Mohon tunggu...
Choirunnisa
Choirunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - mengurus rumah tangga

Thinking extrovert

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Freelance, Bukan Sekadar Fleksibilitas Semata

9 Oktober 2024   07:00 Diperbarui: 9 Oktober 2024   19:19 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital yang terus berkembang, pekerjaan freelance menjadi pilihan yang semakin populer di kalangan profesional. Alasan utamanya sering kali dikaitkan dengan fleksibilitas: kebebasan menentukan jam kerja, bekerja dari mana saja, dan memilih proyek sesuai minat. 

Namun, bekerja sebagai freelancer bukan hanya tentang fleksibilitas semata. Ada alasan lain yang mendasari pergeseran ini, yaitu keinginan untuk menghindari drama dan politik kantor, konflik antar rekan kerja, hingga tekanan sosial yang sering kali menurunkan produktivitas. 

Meski memiliki tantangan, banyak orang tetap memutuskan untuk menjalani karier sebagai freelancer demi ketenangan dan fokus yang lebih baik dalam bekerja.

Menghindari drama dan politik kantor

Lingkungan kantor tradisional sering kali penuh dengan dinamika sosial yang sulit dihindari. Drama antar karyawan, politik kantor, hingga persaingan yang tidak sehat bisa menjadi hal yang melelahkan dan merusak suasana kerja. 

Menurut survei dari Harvard Business Review, sebanyak 65% pekerja di perusahaan besar melaporkan bahwa politik kantor memengaruhi produktivitas mereka secara negatif . Konflik dengan atasan, perebutan posisi, hingga "perebutan perhatian bos" adalah hal yang sering ditemui dalam lingkungan kerja korporat.

Freelancer, di sisi lain, memiliki kendali penuh atas lingkungannya. Mereka bekerja secara mandiri tanpa perlu terjebak dalam drama antar rekan kerja atau konflik internal yang melelahkan. 

Menurut laporan dari Upwork, lebih dari 75% pekerja freelance merasa bahwa bekerja secara independen memberi mereka kontrol lebih besar atas pekerjaan dan lingkungan mereka, menghindari intrik politik dan dinamika kantor .

Bebas dari konflik antar rekan kerja

Di kantor, bekerja dalam tim bisa membawa manfaat kolaboratif, tetapi juga sering kali menimbulkan gesekan. Perselisihan dengan rekan kerja atau perbedaan cara kerja dapat memicu konflik. Sebuah penelitian menemukan bahwa konflik dengan rekan kerja merupakan salah satu penyebab utama stres di tempat kerja .

Sebagai freelancer, interaksi dengan kolega sangat minim, bahkan terkadang tidak ada sama sekali. Freelancer lebih sering berinteraksi dengan klien, dan hubungan tersebut biasanya bersifat profesional dengan fokus pada hasil kerja. 

Hal ini meminimalkan risiko gesekan personal dan konflik antar kolega. Freelancer memiliki kebebasan untuk menentukan dengan siapa mereka bekerja, sehingga dapat memilih proyek dan klien yang sesuai dengan visi dan nilai pribadi mereka.

Ilustrasi seorang freelancer sedang work from home, fokus tanpa gangguan. Foto: freepik.com/Wiroj Sidhisoradej 
Ilustrasi seorang freelancer sedang work from home, fokus tanpa gangguan. Foto: freepik.com/Wiroj Sidhisoradej 

Fokus tanpa gangguan

Pekerja freelance sering kali melaporkan bahwa mereka bisa bekerja dengan lebih fokus dan produktif tanpa gangguan dari lingkungan sekitar. Di kantor, banyak pekerja merasa terganggu oleh suasana yang ramai, percakapan rekan kerja, atau rapat yang tidak relevan. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecil di tempat kerja dapat menurunkan produktivitas hingga 40%.

Dengan bekerja sebagai freelancer, seseorang dapat mengatur lingkungan kerjanya sesuai dengan kebutuhan. Tidak ada kewajiban menghadiri rapat yang tidak relevan atau terganggu oleh hiruk-pikuk aktivitas kantor. Freelancer dapat menciptakan ruang kerja yang tenang dan nyaman sehingga dapat fokus pada pekerjaan mereka.

Tantangan dalam menjadi freelancer

Meskipun ada banyak keuntungan, pekerjaan freelance juga memiliki tantangan yang tidak bisa diabaikan. Salah satu tantangan terbesar adalah ketidakpastian pendapatan. 

Tidak seperti karyawan tetap yang menerima gaji rutin setiap bulan, freelancer sering kali harus menghadapi periode di mana proyek sedikit atau tidak ada sama sekali. 

Selain itu, sebagai freelancer, seseorang harus menangani semua aspek pekerjaan sendirian. Tidak ada tim HR yang mengurus administrasi, tidak ada rekan IT yang siap membantu saat terjadi masalah teknis, dan tidak ada divisi keuangan yang mengelola pajak. Freelancer harus mampu menangani semua ini sendiri, mulai dari pencarian klien, manajemen waktu, hingga administrasi keuangan.

Namun, meskipun tantangan ini ada, banyak freelancer yang merasa bahwa kelebihannya jauh lebih berharga. Dalam survei yang sama dari Upwork, lebih dari 60% freelancer menyatakan bahwa mereka lebih puas dengan pekerjaan mereka dibandingkan ketika bekerja dalam struktur korporat .

Kelebihan yang tak bisa dipungkiri

Selain kebebasan menentukan jam kerja dan lokasi, banyak freelancer juga merasa bahwa pekerjaan ini memberikan keseimbangan hidup yang lebih baik. 

Freelancer tidak harus terikat dengan jam kerja 9-to-5 yang kaku, dan mereka memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Hal ini menjadi nilai tambah yang sangat dihargai, terutama bagi mereka yang memiliki keluarga atau hobi yang ingin tetap dijalani tanpa harus mengorbankan karier.

Bagi sebagian orang, bekerja dalam struktur korporat yang kaku dengan berbagai tekanan sosial tidak lagi sesuai dengan nilai hidup yang mereka anut. 

Mereka memilih jalur freelance untuk menciptakan keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi, tanpa harus terseret dalam persaingan atau politik kantor yang sering kali memengaruhi kesehatan mental. 

Freelance memungkinkan mereka untuk bekerja dengan tenang, fokus, dan lebih mandiri, menciptakan keseimbangan hidup yang sulit dicapai dalam struktur korporat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun