Mohon tunggu...
Dhian Trima Wisesa
Dhian Trima Wisesa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Nama : Dhian Trima Wisesa NIM : 43221010032 Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi Dan Etik UMB Kampus : Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Sadulur Papat Lima Pancer Sebagai Salah Satu Kearifan Lokal Indonesia

26 Oktober 2022   12:57 Diperbarui: 26 Oktober 2022   13:08 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sadulur Papat Lima Pancer Sebagai Salah Satu Kearifan Lokal Indonesia

Nama Dosen   : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Nama                 : Dhian Trima Wisesa

NIM                    : 43221010032

Program Studi Akuntannsi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Mercu Buana

Dulu sebelum ada agama-agama luar masuk ke nusantara penduduk pulau jawa telah memiliki kepercayaan spiritual sendiri. Namun oleh sejarah modern, kepercayaan mereka kerap dianggap sebagai penganut animisme dan dinamisme belaka, bahkan ada juga yang menyebut bahwa mereka penganut kebatinan. Saat belum ada agama luar yang datang ke nusantara, filosofi sedulur papat limo pancer ini lahir dari tradisi masyarakat jawa kuno itu sendiri. Seiring dengan pergantian peradaban yang menguasai nusantara, filosofi sedulur papat limo pancer ini terus mengalami perkembangan. 

Walaupun mengalami banyak perkembangan dan memiliki beragam penafsiran makna, namun pada intinya sedulur papat limo pancer adalah sebuah filosofi yang menceritakan tentang diri kita sendiri. Sedulur papat adalah bagian dalam diri kita sendiri bukan faktor eksternal atau dari luar. Sedulur papat adalah elemen atau energi dalam diri yang membentuk kepribadian dan diri kita saat ini. Sedulur papat juga tentu saja memiliki peranan dalam membantu manusia meningkatkan kesadaranya, sehingga manusia menjadi ingat (eling) terhadap jati dirinya.

Menurut kitab primbon jawa, sedulur papat lima pancer merupakan teman gaib yang selalu menemani manusia, mulai dari dalam kandungan hingga manusia lahir dan meninggal dunia. Sedulur papat limo pancer ini juga dipercaya ikut serta dalam kehidupan manusia dan melindugi manusia dari marabahaya. Masyarakat jawa mengenal istilah sedulur papat limo pancer sebagai gambaran ketika manusia lahir, maka lahir juga lah empat saudara manusia tersebut. Maksud dari sedulur papat limo pancer ini adalah empat saudara dan lima sebagai pusatnya. 

Empat saudara yang dimaksud adalah kakang kawah (air ketuban), adhi ari-ari (plasenta), getih (darah) dan puser (tali pusar), lalu pancer (janin) yang menjadi pusatnya. Saat manusia masih berupa janin dalam kandungan, maka proses penciptaan manusia dari sisi spiritual juga sedang terjadi. Saat janin masih dalam tahap pembentukan di rahim ibu, sedulur papat ini senantiasa menemani dan menjaga janin hingga lahir. Dalam kitab primbon Atassadhur Adammakna bab 5, terdapat tembangan kidung marmati. Kidung tersebut berbunyi:

Ana kidung ing kadang marmati, mong tuwuh ing kawasanira, nganakaken saciptane

Kakang kawah punika, kang rumeksa sarira-mami, anekakaken sedya ing kawasanipun

Adi ari-ari ika amayungi laku ing kawasaneki ngenakaken pangarah

Punang getih ing rahina wengi, ngerewangi ulah kang kawasa andadekaken karsane

Puser kawasanipun nguyu-uyu sabawa-mami anuruti panedha kawasanireku

Sangkep kadang ingsun papat, kalimane pancer wus dadi sawiji tunggal awujud ingwang

Mangkya kadang-ingsun kang umijil saking marga hina pareng samya

Sadinane amor enggone kalawaj kadang-ingsun ingkang ora umidjil saking marga hina punika

