Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita terjebak dalam pola pikir yang melihat segala sesuatu dalam dua ekstrem---baik atau buruk, hitam atau putih---tanpa ada ruang untuk nuansa.Â
Pola pikir ini, yang dikenal sebagai black and white thinking, dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan kita, mulai dari hubungan pribadi hingga kinerja di tempat kerja. Artikel ini akan membahas bagaimana pola pikir ini muncul, dampaknya, serta cara mengatasinya dengan pendekatan yang efektif.
Apa Itu Black and White Thinking?
Black and white thinking adalah pola berpikir di mana individu melihat situasi, orang, atau keputusan dalam kategori ekstrem, tanpa mempertimbangkan spektrum abu-abu yang ada di antara keduanya.Â
Misalnya, seseorang yang berpikir dengan pola ini mungkin merasa bahwa mereka harus sempurna atau dianggap gagal sepenuhnya jika tidak mencapai standar tinggi yang mereka tetapkan. Pola pikir ini sering dikaitkan dengan gangguan mental seperti depresi dan gangguan kepribadian borderline (Beck, 1976; Beck, 2011).
Contoh Pola Pikir Black and White dalam Kehidupan Sehari-Hari
Pola pikir ini dapat muncul dalam berbagai situasi. Di dunia akademis atau profesional, seorang pelajar atau pekerja mungkin merasa bahwa hanya ada dua pilihan: berhasil dengan sempurna atau gagal total.Â
Misalnya, "Jika saya tidak mendapatkan nilai A di semua mata pelajaran, maka saya adalah seorang gagal total."Â
Dalam hubungan sosial, seseorang mungkin berpikir, "Jika teman saya tidak membalas pesan saya segera, berarti mereka tidak peduli dengan saya."
Dampak pada Kehidupan Sosial
Pola pikir black and white dapat memengaruhi hubungan sosial secara signifikan. Dalam konteks hubungan pribadi, misalnya, seseorang mungkin melihat teman atau pasangan sebagai sepenuhnya baik atau buruk, tanpa mempertimbangkan kompleksitas dari hubungan tersebut.Â
Ini dapat menyebabkan konflik yang tidak perlu dan kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis (Wright, 2020).Â
Di tempat kerja, black and white thinking dapat menghambat kemampuan individu untuk beradaptasi dengan perubahan dan menerima umpan balik konstruktif, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kinerja dan dinamika tim (Meyer, 2019).