Aku berdiri dekat bangku tempat kita biasa menghabiskan waktu bersama, sambil melihat sekeliling. Mencari-cari bayangmu. Pemilik kedai kopi kecil yang akhirnya mengenaliku, menghampiri dan menyapaku.
“Apa kabar mas, sudah lama sekali mas tidak ke sini.” katanya. “Mas, mau pesan minuman yang biasa mas pesan dulu?” tanyanya.
“Boleh.”kataku.”Tapi aku mencari temanku yang tadi duduk di sini. Di mana dia ya? Apa sudah pulang?” tanyaku masih bingung.
“Teman yang mana mas? Dari tadi bangku ini kosong”
“Yang duduk di sini, yang minum kopi sambil menggambar.”kataku berkeras.
Wajah pemilik kedai kopi kecil itu mendadak pucat. “Maksudnya, teman perempuan yang biasa datang bersama mas dulu."
"Iya."
“Dia sudah pergi mas. Sekitar enam atau tujuh bulan yang lalu. Kejadiannya di depan sini juga, mirip dengan kejadian tadi. Ada anak kecil yang mendadak menyebrang, mbak itu melompat ke jalan untuk menyelamatkan anak itu.Dan…” pemilik kedai kopi kecil itu terus bercerita.
Aku terduduk lemas di bangku itu. Jadi kamu…Hatiku serasa dihujani ribuan tombak.
Pemilik kedai kopi kecil tadi masuk ke dalam kedainya dan kembali dengan sebuah buku tebal ditangannya. “Ini yang tertinggal di meja. Saya tidak tahu harus menyerahkannya pada siapa jadi saya simpan. Siapa tahu ada kenalannya yang mampir ke kedai ini,”katanya sambil menyerahkan buku itu.
Buku itu. Bukumu yang kamu gunakan untuk melukiskan semua sketsamu.