The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) adalah organisasi antarpemerintah regional yang terdiri dari sepuluh negara Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, ASEAN bertujuan untuk mempromosikan kerja sama politik dan ekonomi serta stabilitas regional di antara para anggotanya.
Organisasi ini juga berfokus pada pengembangan kolaborasi dan bantuan timbal balik dalam hal-hal yang menjadi kepentingan bersama, seperti perdagangan, pertanian, industri, transportasi, dan komunikasi.
ASEAN telah memainkan peran penting dalam mengoordinasikan upaya-upaya di antara negara-negara anggotanya untuk meningkatkan keamanan maritim. Salah satu wilayah maritim yang menjadi fokus pembahasan yaitu Selat Malaka.
Selat Malaka memiliki sejarah yang kaya sebagai jalur maritim penting dan menjadi salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia yang menghubungkan Samudra Hindia dengan Samudra Pasifik.
Kepentingan strategisnya sudah ada sejak zaman kuno ketika selat ini menjadi jalur utama bagi para pedagang dari Arab, Afrika, Persia, dan India.Â
Wilayah ini menjadi saksi kebangkitan kerajaan maritim yang kuat seperti Sriwijaya, yang menguasai selat ini dan memfasilitasi perdagangan antara Timur dan Barat.
Selama era kolonial, selat ini semakin dianggap penting ketika kekuatan-kekuatan Eropa, termasuk Portugis, Belanda, dan Inggris berusaha untuk mengendalikan selat ini sebagai jalur perdagangan yang menguntungkan.
Selat ini merupakan rute penting bagi perdagangan global, terutama untuk minyak dan barang antara Eropa, Timur Tengah, dan Asia Timur.
Perdagangan yang ramai dan lokasi yang strategis membuatnya menjadi titik rawan pembajakan karena para perompak mengincar banyak kapal yang melewati jalur air yang sempit dan sibuk ini.
Meskipun ada upaya untuk mengekang pembajakan, geografi selat yang kompleks dan lalu lintas yang tinggi terus membuatnya rentan terhadap serangan bajak laut.