Mohon tunggu...
Dhedi R Ghazali
Dhedi R Ghazali Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Saya hanya seorang penulis yang tidak terkenal.

Saya hanya pembaca yang baik dan penulis yang kurang baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan, Apa Mau-Mu?

13 Maret 2016   03:38 Diperbarui: 13 Maret 2016   03:44 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana semakin ricuh. Jemaah masjid yang masih di dalam sontak berhamburan keluar.

“Kamu kenapa, Fit?”

“Lelaki ini yang memperkosaku. AKu ingat benar wajahnya. Aku tak akan bisa melupakan wajah itu.”

Bagaikan petir yang menggelegar. Tubuhku kaku. Jantung berdebar kencang. Alir darahku semakin cepat. Apa benar Ridwan pelaku pemerkosaan? Ridwan yang mengajariku banyak hal tentang agama. Lelaki yang membawaku dari kehiudupan gelap menuju terang. Yang mendakwahiku dengan kalimat-kalimat indah para sufi. Apa benar dia pelakunnya?

Wajah Ridwan terlihat ketakutan. Dia akhirnya mencoba berlari meninggalkan Fitri. Pelariannya itulah yang membuatku yakin dan sadar bahwa memang Ridwanlah pelaku pemerkosaan itu. Kerumunan orang semakin banyak. Kebanyakan adalah dari jamaah masjid. Mendengar teriakan dan jeritan Fitri, sontak mereka langsung mengejar Ridwan. Tak jauh dari masjid akhirnya Ridwan tertangkap. Bukan diserahkan ke polisi, namun massa yang sudah meradang beramai-ramai memukulinya. Teriakan dari tokoh masyarakat agar tak main hakim sendiri pun tak didengarkan. Bahkan semakin banyak orang yang berdatangan tanpa basa-basi ikut menghajar Ridwan yang sudah tak berdaya. Aku pun tak yakin apakah mereka itu tahu duduk perkaranya. Aku masih terdiam. Seperti mimpi saja.

Tanpa sadar, keluar kalimat dari mulutku, “Tuhan, apa yang ingin Kau perlihatkan dari peristiwa-peristiwa tak terdua ini? Apa mau-Mu, Tuhan?”

Fitri tersungkur. Air matanya tiada habis menghunjam bumi. Tangisnya semakin terisak. Sedangkan di seberamng jalan, terlihat Ridwan meregang nyawa. Darah bercucuran. Sisi kehewanan manusia begitu Nampak di depan mata.

“Maafkan aku, Fit. Aku tidak tahu kalau ternyata Ridwan adalah yang memperkosamu.”

“Sudahlah! Kau puas? Ini kan mau Tuhanmu? Mempermalukanku di depan para jemaah. Andai saja aku tidak ikut denganmu ke masjid ini. AKu tak akan bertemu lelaki bajingan itu. Aku tak akan menyebarkan aibku sendiri.”

Sunyi. Ada kesunyian yang menjalar di setiap sisi tubuhku. Aku pun tak tahu apa yang ingin Allah sampaikan lewat peristiwa ini.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun