Mohon tunggu...
Dhimas Soesastro
Dhimas Soesastro Mohon Tunggu... -

Dhimas Soesastro; ini bukan nama sebenarnya, tetapi hanyalah sebuah Nama Pena untuk menulis sastra. Nama pena ini kupilih untuk menyatukan aku,ayah dan kakek.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesaksian Untuk Raja Panduta (#2)

31 Oktober 2012   09:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:10 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Baik Yang Mulia!!”

“Saudara Terdakwa, dalam lembar dakwaan ini dituliskan bahwa pada hari Sabtu itu Saudara Terdakwa mengatakan kepada Istri Saudara ingin pergi ke Kota seberang untuk urusan pekerjaan kantor, Rapat dengan pemerintah pusat. Apakah benar Saudara Terdakwa saat itu pergi ke Kota seberang untuk keperluan pekerjaan?”

“Benar Yang Mulia, hari itu saya memang ada rapat membahas tentang bagaimana penataan kota agar menjadi lebih indah!”

” Tetapi disini para petugas pencatat kesalahan menuliskan bahwa Saudara Terdakwa tidak pernah menghadiri rapat, dan memang rapat tersebut tidak pernah ada, tetapi Saudara Terdakwa justeru bersenang-senang dengan seorang perempuan muda di sebuah kamar hotel mewah?!”

“Yang Mulia! Tanpa mengurang rasa hormat saya kepada Majelis Mahkamah Yang Mulia! Saya pastikan bahwa catatan kesalahan yang dibuat Petugas tersebut adalah fitnah belaka! Hari itu saya tidaklah menginap dihotel mewah, apalagi bersama perempuan muda!”

“Lalu?!..”

“Saya benar-benar menghadiri rapat di salah satu hotel mewah atas undangan pemerintah pusat, itupun kami menginap di losmen sederhana. Saya tegaskan sekali lagi, Rapatnya memang di hotel mewah, tetapi saya menginapnya di sebuah Losmen sederhana, dan sendiri tidak ditemani oleh seorang perempuan muda Yang Mulia!”

“Apakah Saudara Terdakwa memiliki bukti-bukti untuk mendukung bantahan dan pembelaan tersebut?”

“Ada yang Mulia! Saya bawakan bukti-bukti undangan pertemuan dan kwitansi pembayaran penginapan”

Raja Panduta segera bergegas mendekati meja Ketua Majelis Mahkamah, membeberkan lembar demi lembar kertas bertuliskan angka-angka untuk mendukung alibinya. Ketua Majelis Mahkamah hanya manggut-manggut membaca angka-angka tersebut. Demikian juga anggota Majelis di sebelah kanan kirinya!

“Dakwaan kedua!, para petugas pencatat kesalahan menuliskan bahwa Saudara Terdakwa telah membohongi rakyat miskin di Kota ini! Dana bantuan usaha kecil dari pemerintah pusat yang seharusnya diberikan kepada rakyat miskin untuk diolah sebagai modal usaha, justeru Saudara simpan dalam rekening pribadi dan tidak pernah diberikan kepada mereka. Sebagian bahkan saudara belikan tanah dan perhiasan mewah untuk Istri Saudara? Padahal pada saat Sudara Terdakwa berkampanye dahulu, Saudara telah menjanjikan kepada mereka akan memberikan dana bantuan permodalan tersebut untuk mengentaskan mereka dari kubangan kemiskinan! Tetapi sekali lagi, dalam catatan ini, Saudara Terdakwa justeru menyimpan dana tersebut dalam rekening pribadi dan menggunakan sebagiannya untuk membeli tanah serta perhiasan Istri Saudara Terdakwa. Bagaimana penjelasan Saudara Terdakwa?!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun