[caption caption="Kronologi Hidup Buddha, terbitan Ehipassiko Foundation"][/caption]Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammă Sambuddhassa (3x)
“Ekam dhammam atitassa ~ Musãvãdissa jantuno
Vittinnaparalokassa ~ Natthi pãpam akãriyam”
Seseorang yang suka berdusta, mengabaikan kebenaran Dhamma,
melakukan semua perbuatan jahat,
pasti akan menderita pada kelahiran yang akan datang
(Dhammapada 13:10 = 176)
Kelahiran adalah proses akhir dari kehamilan yang sukses sehingga mewujudkan bayi pada manusia. Selain manusia, binatang menyu- sui juga bisa melahirkan. Dalam paham agama Buddha, seorang Bodhisattva juga harus memenuhi syarat dilahirkan sebagai manusia laki-laki, seperti halnya kelahiran Pangeran Siddhartha. Dalam Lilitavistara, bagian dari Kitab Suci Tripitaka, kelahiran Bodhi-satva di Taman Lumbini menun-jukkan tanda-tanda yang spesifik dan menakjubkan.
Sesaat setelah lahir, Putra mahkota Kerajaan Kapilawasthu ini langsung berdiri, berjalan tujuh langkah dan berbicara sbb:
“Aggo ‘hanasmi lokassa,
jettho ‘ham asmi lokassa,
settho ‘ham asmi lokassa,
ayam antimã jati
natthi dãni punabbhavo”
artinya: “Akulah pemimpin dalam dunia ini
akulah Tertua dalam dunia ini
akulah Teragung dalam dunia ini
inilah kalahiranKu yang terakhir
tak akan ada tumimbal lahir lagi”
Bersamaan dengan kelahiran yang terjadi pada purnama Waisak 623 tahun sebelum Masehi ini juga lahir atau muncul sbb:
Putri Yosodhara atau nama lainnya Putri Bimbadevi, istri Pangeran Siddhartha.
Ananda, salahsatu siswa Sang Buddha.
Kanthaka, kuda kesayangan Pangeran Siddhartha.
Channa, pengasuh kuda/kusir Pangeran Siddhartha.
Kaludayi, yang membujuk Sang Buddha berkunjung ke Kapi-lawasthu.
Seekor gajah istana.
Pohon Bodhi, tempat Pangeran Siddharthamencapai Penerangan Agung.
Nidhikumbhi, kendi tempat harta pusaka.
Kita tidak dapat memilih tempat atau sebagai apa kelahiran kita. Bila sudah tidak dilahirkan kembali, tercapailah Nirvana (Sansekerta) atau Nibbana (Pali). Tempat atau alam kelahiran ada 32. Dengan demikian kita mengalami kelahiran, dilanjutkan proses kehidupan dan kematian atau lenyap berada dalam salahsatu dari 32 item tsb.
Bagaimana sebaiknya kita menjalani proses kehidupan ini, Sang Buddha berpesan sebelum beliau wafat sebagai berikut:
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha artinya “segala yang berkondisi tidak kekal, rajin-rajinlah berjuang demi kebebasanmu”.Yang dimaksud “kebebasan” di sini adalah bebas dari kelahiran dan tercapainya Nirvana.
Begitulah kelahiran yang dialami sebelum kita mencapai “penerangan agung”. Rentetan kelahiran sebagai manusia karena memenuhi syarat adanya 5 skandha & kita punya kesempatan karena adanya panca bala.
Semoga kita benar-benar memahami hal ini sehingga hidup selaras, tenang, bahagia & sejahtera.
Sabbe satta bhavantu sukkhitattã
Semoga semua makhluk berbahagia ~ sadhu, sadhu, sadhu !
Ringkasan dhammadesana (khotbah) di Vihara Buddhaya Watugong
Semarang, 10 April 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H