Kumpule lan ingsun dadi makdum-ssrpin sira wewayangan ing zat reke dadya kanthi saparan datan pisah

Kidung marmati berisi lirik nyanyian (tembangan) tentang empat saudara kita yang merawat kita dengan hati-hati dan ikut memelihara kita berdasarkan kekuasaan yang di berikan-Nya dalam proses penciptaan manusia. Dalam kidung tersebut dijelaskan, air ketuban bertugas menjaga badan manusia yang membantu mendatangkan kehendak dari yang maha kuasa, lalu ada plasenta yang bertugas memayungi perilaku berdasarkan arahan-Nya. Darah menjalankan tugas dari yang kuasa untuk mewujudkan kehendak-Nya. Dan pusar tugasnya memberi perhatian dengan kesungguhan untuk janin memenuhi perintah yang kuasa maka lengkaplah empat saudara itu, yang kelima sebagai pusat juga sudah bersatu menjadi tunggal dalam perwujudan manusia.

Syair atau lirik dalam tembangan kidung tersebut konon ditulis oleh sunan kalijaga. Kidung (tembangan) tersebut berjudul kidung marmati. Marmati yang artinya takut mati, yaitu perasaan ibu saat mengandung setiap hari berada dalam kondisi takut mati. Seorang ibu merasa cemas dan khawatir akan kematian saat akan melahirkan seorang anak.

dokumen pibadi
dokumen pibadi

Orang jawa biasanya menjadikan sedulur papat limo pancer sebagai jimat, patokan, aturan, atau pedoman dalam berbagai kehidupan. salah satunya adalah filosofi kiblat papat lima pancer yang didefinisikan sebagai empat arah mata angin, yaitu timur, selatan, barat dan utara, sedangkan lima yang menjadi pancer adalah tengahnya. Bahkan, orang jawa sendiri memasukkannya ke dalam nama-nama hari (weton) yang menentukan jodoh, rezeki, dan kehidupan manusia. Misalnya seperti, pasar legi (timur), pahing (selatan), pon (barat), utara (wage), dan pusatnya (kliwon).

Dalam filosofi jawa, ada empat malaikat yang menjaga dan menemani kita saat dalam kandungan ibu yang disebut dengan sedulur papat. Adapapun penjelasan mengenai sedulur papat atau empat saudara ini adalah sebagai berikut:

  • Kakang kawah atau cairan ketuban

Seperti yang kita ketahui, cairan ketuban lah yang menemani kita saat masih di dalam kandungan  dan melindungi kita dari benturan. Dengan adanya air ketuban maka janin bisa bergerak dengan bebas, karena lingkungan yang aman yang dipenuhi dengan cairan. Air ketuban ini juga yang pertama kali keluar sebelum lahirnya seorang bayi, membuka jalan bagi bayi. Karena air ketuban lahir pertama maka ilmu kejawen menyebut air ketuban dengan sebutan kakak (kakang kawah). Ketika seorang bayi lahir pasti bersamaan dengan kakang kawah dan adhi ari ari. Kakang kawah adalah pecahnya air ketuban, dalam ilmu kejawen kakang kawah tadi pecah jadi air yang akhirnya wujudnya menjadi langit sedangkan adhi ari-ari itu menjadi bumi.

  • Adhi ari-ari atau plasenta

Plasenta bertanggung jawab untuk mengantarkan sari makanan. Ketika seorang ibu makan maka plasenta akan menyalurkan makanan tersebut kepada janin di dalam kandungan. Plasenta lahir setelah kelahiran bayi sehingga dalam istilah kejawen disebut dengan sebutan adik atau saudara muda (adhi ari-ari). Tidak hanya sebagai penyalur makanan untuk makan bayi, adhi ari-ari juga dianggap sebagai penyalur perilaku. Jika ayah dan ibunya melakukan perbuatan baik, terutama ibu maka bayi akan mewarisi perilaku baik itu nantinya.

