Mohon tunggu...
Choirunnisa
Choirunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - mengurus rumah tangga

Thinking extrovert

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mengapa Mengakhiri Hubungan Toxic Terasa Begitu Sulit: Penjelasan Psikologis dan Sosial

4 September 2024   17:13 Diperbarui: 4 September 2024   17:21 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Mengakhiri Hubungan Toxic Terasa Begitu Sulit: Penjelasan Psikologis dan Sosial

Mengakhiri hubungan yang dinilai "toxic" atau beracun adalah keputusan yang sering kali diwarnai dengan perasaan kompleks dan dilema emosional. 

Menurut Dr. Lillian Glass dalam bukunya "Toxic People: 10 Ways of Dealing with People Who Make Your Life Miserable" (2008), hubungan toxic adalah interaksi yang penuh dengan manipulasi, dominasi, dan perilaku yang merugikan secara emosional. 

Ciri-ciri umum hubungan toxic termasuk kurangnya dukungan emosional, kritik berlebihan, dan pengabaian kebutuhan pasangan.

Meski banyak orang tahu bahwa hubungan tersebut tidak sehat, kenyataannya tidak selalu mudah untuk melepaskan diri. Mengapa demikian? Artikel ini mengeksplorasi alasan mendalam di balik kesulitan ini melalui perspektif psikologis dan sosial.

1. Ketergantungan Emosional dan Psikologis

Ketergantungan emosional adalah salah satu penghalang terbesar dalam mengakhiri hubungan toxic. 

Menurut Dr. Jennifer Smith, psikolog klinis, ketergantungan ini sering kali berkembang ketika individu merasa bahwa hubungan tersebut adalah satu-satunya sumber dukungan dan kebahagiaan mereka. 

"Ketika seseorang merasa tidak dapat hidup tanpa pasangan mereka, meskipun hubungan tersebut merugikan, rasa ketergantungan ini akan memperkuat keengganan untuk mengakhiri hubungan," jelas Dr. Smith.

Perasaan terjebak dan tidak berdaya sering kali membuat individu merasa tidak ada pilihan lain selain bertahan dalam hubungan yang merusak.

2. Manipulasi dan Gaslighting

Manipulasi dan gaslighting adalah teknik umum yang digunakan dalam hubungan toxic untuk mempertahankan kontrol. 

Dr. Michael Rosen, seorang ahli terapi perilaku, menjelaskan, "Gaslighting menciptakan keraguan pada persepsi dan kenyataan seseorang, membuat mereka merasa tidak yakin dengan keputusan mereka sendiri. Hal ini secara signifikan menghambat kemampuan mereka untuk mengakhiri hubungan."

3. Tekanan Sosial dan Kultural

Tekanan dari lingkungan sosial dan norma kultural juga berperan besar dalam kesulitan mengakhiri hubungan toxic. 

Dalam banyak budaya, ada harapan sosial dan norma yang mengharuskan seseorang untuk mempertahankan hubungan, terlepas dari kondisinya. 

Dr. Karen Harrison, seorang sosiolog, mencatat bahwa, "Tekanan dari keluarga, teman, dan masyarakat sering kali membuat individu merasa terpaksa untuk bertahan dalam hubungan yang tidak sehat demi memenuhi ekspektasi sosial."

4. Harapan untuk Perubahan

Harapan untuk perubahan sering kali membuat seseorang bertahan dalam hubungan toxic lebih lama dari yang seharusnya. 

Dr. Laura Martin dari Journal of Relationship Research menyatakan, "Banyak orang terjebak dalam siklus harapan, terutama jika hubungan dimulai dengan masa-masa bahagia. 

Janji-janji perubahan dari pasangan dapat memperpanjang penderitaan dan membuat keputusan untuk berpisah menjadi semakin sulit."

5. Rasa Bersalah dan Tanggung Jawab

Rasa bersalah dan tanggung jawab terhadap pasangan, terutama jika mereka menghadapi kesulitan pribadi, adalah faktor lain yang membuat sulit mengakhiri hubungan toxic. 

Dr. Amanda Taylor, seorang psikolog klinis, menjelaskan, "Rasa bersalah dapat muncul jika seseorang merasa bahwa perpisahan akan menambah beban emosional atau kesulitan bagi pasangan mereka. Ini sering kali menghambat keputusan untuk mengakhiri hubungan."

6. Ketidakpastian Masa Depan

Ketidakpastian mengenai masa depan setelah perpisahan adalah hambatan signifikan lainnya. 

Dr. Maria Garcia, seorang ahli psikologi, mencatat, "Ketidakpastian finansial, sosial, dan emosional sering kali membuat individu takut menghadapi perubahan yang akan datang setelah perpisahan. Ketidakpastian ini sering kali membuat mereka enggan untuk mengambil langkah yang diperlukan."

Langkah-Langkah untuk Mengatasi Kesulitan

1. Mencari Dukungan

Salah satu langkah penting untuk keluar dari hubungan toxic adalah mencari dukungan. Ini bisa berupa berbicara dengan teman terpercaya, keluarga, atau seorang profesional. 

Dukungan eksternal dapat membantu memberikan perspektif yang lebih objektif dan dorongan untuk bertindak.

2. Membuat Rencana dan Mengatur Tujuan

Membuat rencana konkret dan menetapkan tujuan untuk perpisahan dapat membantu mengatasi ketidakpastian dan ketakutan. 

Memikirkan langkah-langkah yang perlu diambil dan bagaimana cara mengatasi tantangan yang mungkin muncul dapat membuat proses perpisahan lebih terstruktur dan kurang menakutkan.

3. Membangun Kembali Harga Diri

Mengambil waktu untuk membangun kembali harga diri dan kepercayaan diri setelah keluar dari hubungan toxic adalah langkah penting. 

Aktivitas yang memperkuat harga diri, seperti terapi atau hobi yang menyenangkan, dapat membantu individu merasa lebih kuat dan lebih siap untuk hubungan yang lebih sehat di masa depan.

Penelitian oleh Dr. Patricia Evans dalam "The Verbally Abusive Relationship" (2006) menunjukkan bahwa individu dalam hubungan toxic sering mengalami penurunan harga diri dan gangguan mental yang membuat mereka merasa tidak mampu untuk mengakhiri hubungan tersebut. 

Kasus-kasus di mana individu berhasil keluar dari hubungan toxic sering kali melibatkan dukungan dari teman, keluarga, atau terapis yang dapat memberikan perspektif luar dan dorongan untuk bertindak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun