Prokrastinasi atau kebiasaan menunda-nunda pekerjaan, telah lama dikenal sebagai salah satu musuh terbesar produktivitas. Kebiasaan menunda tersebut seringkali hingga mendekati tenggat waktu atau bahkan melewati batas waktu yang telah ditentukan. Menurut American Psychological Association, prokrastinasi bukan hanya masalah manajemen waktu, tetapi juga bisa menjadi strategi untuk menghindari emosi negatif, seperti ketakutan gagal atau kecemasan terhadap tugas tertentu.
Bagi sebagian besar orang, prokrastinasi bisa menjadi penghalang utama dalam mencapai tujuan pribadi dan profesional. Meskipun tampaknya hanya masalah kecil, kebiasaan ini dapat berdampak besar pada kualitas kerja, kesejahteraan mental, bahkan karier.
Mengapa kita sering kali memilih untuk menunda pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cepat? Ahli psikologi menyebutkan bahwa prokrastinasi sering kali terkait dengan rasa takut atau cemas terhadap tugas tersebut. Rasa tidak percaya diri atau kekhawatiran akan hasil yang tidak sempurna membuat kita menghindari tugas tersebut. Selain itu, godaan hiburan seperti media sosial atau menonton film sering kali menjadi pelarian yang menggoda.Â
Namun, prokrastinasi bukan hanya sekadar soal kemalasan. Ini adalah masalah psikologis yang mendalam. Sebuah studi dari Journal of Behavioral Science yang dilakukan oleh Smith & Brown (2020) menyatakan bahwa prokrastinasi kronis dapat menyebabkan peningkatan stres, penurunan produktivitas, dan bahkan berkontribusi pada gangguan kesehatan seperti insomnia dan tekanan darah tinggi. Selain itu, prokrastinasi sering kali dikaitkan dengan kondisi psikologis seperti depresi dan kecemasan. Studi lain menyoroti bahwa menunda pekerjaan bisa menjadi cara seseorang menghindari stres atau perasaan tidak nyaman yang datang dengan menyelesaikan tugas. Sayangnya, kebiasaan ini justru menciptakan lebih banyak stres di kemudian hari ketika tenggat waktu semakin dekat.
Dampak dari prokrastinasi sangat luas. Selain mengurangi produktivitas, kebiasaan ini juga bisa merusak kualitas pekerjaan yang dihasilkan. Tugas yang ditunda seringkali dilakukan dengan terburu-buru, yang bisa berujung pada kesalahan yang tidak diinginkan. Ini bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga bisa berdampak pada tim atau organisasi tempat kita bekerja.
Lalu, bagaimana cara mengatasi prokrastinasi? Perlu kita ketahui sebelumnya, Prokrastinasi berkaitan erat dengan bagaimana seorang individu menyelesaikan suatu masalah. Dalam ilmu psikologi, pemecahan masalah atau problem solving diartikan sebagai proses kognitif-behavior yang dilakukan individu untuk mengidentifikasikan dan menemukan solusi yang efektif atas masalah yang dihadapinya. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Stenberg (2009) mengenai problem solving, ada beberapa cara untuk mengatasi kebiasaan menunda-nunda ini.
Identifikasi Permasalahan
Langkah pertama adalah mengenali terlebih dahulu permasalahan yang sedang kita alami, dalam kasus ini permasalahannya adalah prokrastinasi. Kenali apa saja situasi yang membuat kita sering menunda pekerjaan dan identifikasi pola yang sering muncul. Misalnya dalam hal waktu, jenis tugas ataupun emosi yang menyertai situasi tersebut.
Definisi Masalah
Setelah kita melakukan identifikasi, langkah selanjutnya adalah memahami penyebabnya. "Mengapa kita sering menunda?", Pikirkanlah setiap kemungkinan jawaban yang mempengaruhi kebiasaan tersebut. Misalnya apakah karena tingkat kesulitannya, kurangnya motivasi, ataupun terlalu banyak hal lain yang harus dikerjakan. Jika prokrastinasi disebabkan oleh rasa cemas atau ketakutan, maka penting untuk menghadapinya dengan mindset yang positif dan menerima bahwa tidak ada tugas yang sempurna.Â
Menyusun Strategi
Selanjutnya, mulailah menyusun langkah-langkah untuk mengatasi kebiasaan ini. Menetapkan tujuan yang jelas dan realistis akan sangat membantu. Contohnya dengan menetapkan target waktu, memecah pekerjaan menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dikelola, serta cobalah menerapkan teknik manajemen waktu seperti metode Pomodoro, yaitu fokus bekerja selama 25 menit dan kemudian beristirahat sejenak selama 5 menit. Hal ini dapat membantu kita untuk menangani tugas dengan terstruktur dan membantu mengurangi stress serta kelelahan terkait pekerjaan atau pembelajaran.
Alokasi Sumber Daya
Setelah menyusun strategi yang perlu dilakukan, selanjutnya adalah menentukan sumber daya yang dibutuhkan untuk menunjang penyelesaian tugas tersebut. Seperti waktu, alat ataupun dukungan orang lain. Misalnya, jika kita kurang memahami bagaimana cara mengerjakannya, kita dapat mencari bantuan mentor atau rekan yang bisa menjadi partner dalam pembelajaran dan penyelesaian tugas.Â
Contoh lainnya adalah menentukan waktu spesifik untuk fokus menyelesaikan tugas. Tugas yang membutuhkan fungsi kognitif yang tinggi seperti pemikiran mendalam, analisis, atau kreativitas biasanya lebih mudah dilakukan saat energi dan konsentrasi berada pada puncaknya, yaitu di pagi atau sore hari.
Memantau Penyelesaian Masalah
Ketika kita sudah mulai menjalankan strategi yang direncanakan, cobalah untuk melakukan evaluasi secara berkala dalam setiap prosesnya. Apakah sudah sesuai dengan apa yang kita rencanakan? Jika belum, identifikasi kembali hambatan yang muncul dan sesuaikan strategi untuk mengatasinya.Â
Misalnya, kita tidak bisa memenuhi target waktu yang direncanakan karena terlalu banyak hal yang menggoyahkan fokus kita. Maka, cobalah untuk membuat lingkungan kerja yang bebas dari gangguan, seperti mencari tempat yang tenang dan menonaktifkan pemberitahuan dari ponsel atau aplikasi yang bisa mengalihkan perhatian.
Mengevaluasi Penyelesaian Masalah
Setelah kita berhasil menyelesaikan tugas, lakukanlah evaluasi terhadap proses yang telah kita lalui serta hasil yang kita dapatkan. Cobalah untuk merenungkan kembali apakah strategi yang digunakan telah efektif dalam mengurangi prokrastinasi atau belum dan apa saja hal yang perlu diperbaiki dari strategi yang telah dijalankan. Hal ini dapat membantu kita untuk menjadi lebih baik dan mengurangi perilaku prokrastinasi di masa depan.
Enam langkah problem solving tersebut dapat kita terapkan untuk mengatasi kebiasaan dalam menunda-nunda, tentunya setiap langkah yang ada dapat disesuaikan dengan preferensi dari individu masing-masing. Terakhir, ingatlah bahwa mengatasi prokrastinasi bukanlah proses yang instan. Ini adalah kebiasaan yang perlu diubah perlahan-lahan. Dengan kesabaran dan komitmen, kita bisa membebaskan diri dari perangkap prokrastinasi dan meningkatkan produktivitas kita ke tingkat yang lebih tinggi.
Prokrastinasi mungkin tampak seperti kebiasaan yang kecil, tetapi dampaknya bisa sangat besar. Oleh karena itu, penting untuk segera mengambil langkah untuk menghadapinya. Dengan sedikit usaha dan tekad, kita bisa meraih lebih banyak hal dan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.
Oleh : Dhia Nada Aldilla & Agny Nadya YusniauliaÂ
Program Studi Magister Psikologi Sains
Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H