  • Getih atau darah

Bersamaan dengan air ketuban, darah juga menemani janin siang dan malam di dalam rahim sampai proses kelahiran tiba. Saat proses persalinan darah keluar bersama janin dan darah ini juga ada di dalam tubuh bayi hingga dia dewasa.

  • Puser atau tali pusar

Tali pusar adalah bagian dari plasenta yang tetap melekat pada bayi, menemani bayi tersebut sampai dia berusia sekitar 7 hari. Tali pusar akan mengering dan lepas sendiri secara alami. Proses terlepasnya tali pusar dari tubuh bayi disebut dengan pupak puser. Meskipun tali pusar terlepas dari bayi, namun tetap juga dianggap sebagai saudara bayi.

  • Pancer atau pusat

Maksud dari pancer ini adalah pusatnya yaitu tubuh atau diri kita sendiri. Masyarakat jawa percaya bahwa sebagai manusia, kita harus bisa menyelaraskan kelima hal itu agar menjadi satu kesatuan yang utuh.

Setelah semua proses selesai, maka telah lengkap empat saudara dan yang kelima sebagai pusatnya. Elemen tersebut berwujud tunggal menjadi diri kita sebagai bentuk karya sang pencipta. Pancer atau pusatnya adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu, dalam budaya jawa orang tua harus berdoa kepada yang maha kuasa saat bayi yang masih dalam kandungan, agar setelah lahir menjadi manusia yang dapat menjadi insan kamil.

Setelah lahir ke dunia kita telah berpindah dari alam misal ke alam ajsam. Tugas kakang kawah, adhi ari-ari, darah, dan pusar sudah selesai. Tetapi pada hakikatnya mereka tidak hilang, karena sudah menjadi wujud diri kita. Sedulur papat atau empat saudara itu tetap terlibat dalam kehidupan kita. Jika jalan kita benar, maka kita dapat menjadi manusia yang sempurna atau insan kamil. Ketika lahir ke dunia, sebenarnya semua janin lahir dalam kondisi baik dan tidak melakukan kesalahan (suci). Namun karena antara manusia yang satu dengan yang lainnya memiliki perilaku yang berbeda setelah dilahirkan, maka ada yang jadi baik dan ada yang buruk.

ardajogja.files.wordpress.com
ardajogja.files.wordpress.com

Dalam wayang purwa yang juga diciptakan oleh sunan kalijaga dan anggota walisongo lainnya, terdapat sebuah wayang yang disebut wayang gunungan. Dalam wayang gunungan terdapat empat gambar hewan, yaitu harimau, banteng, monyet, dan merak. Konon ceritanya ini adalah simbol dari empat saudara kita. Empat binatang tersebuat digubakan untuk melambangkan empat jenis nafsu manusia. Arti dari lambang tersebut adalah harimau yang melambangkan nafsu amarah, gambar banteng yang melambangkan nafsu supiyah, gambar monyet yang melambangkan nafsu aluamah, dan gambar merak melambangkan nafsu mutmainah. Arti dari masing-masing gambar hewan tersebut yaitu:

  • Gambar harimau yang melambangkan nafsu amarah. Amarah adalah nafsu yang berkaitan dengan kekuasaan, tahta, harga diri, dan emosi. Jika kita tidak bisa mengendalikan nafsu tersebut, bisa berakibat kita menjadi mudah marah, ingin menang sendiri, arogan, dan suka menindas orang lain. Nafsu ini erat kaitanya dengan sifat sombong, namun dalam porsi yang tepat nafsu ini bisa menjadi perilaku yang benar, seperti berani memperingatkan orang yang salah dan berani bertindak jika itu benar. Dalam filosofi jawa nafsu ini dipengaruhi oleh unsur api, tinggal di selatan, dan dilambangkan dengan warna merah.
  • Gambar banteng yang melambangkan nafsu supiyah. Supiyah adalah nafsu yang berhubungan dengan keindahan dan harta benda. Di mana jika kita tidak bisa mengendalikan nafsu tersebut, membuat kita menjadi ke duniawian atau serakah. Namun, dalam porsi yang tepat nafsu ini bisa menjadi gairah untuk bekerja, mencari rejeki yang halal dan berkah bagi keluarga. Jika kita tidak bisa mengendalikan nafsu ini, maka kita akan bersikap iri hati, korupsi, mencuri dan perbuatan buruk lainnya. Dalam filosofi jawa nafsu ini dipengaruhi oleh unsur udara, tinggal di timur, dan dilambangkan dengan warna kuning.
  • Gambar monyet yang melambangkan nafsu aluwamah. Aluwamah adalah nafsu yang berhubungan dengan kebutuhan fisik, seperti makan, minum, berpakaian, dan syahwat. Nafsu ini berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia, tetapi jika kita tidak bisa mengendalikan diri, maka konsekuensinya bisa mengerikan. Misalnya kita makan dengan berlebihan dapat menyebabkan obesitas, diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, dan lainnya. Dalam filosofi jawa nafsu ini dipengaruhi oleh unsur bumi, tinggal di utara, dan dilambangkan dengan warna hitam.
  • Gambar burung merak yang melambangkan nafsu mutmainah. Mutmainah adalah nafsu yang berhubungan dengan keinginan untuk berbuat baik. Dalam porsi yang tepat, nafsu ini adalah nafsu yang baik. Tapi manusia harus bisa merawat nafsu ini dengan baik, karena jika tidak maka akan menjadi salah. Misalnya ada seseorang yang bolak-balik naik haji, tetapi tidak pernah memperhatikan tetangganya yang masih sering kelaparan, itu merupakan tindakan yang tidak benar. Contoh lainnya, manusia bisa menjadi orang yang sombong. Karena sombong tidak hanya disebabkan oleh sehat, kaya, pintar atau memiliki kedudukan saja, kesombongan yang paling berbahaya adalah sombong karena merasa paling dekat dengan Tuhan. Oleh karena itu, agar menjadi hal yang baik maka nafsu ini juga perlu dijaga. Dalam filosofi jawa nafsu ini dipengaruhi oleh unsur air, ada di barat, dan dilambangkan dengan warna putih

Maka dari itu, saudara empat harus dijaga dan diawasi, supaya jangan sampai ngelantur. Manusia diuji agar jangan sampai kalah dengan keempat saudaranya yang lain, yaitu harus selalu menang atas mereka sehingga bisa hidup menjadi manusia yang baik. Jika manusia kalah dari saudara empat ini, berarti hancurlah dunianya. Sebagai pusat, manusia harus bisa menjadi pengawas dan menjadi patokan. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, manusia itu berhubungan dengan empat elemen, yaitu bumi, air, angin, dan api. Bumi menjadi alas untuk kita beribadah, air dapat digunakan untuk kita bersuci atau mensucikan diri, angin menjadi nafas untuk kita, dan api menjadi penerangnya.

Dalam kidung marmati juga menjelaskan bahwa ada empat saudara kandung yang ikut lahir. Tetapi juga ada saudara kandung lainnya yang tidak ikut dilahirkan, namun mereka juga ada dalam kandungan ibu. Mereka adalah para malaikat utusan Tuhan yang telah membawa hidayah untuk diri kita saat menjalankan tugas sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Oleh karena itu, orang yang paling dikabulkan doanya oleh Tuhan adalah orang yang melahirkan diri kita satu paket dengan empat saudara dan para malaikat yang tidak ikut lahir bersama kita, yaitu doa seorang ibu. Jadi kidung marmati itu mengajarkan kita tentang berbakti kepada orang tua kita, terutama ibu. Sudah seharusnya kita semua menghormati kedua orang tua kita, yang telah memiliki andil dalam perkembangan diri kita di dunia ini. Jika kita sedang mengalami kesulitan dalam hidup mintalah restu kepada orang yang melahirkan kamu dan keempat saudaramu, yaitu ibu kita masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun