Mohon tunggu...
Dhian Trima Wisesa
Dhian Trima Wisesa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Nama : Dhian Trima Wisesa NIM : 43221010032 Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi Dan Etik UMB Kampus : Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Sadulur Papat Lima Pancer Sebagai Salah Satu Kearifan Lokal Indonesia

26 Oktober 2022   12:57 Diperbarui: 26 Oktober 2022   13:08 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ardajogja.files.wordpress.com
ardajogja.files.wordpress.com

Dalam wayang purwa yang juga diciptakan oleh sunan kalijaga dan anggota walisongo lainnya, terdapat sebuah wayang yang disebut wayang gunungan. Dalam wayang gunungan terdapat empat gambar hewan, yaitu harimau, banteng, monyet, dan merak. Konon ceritanya ini adalah simbol dari empat saudara kita. Empat binatang tersebuat digubakan untuk melambangkan empat jenis nafsu manusia. Arti dari lambang tersebut adalah harimau yang melambangkan nafsu amarah, gambar banteng yang melambangkan nafsu supiyah, gambar monyet yang melambangkan nafsu aluamah, dan gambar merak melambangkan nafsu mutmainah. Arti dari masing-masing gambar hewan tersebut yaitu:

  • Gambar harimau yang melambangkan nafsu amarah. Amarah adalah nafsu yang berkaitan dengan kekuasaan, tahta, harga diri, dan emosi. Jika kita tidak bisa mengendalikan nafsu tersebut, bisa berakibat kita menjadi mudah marah, ingin menang sendiri, arogan, dan suka menindas orang lain. Nafsu ini erat kaitanya dengan sifat sombong, namun dalam porsi yang tepat nafsu ini bisa menjadi perilaku yang benar, seperti berani memperingatkan orang yang salah dan berani bertindak jika itu benar. Dalam filosofi jawa nafsu ini dipengaruhi oleh unsur api, tinggal di selatan, dan dilambangkan dengan warna merah.
  • Gambar banteng yang melambangkan nafsu supiyah. Supiyah adalah nafsu yang berhubungan dengan keindahan dan harta benda. Di mana jika kita tidak bisa mengendalikan nafsu tersebut, membuat kita menjadi ke duniawian atau serakah. Namun, dalam porsi yang tepat nafsu ini bisa menjadi gairah untuk bekerja, mencari rejeki yang halal dan berkah bagi keluarga. Jika kita tidak bisa mengendalikan nafsu ini, maka kita akan bersikap iri hati, korupsi, mencuri dan perbuatan buruk lainnya. Dalam filosofi jawa nafsu ini dipengaruhi oleh unsur udara, tinggal di timur, dan dilambangkan dengan warna kuning.
  • Gambar monyet yang melambangkan nafsu aluwamah. Aluwamah adalah nafsu yang berhubungan dengan kebutuhan fisik, seperti makan, minum, berpakaian, dan syahwat. Nafsu ini berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia, tetapi jika kita tidak bisa mengendalikan diri, maka konsekuensinya bisa mengerikan. Misalnya kita makan dengan berlebihan dapat menyebabkan obesitas, diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, dan lainnya. Dalam filosofi jawa nafsu ini dipengaruhi oleh unsur bumi, tinggal di utara, dan dilambangkan dengan warna hitam.
  • Gambar burung merak yang melambangkan nafsu mutmainah. Mutmainah adalah nafsu yang berhubungan dengan keinginan untuk berbuat baik. Dalam porsi yang tepat, nafsu ini adalah nafsu yang baik. Tapi manusia harus bisa merawat nafsu ini dengan baik, karena jika tidak maka akan menjadi salah. Misalnya ada seseorang yang bolak-balik naik haji, tetapi tidak pernah memperhatikan tetangganya yang masih sering kelaparan, itu merupakan tindakan yang tidak benar. Contoh lainnya, manusia bisa menjadi orang yang sombong. Karena sombong tidak hanya disebabkan oleh sehat, kaya, pintar atau memiliki kedudukan saja, kesombongan yang paling berbahaya adalah sombong karena merasa paling dekat dengan Tuhan. Oleh karena itu, agar menjadi hal yang baik maka nafsu ini juga perlu dijaga. Dalam filosofi jawa nafsu ini dipengaruhi oleh unsur air, ada di barat, dan dilambangkan dengan warna putih

Maka dari itu, saudara empat harus dijaga dan diawasi, supaya jangan sampai ngelantur. Manusia diuji agar jangan sampai kalah dengan keempat saudaranya yang lain, yaitu harus selalu menang atas mereka sehingga bisa hidup menjadi manusia yang baik. Jika manusia kalah dari saudara empat ini, berarti hancurlah dunianya. Sebagai pusat, manusia harus bisa menjadi pengawas dan menjadi patokan. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, manusia itu berhubungan dengan empat elemen, yaitu bumi, air, angin, dan api. Bumi menjadi alas untuk kita beribadah, air dapat digunakan untuk kita bersuci atau mensucikan diri, angin menjadi nafas untuk kita, dan api menjadi penerangnya.

Dalam kidung marmati juga menjelaskan bahwa ada empat saudara kandung yang ikut lahir. Tetapi juga ada saudara kandung lainnya yang tidak ikut dilahirkan, namun mereka juga ada dalam kandungan ibu. Mereka adalah para malaikat utusan Tuhan yang telah membawa hidayah untuk diri kita saat menjalankan tugas sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Oleh karena itu, orang yang paling dikabulkan doanya oleh Tuhan adalah orang yang melahirkan diri kita satu paket dengan empat saudara dan para malaikat yang tidak ikut lahir bersama kita, yaitu doa seorang ibu. Jadi kidung marmati itu mengajarkan kita tentang berbakti kepada orang tua kita, terutama ibu. Sudah seharusnya kita semua menghormati kedua orang tua kita, yang telah memiliki andil dalam perkembangan diri kita di dunia ini. Jika kita sedang mengalami kesulitan dalam hidup mintalah restu kepada orang yang melahirkan kamu dan keempat saudaramu, yaitu ibu kita masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun