara Terdakwa, diam!! kendalikan emosi Saudara!! Saudara akan diberikan hak dan kesempatan untuk melakukan bantahan dan pembelaan! Jadi dengarkan dulu satu persatu uraian dakwaan terhadap Saudara!!”

Ketua Majelis Mahkamah terlihat tenang dan tetap menjaga wibawanya, meskipun tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya terhadap Raja Panduta.

“Saudara Terdakwa, baiklah! Kita akan mulai satu persatu uraian dakwaan terhadap Saudara! Silakan Saudara menyiapkan bantahan dan pembelaan!”

“Baik Yang Mulia!!”

“Saudara Terdakwa, dalam lembar dakwaan ini dituliskan bahwa pada hari Sabtu itu Saudara Terdakwa mengatakan kepada Istri Saudara ingin pergi ke Kota seberang untuk urusan pekerjaan kantor, Rapat dengan pemerintah pusat. Apakah benar Saudara Terdakwa saat itu pergi ke Kota seberang untuk keperluan pekerjaan?”

“Benar Yang Mulia, hari itu saya memang ada rapat membahas tentang bagaimana penataan kota agar menjadi lebih indah!”

” Tetapi disini para petugas pencatat kesalahan menuliskan bahwa Saudara Terdakwa tidak pernah menghadiri rapat, dan memang rapat tersebut tidak pernah ada, tetapi Saudara Terdakwa justeru bersenang-senang dengan seorang perempuan muda di sebuah kamar hotel mewah?!”

“Yang Mulia! Tanpa mengurang rasa hormat saya kepada Majelis Mahkamah Yang Mulia! Saya pastikan bahwa catatan kesalahan yang dibuat Petugas tersebut adalah fitnah belaka! Hari itu saya tidaklah menginap dihotel mewah, apalagi bersama perempuan muda!”

“Lalu?!..”

“Saya benar-benar menghadiri rapat di salah satu hotel mewah atas undangan pemerintah pusat, itupun kami menginap di losmen sederhana. Saya tegaskan sekali lagi, Rapatnya memang di hotel mewah, tetapi saya menginapnya di sebuah Losmen sederhana, dan sendiri tidak ditemani oleh seorang perempuan muda Yang Mulia!”

“Apakah Saudara Terdakwa memiliki bukti-bukti untuk mendukung bantahan dan pembelaan tersebut?”

“Ada yang Mulia! Saya bawakan bukti-bukti undangan pertemuan dan kwitansi pembayaran penginapan”

Raja Panduta segera bergegas mendekati meja Ketua Majelis Mahkamah, membeberkan lembar demi lembar kertas bertuliskan angka-angka untuk mendukung alibinya. Ketua Majelis Mahkamah hanya manggut-manggut membaca angka-angka tersebut. Demikian juga anggota Majelis di sebelah kanan kirinya!

“Dakwaan kedua!, para petugas pencatat kesalahan menuliskan bahwa Saudara Terdakwa telah membohongi rakyat miskin di Kota ini! Dana bantuan usaha kecil dari pemerintah pusat yang seharusnya diberikan kepada rakyat miskin untuk diolah sebagai modal usaha, justeru Saudara simpan dalam rekening pribadi dan tidak pernah diberikan kepada mereka. Sebagian bahkan saudara belikan tanah dan perhiasan mewah untuk Istri Saudara? Padahal pada saat Sudara Terdakwa berkampanye dahulu, Saudara telah menjanjikan kepada mereka akan memberikan dana bantuan permodalan tersebut untuk mengentaskan mereka dari kubangan kemiskinan! Tetapi sekali lagi, dalam catatan ini, Saudara Terdakwa justeru menyimpan dana tersebut dalam rekening pribadi dan menggunakan sebagiannya untuk membeli tanah serta perhiasan Istri Saudara Terdakwa. Bagaimana penjelasan Saudara Terdakwa?!”

“Dakwaan tersebut pastilah didasarkan pada pencatatan yang salah, Yang Mulia!? Ini juga tidak benar! Ini sungguh fitnah yang sangat keji! Sejak saya memenangkan pemilihan itu, mereka para lawan-lawan politik saya memang selalu mencari-cari kesalahan dan membesar-besarkannya! Itu fitnah Yang Mulia! Fitnnahhh!!!”

“Bagaimana Saudara Terdakwa bisa mengatakan demikian?! Apakah Saudara Terdakwa memiliki bukti-bukti untuk mendukung bantahan dan pembelaan tersebut ???!”

“Yang Mulia, silakan diperiksa bukti-bukti pertanggungjawaban atas penyaluran dana bantuan modal usaha kecil tersebut! Ini saya membawanya lengkap bersama salinan kwitansi pembayaran dan Berita Acara penyerahan bantuannya!!”

BERSAMBUNG .......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun