Belakangan ini saya berkesempatan untuk berbincang dengan teman sebaya saya tepatnya teman SMA saya dulu. Sebenarnya saya mengenalnya sejak duduk di bangku SMP, karena kebetulan dia juga satu SMP dengan saya, tapi yang membuat saya tertarik adalah perubahan yang terjadi dalam dirinya secara signifikan.Â
Bukan hanya dalam hal fisik terlebih dalam sikap, sosial, maupun pencapaian yang telah diraihnya saat SMA hingga sekarang. Kami memang telah sama-sama lulus dan berkuliah di tempat yang berbeda, namun komunikasi kamipun masih berlanjut hingga sekarang.
Ada yang menarik dari cerita gadis berusia belasan tahun ini. Dia menceritakan tentang apa yang membuatnya menjadi sosok yang sekarang. Padahal saya ingat betul saat SMP dia adalah siswi yang benar-benar pasif di sekolah serta tidak terlalu bersemangat dalam menoreh prestasi.Â
Setelah saya lulus dari SMP saya berkesempatan untuk berada di sekolah yang sama dengannya, di situlah saya akhirnya mulai berteman baik dengannya, ditambah lagi kami mengikuti ekstrakulikuler yang sama yaitu organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan.Â
Di situ kami bersama bersama mencoba mengasah kemampuan kami, latihan tiap minggu, mengikuti lomba-lomba, sampai akhirnya kami mendapat prestasi yang cukup gemilang di sekolah kami saat itu. Dan disitulah dia mulai bangkit dan berbalik arah.
Kurang lebih perbincangan kami seperti ini
"Eh kira-kira kenapa sih dulu waktu SMP kamu pendiam banget? Apa yang membuatmu berbeda antara SMP dan SMA?"
"Karena di SMA aku mulai menemukan jati diri, bisa mengembangkan diri, dan sosok sosok sederhana yang menerima saya dan berteman tanpa pandang bulu"Â ujarnya.
"Berarti kamu merasa waktu smp itu, masyarakatnya terlalu pandang bulu?"
"Sebenernya dari SD aku ga goblok-goblok amat cuma karena faktor lain jadi tenggelam"Â ujarnya lagi.
"Jadi waktu SD-SMP kamu belum bisa berkembang karena kamu merasa dipandang sebelah mata?"
"Ya begitulah, dibully juga jadi ada tekanan, kita nunjukin kalo kita bisa malah dibilang yg ngga ngga. Buat bangun dari segala bullyan, makian, hinaan juga agak sulit. Perlu menemukan lingkungan yg baru dan mulai hidup baru. Seandainya aku di SMA itu dan kawan-kawannya yg notabene alumni SD dan SMP yang  sama mungkin aku juga gak bakal begini." Jelasnya