Mohon tunggu...
Dhia Imara
Dhia Imara Mohon Tunggu... Penulis - Manusia biasa yang segalanya masih belajar

Jadikan menulis sebagai bekal untuk menimbun manfaat dan berkah dunia akhirat demi menggapai jannah-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pantaskah Kita Menampakkan Masalah Dihadapan Orang Lain?

4 Agustus 2020   11:24 Diperbarui: 4 Agustus 2020   11:29 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SAYA TANGGUH, SAYA KUAT (dream.co.id)

Masalah yang datang kepada diri kita, mesti kita jadikan sebagai penguat raga dan rasa. Sebab, Allah sedang menguji kekuatan batin dan iman kita. Seberapa kuatkah kita untuk melalui itu semua. Apakah kita akan menjadi manusia yang penuh dengan keluh dan kesah? 

Ataukah menjadi manusia yang penuh dengan keoptimisan untuk menyelesaikan segala persoalan tersebut? Semua itu perihal pilihan. Kita tinggal memilih, ingin menjadi manusia seperti apa. 

Manusia dengan sikap kedua, dia tak pernah menunjukkan rasa sedih bahkan rasa mengeluh kepada publik. Ia seakan-akan tidak memiliki masalah sedikit pun, begitulah orang lain memandang. 

Banyak orang yang iri akan sikapnya, sebab ia tak pernah menampakkan kekesalan tersebab datangnya persoalan. Di balik sikapnya yang tenang dan menyenangkan, ada banyak masalah yang ia hadapi. Masalah tersebut ia sembunyikan baik-baik sesuai koridornya. 

Ia adalah manusia yag hatinya penuh dengan kelapangan, lapang menerima apa yang terjadi dalam dirinya. Sebab, ia sadar. Bahwa itu semua datangnya dari Sang Khalik yang ia cintai. Banyaknya masalah yang ia hadapi, ia pandang sebagai bentuk kecintaan Allah terhadap dirinya. Ia tau, bahwa Allah ingin meninggikan derajatnya, melalui kekuatan batin, raga, serta iman yang hamba-Nya milikki.

Sungguh, luar biasanya manusia dengan sikap kedua ini. Masya Allah, dia begitu percaya akan kehadiran Allah di kala ia di rundung duka, maupun suka. Allah lah sebaik-baik tempat kita kembali, Allah lah sebaik-baik sang penguat raga dan batin. Ia akan selalu ada di kala jutaan probematika datang menuju kepada diri kita.

Jadi bagaimana? Sudahkah kita mulai menginstropeksi dan memilih? Kira-kira kita ingin menjadi manusia dengan sikap pertama, atau kedua? Pasti para pembaca menjawab, "Sikap kedua." Semoga jawaban tersebut memang benar-benar berasal dari hati kita yang paling tulus. Jawaban yang akan selalu menjadi pegangan kita dalam menyikapi persoalan yang datang, dengan penuh sikap positif dan juga bijak. Aamiin Ya Rabb, Wallahul Musta'an.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun