Uskup Agung Merauke dan Teori Inkulturasi
Pandangan Uskup Agung Merauke mengenai proyek strategis nasional sangat bertentangan dengan teori inkulturasi, yang merupakan metode adaptasi ajaran Gereja Katolik dalam konteks budaya non-Kristiani. Inkulturasi telah berhasil mengintegrasikan masyarakat Marind dengan tradisi Kristen, namun dukungan Uskup Agung terhadap proyek tersebut menunjukkan pengabaian terhadap prinsip-prinsip inkulturasi.
Uskup Agung Merauke dan Ensiklik Laudato Si
Sikap Uskup Agung Merauke yang mendukung proyek sawit dan tebu jelas akan merusak hutan dan merampas tanah adat masyarakat Animha. Ini bertentangan dengan ajaran ensiklik Laudato Si dari Paus Fransiskus, yang menekankan pentingnya menjaga ciptaan dan ekosistem. Sikap ini mencerminkan dukungan terhadap kepentingan perusahaan dan negara, sementara mengabaikan nilai-nilai yang diajarkan dalam Laudato Si. Tindakan Uskup Agung Merauke menunjukkan lebih banyak dukungan kepada perusahaan perampas tanah adat dan militer Indonesia daripada kepada masyarakat adat Papua dan hak-haknya. Ketidakmampuannya untuk mendengarkan keluhan masyarakat menunjukkan risiko besar bagi umat Katolik di wilayah tersebut. Oleh karena itu, Uskup Agung Merauke seharusnya diemerituskan dari jabatannya agar tidak melanggar prinsip-prinsip inkulturasi dan ajaran Laudato Si.
Penulis: Delvis Sonda (Ketua PMKRI Cabang Jakarta Timur)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H