Mohon tunggu...
Pricilla Pascadeany Frelians
Pricilla Pascadeany Frelians Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Pascasarjana Magister Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembelajaran Bahasa Lokal, Resistensi Terhadap Globalisasi

12 Desember 2017   23:27 Diperbarui: 12 Desember 2017   23:59 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Menilik tentang masyarakat modern, ada dua aspek penting dari masyarakat modern yang selalu menjadi pembahasan yaitu globalisasi dan kebijakan sosial. Globalisasi mengacu pada  proses di mana jarak geografis menjadi faktor yang kurang penting dalam pembentukan dan pengembangan hubungan politik dan sosial budaya lintas batas (Yeates, 2005). 

Globalisasi tentu bersinggungan dengan banyak aspek yang tidak hanya pada aspek ekonomi, tetapi juga pada aspek politik, teknologi bahkan interaksi kultural yang mencakup standarisasi, komunikasi, transportasi, perdagangan dan imigrasi (Heshmati dalam Bhatasara, 2013).

 Adanya globalisasi yang meleburkan batas-batas negara dan kemajuan teknologi juga menjadikan persebaran arus informasi antarnegara menjadi lancar dan mudah diakses di mana saja dan kapan saja. Salah satunya adalah persebaran informasi terkait kebudayaan yang baik secara sadar maupun tidak sadar diperoleh oleh masyarakat di era globalisasi. 

Maksudnya, informasi terkait budaya dapat diperoleh secara sadar oleh masyarakat yang mencari tahu tentang kebudayaan suatu negara atau daerah dan juga diperoleh secara tidak sadar lewat informasi yang terselip konten budaya dalam bentuk musik, film, iklan, dan artikel. 

Sebagai contoh, kebebasan dan mudah diaksesnya film-film, serial drama, lagu K-Pop, bahkan berita infotainment pekerja industri hiburan Korea Selatan secara tidak sadar memberi informasi terkait bagaimana budaya masyarakat korea mulai dari budaya berdialog dengan orang yang lebih tua hingga budaya kuliner masyarakat korea. Jauh sebelum industri hiburan korea booming, budaya negara maju seperti budaya fashionala Amerika juga dapat dilihat dan diperoleh lewat iklan, videoklip musik dan film yang dapat diakses dengan mudah lewat media terlebih kini lewat internet.

Sama halnya dengan aspek atau bidang lainnya, menilik globalisasi dalam aspek budaya juga memiliki tantangan dan masalah sosialnya sendiri. Budaya global tentu bukanlah hal yang dapat diterima dengan positif di seluruh dunia. Budaya global yang pada tulisan sini mengacu kepada budaya negara-negara inti tentu dapat dirasakan pengaruhnya oleh negara-negara di seluruh dunia. 

Tak jarang budaya global lebih berhasil merebut hati masyarakat dibandingkan budaya lokal di suatu negara. Tentu hal tersebut menjadi masalah bagi negara-negara berkembang yang memiliki keberagaman kebudayaan dan masyarakat multikultural. 

Kekhawatiran tentang dekulturasi budaya lokal mendorong munculnya aneka kebijakan sosial terkait budaya di negara-negara multikultural. Munculnya aturan-aturan yang memberi tempat untuk budaya lokal berkembang dan tetap hidup sesungguhnya merupakan letupan kecil perlawanan atau resitensi terhadap globalisasi.

Dalam tulisan ini penulis akan membahas mengenai pengaruh globalisasi dalam konteks lokal khususnya pada aspek bahasa. Secara khusus penulis menilik pendidikan bahasa lokal di Indonesia dalam tataran pendidikan formal. 

Kuatnya budaya global bagi negara-negara berkembang khususnya Indonesia tentu memunculkan aneka permasalahan, satu di antaranya adalah melemahnya kebudayaan negara tersebut. Sebelum melihat penanganan pemerintah negara Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya terhadap masalah yang muncul akibat adanya globalisasi, ada baiknya untuk melihat bagaimana pengaruh budaya global di Indonesia. Secara lebih spesifik tulisan ini mengajak untuk melihat pada aspek pendidikan bahasa asing dan pendidikan bahasa lokal di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun