Mohon tunggu...
Dhifaaf AinunJuwairiyah
Dhifaaf AinunJuwairiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Mencari inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Piracy di Selat Malaka: Strategi ASEAN dan Negara Terkait dalam Meningkatkan Keamanan Maritim

5 Desember 2024   18:40 Diperbarui: 7 Desember 2024   14:31 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selat Malaka adalah target utama pembajakan karena beberapa faktor. Sempitnya selat serta banyaknya pulau kecil dan sungai menjadi tempat persembunyian yang ideal bagi para perompak.

Secara historis, bajak laut telah menjadi bagian dari sejarah kawasan ini selama berabad-abad, dengan penguasa lokal yang secara historis mengandalkan bajak laut untuk mempertahankan kekuasaan.

Selain itu, batas-batas teritorial selat yang rumit dan kebutuhan akan kerja sama di antara beberapa negara (Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand) menyulitkan upaya pengawasan yang efektif di kawasan ini.

Salah satu kasus pembajakan yang terkenal di Selat Malaka terjadi pada tahun 2004 yang melibatkan kapal tunda Jepang, Idaten. Kapal ini diserang oleh perompak yang menaiki kapal dan mengambil alih kendali.

Para perompak meminta uang tebusan untuk pembebasan kru dan kapal. Insiden ini menyoroti kerentanan kapal-kapal yang melewati selat tersebut dan ancaman signifikan yang ditimbulkan oleh perompakan di wilayah tersebut.

Serangan terhadap Idaten merupakan bagian dari tren peningkatan pembajakan yang lebih besar pada awal tahun 2000-an, yang menyebabkan Selat Malaka ditetapkan sebagai area berisiko tinggi oleh Lloyd’s Joint War Risk Committee pada tahun 2005. 

Penetapan ini mendorong peningkatan kerja sama internasional dan langkah-langkah keamanan untuk memerangi pembajakan di wilayah tersebut.

ASEAN dan negara-negara terkait telah mengambil beberapa langkah penting untuk memerangi pembajakan di Selat Malaka.

Salah satu upaya yang paling awal dan paling menonjol adalah Malacca Straits Coordinated Patrol (MALSINDO) yang diluncurkan pada tahun 2004 oleh Malaysia, Singapura, dan Indonesia.

Inisiatif ini melibatkan patroli terkoordinasi di perairan teritorial masing-masing negara untuk menekan pembajakan.

Selain itu, program “Eyes in the Sky” diperkenalkan pada tahun 2005 yang melibatkan pengawasan udara untuk memantau dan menghalangi aktivitas bajak laut. Program ini meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi dan merespons insiden pembajakan dengan cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun