Oleh: Dhea Riski Triani, Maryati Sulastri Sitohang, Natasya Diva NaomiÂ
Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri JakartaÂ
Bagi siswa yang mulai memasuki tahun pertama pendidikan sekolah umum, tujuan pembelajaran dalam ilmu sosial adalah untuk mengajarkan siswa mengenai konsep paling dasar mengenai teori yang menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena sosial. Dari pengetahuan ilmu sosial diharapkan siswa dapat mengimplementasikan ke dalam pengalaman mereka sehingga siswa mampu menafsirkan secara utuh. Berdasarkan (Yanti & Nurani, 2018) istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau social studies merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar, menengah, dan pada program studi di perguruan tinggi. Dalam (Hidayat, 2020) mata pelajaran IPS di Indonesia dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Dari pengertian tersebut, pembelajaran IPS di sekolah harus dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Pembelajaran IPS harus beralih menjadi pengajaran yang asyik dan tidak membosankan, maka dari itu tugas guru sangat esensial untuk melakukan peralihan mulai dari metode pengajaran, menguasai teknologi terkini, dan memperbanyak literasi supaya dapat menyiapkan siswa dalam menghadapi perubahan zaman yang dinamis. Hal itu senada dengan tujuan pendidikan IPS dalam (Rosyad & Darmiyati, 2018) yaitu membina peserta didik menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat dan bangsa. Â Pengajaran IPS bukan hanya berpaku pada kajian teori saja, tetapi bagaimana menjadi pegangan bagi siswa untuk bisa memahami kehidupan sosial, serta dapat memecahkan persoalan yang terjadi di masyarakat. Maka dari itu model pembelajaran di kelas sudah tidak efektif lagi jika menggunakan teknik menghafal untuk mengingat materi pelajaran, atau hanya sekedar mencatat sampai berlembar-lembar kertas. Akhirnya, mata pelajaran IPS sering dijuluki siswa sebagai mata pelajaran yang membuat jenuh.
Dari semua mata pelajaran di sekolah, IPS juga menempati posisi paling transendental untuk memberikan pengalaman pendidikan yang suportif atas perkembangan budaya siswa. IPS memberikan peluang kurikuler untuk mengobservasi materi pembelajaran terkait keragaman yang terkait dengan pengalaman siswa, seperti suku, ras, serta budaya. Hal senada disebutkan dalam (Gay & Mary, 1999) yang menunjukkan bahwa pendidikan seperti itu telah melibatkan siswa yang beragam secara etnis yang melakukan kontrol yang tulus atas proses pembelajaran mereka sendiri, serta menggabungkan pengalaman pribadi ke dalam pembelajaran formal mereka, mengkritik masyarakat saat ini atas ketidakadilan sosial, dan membayangkan dapat membangun masyarakat yang lebih adil.Â
Adapun ilmu-ilmu sosial yang sering ditawarkan di sekolah menurut Shaver dalam (Ngatiyem, 2017) seperti geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Mata pelajaran tersebut harus diajarkan menurut struktur dan metode berpikir ilmuan sosial. ilmu-ilmu disekolah merupakan penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial untuk tujuan pendidikan. Berikut beberapa klasifikasi sumber belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang berasal dari ilmu-ilmu sosial, yaitu:
Sosiologi
Sosiologi pada dasarnya merupakan studi tentang hubungan individu dengan institusi sosial dengan subjeknya yang beragam, mulai dari budaya, agama, kejahatan, keluarga, kelas sosial sampai perubahan di masyarakat. Beragam subjek studi ini adalah tujuan sosiologi untuk memahami bagaimana tindakan dan kesadaran manusia membentuk dan dibentuk oleh struktur budaya dan sosial di sekitarnya. Dalam (Kuntari, 2019) konsep dalam sosiologi meliputi interaksi sosial, status sosial, terkait Suku, ras, konflik sosial , serta konsep-konsep lain yang terkait dengan bidang Sosiologi.
Sosiologi sebagai bidang studi memiliki daya tarik tersendiri ketika menjelaskan hal-hal penting dalam kehidupan individu dalam menyelidiki sebab dan akibat sosial seperti identitas ras dan gender. Â Sedangkan pada tingkat masyarakat, sosiologi mengkaji dan menjelaskan hal-hal seperti kejahatan, hukum dan norma, miskin-kaya, Â diskriminasi, bahkan kurikulum. Siswa yang telah terlatih dalam sosiologi akan tahu bagaimana berpikir kritis tentang kehidupan sosial manusia, dan bagaimana mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari rasa penasaran terhadap suatu gejala sosial. Â Selain itu, ditingkat yang lebih tinggi, siswa tahu bagaimana merancang projek penelitian sosial yang baik, dengan menganalisis data empiris, serta menyimpulkan hasil temuannya.
Dari hasil temuan, siswa akan tahu bagaimana membantu memahami cara kerja dunia sosial dan bagaimana hal itu dapat diubah menjadi lebih baik. Seperti dikutip dalam (Sylvia, dkk. 2019) pembelajaran sosiologi memiliki tujuan untuk menumbuhkan kualitas berpikir yang mampu mendorong keterlibatan peserta didik dalam dunia publik. Partisipasi ke dalam dunia publik itulah yang diharapkan bagi siswa yang menempuh pembelajaran sosiologi agar siswa tidak merasa sudah selesai dengan dirinya, sehingga mereka akan terus mengeksplorasi dan mengembangkan diri di masyarakat.
Sejarah