Adzan Magrib baru selesai berkumandang dari mesjid Agung, Lamprit, Banda Aceh. Hari itu 7 Juni 2014. Saya duduk di sebuah warung kopi Arabika. Merenungkan pengalaman saat menyaksikan wawancara pelatih Tim Nasional U-19, Indra Sjafri, di acara Kick Andy, Metro TV. Saat itu, ia berbagi cerita seputar prestasi Tim Nasional U 19 dan bagaimana proses panjang meraih prestasi tersebut. Sejak saat itu, saya mulai terobesesi bertemu lelaki asal Sumatera Barat itu.
Sukses membawa banyak kemenangan dalam pertandingan Tur Nusantara jilid 1 dan Tur Timur Tengah, awal Juni 2014, Indra Sjafri bakal kembali membawa tim asuhannya dalam Tur Nusantara jilid 2. Aceh adalah daerah pertama yang bakal disinggahi punggawa muda sepakbola Indonesia itu. “Bagaikan pungguk merindukan bulan.” Itulah kalimat yang cocok untuk saya ketika Indra Sjafri akan ke di Banda Aceh. Saya bertekad harus bisa menjumpai dia. Pelatih tersukses setelah mampu membawa Tim Nasional Indonesia yang telah 22 tahun lamanya dapat menyabet piala internasional.
Tim Nasional U 19 Vs akan bertanding dengan Tim Pra-PON Aceh U 21 di Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, 6 Juni. Tanggal 4, mereka sudah mendarat di Aceh.
Informasi mengenai jadwal kedatangan Indra pun tak saya sia-siakan. Malam sebelum ketibaan mereka. Saya langsung mencari tahu, jam berapa mereka akan sampai di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda dan di mana nantinya mereka menginap selama tur tersebut.
Tidak mau ketinggalan, saya pun mencari buku biografi Indra Sjafri yang cetakan pertamanya terbit April 2014. Sebuah keberuntungan akirnya saya menemukan buku itu di sebuah toko buku ternama di Banda Aceh.
Pukul 2 siang, Indra dan Tim Nasional menginjakkan kaki di tanah kelahiran tiga pemain Tim Nasional U 19; Zulfiandi, Miftahul Hamdi, dan Hendra Sandi Gunawan.
Waktu itu pukul 19 lewat 30 menit. Saya menerima sms dari seorang teman wartawan bahwa Indra Sjafri menginap di sebuah hotel di daerah lamprit. Layaknya ketiban durian runtuh, mendapati lokasi hotel tempat Indra Sjafri menginap hanya berjarak sekitar 500 meter dari posisi saya sedang menyeruput kopi malam.
Kegiatan menunaikan mimpi bertemu pelatih bola no 1 di Indonesia itu pun akirnya terwujud. Sesaat setelah mendapati sms itu, saya langsung merapat ke hotel tersebut dengan sepeda motor.
Kepada penjaga parkirlah, pertama saya bertanya, apakah benar Tim Nasional mengginap di hotel ini. Dia menjawab benar. Saya langsung menuju lobi hotel. Melihat ke kiri dan ke kanan, di mana gerangan sang idola itu berada.
“Pak Indranya ada?” tanya saya kepada pelayan hotel.
“Kamu siapa? Dan perlu apa dengan Pak Indra?” jawabnya.