Mohon tunggu...
Choirunnisa
Choirunnisa Mohon Tunggu... Freelancer - mengurus rumah tangga

Thinking extrovert

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pengaruh Jumlah Barang di Rumah dengan Tingkat Stres Seseorang

8 Agustus 2024   11:24 Diperbarui: 9 Agustus 2024   14:13 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah dengan minim barang (minimalis). Foto: Freepik

Pengaruh Jumlah Barang di Rumah dengan Tingkat Stres Seseorang

Pernahkah Anda merasa kewalahan dengan tumpukan barang di rumah? Atau mungkin merasa lebih tenang ketika rumah dalam kondisi yang bersih dan minimalis? Jika iya, Anda tidak sendirian. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah barang di rumah dapat berdampak signifikan pada tingkat stres seseorang.

Mengapa Banyak Barang Bisa Menyebabkan Stres?

  1. Ketidaknyamanan Visual dan Fisik:

    • Ruang terbatas: Rumah yang penuh sesak membuat sulit untuk bergerak bebas dan dapat menimbulkan perasaan terkurung.
    • Gangguan fokus: Tumpukan barang yang tidak teratur dapat mengalihkan perhatian dan mengganggu konsentrasi.
    • Debu dan alergen: Banyaknya barang juga berarti lebih banyak permukaan yang perlu dibersihkan, meningkatkan risiko terkena alergi dan masalah pernapasan.
  2. Beban Psikologis:

    • Perasaan bersalah: Merasa bersalah karena tidak bisa membuang barang-barang yang dianggap berharga, meskipun tidak lagi digunakan.
    • Ketidakpastian: Sulit menemukan barang yang dibutuhkan karena tidak tertata dengan baik.
    • Stres kronis: Merasa kewalahan dengan tugas rumah tangga yang terus-menerus dan tidak pernah selesai.
  3. Pengeluaran yang Tidak Perlu:

    • Konsumtivisme: Tergoda untuk membeli barang-barang baru, meskipun tidak benar-benar dibutuhkan.
    • Biaya penyimpanan: Membutuhkan tempat penyimpanan tambahan untuk menampung semua barang.

Penelitian tentang Jumlah Barang dan Tingkat Stres

Hubungan antara jumlah barang yang dimiliki seseorang dan tingkat stres yang mereka alami telah menjadi subjek berbagai penelitian dalam bidang psikologi dan studi perilaku. 

Buku "Goodbye, Things: Hidup Minimalis Ala Orang Jepang" oleh Fumio Sasaki menyajikan pengalaman pribadi penulis yang mendukung temuan-temuan dari penelitian-penelitian tersebut.

Penelitian tentang Jumlah Barang dan Tingkat Stres

  1. Penelitian oleh UCLA (University of California, Los Angeles): Sebuah studi yang dilakukan oleh Center on Everyday Lives and Families (CELF) di UCLA menemukan bahwa rumah dengan banyak barang dan kekacauan dikaitkan dengan peningkatan kadar kortisol (hormon stres) pada penghuni rumah. Penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan yang penuh sesak dengan barang-barang dapat meningkatkan stres dan kecemasan, terutama pada wanita.

  2. Studi oleh Princeton University: Penelitian di Princeton University Neuroscience Institute menunjukkan bahwa kekacauan di lingkungan kerja atau rumah dapat mengganggu kemampuan untuk fokus dan memproses informasi. Lingkungan yang penuh dengan barang-barang membuat otak kesulitan untuk berkonsentrasi, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat stres .

  3. Penelitian oleh Cornell University: Studi yang dilakukan oleh Cornell University menemukan bahwa lingkungan yang teratur dan bebas dari kekacauan dapat meningkatkan kesejahteraan mental. Penelitian ini menunjukkan bahwa ruang yang bersih dan teratur membantu mengurangi stres dan meningkatkan rasa kontrol dan kesejahteraan .

Ilustrasi buku goodbye things, hidup minimalis ala orang jepang karya Fumio Sasaki. Foto: Dokumen pribadi/Choirunnisa
Ilustrasi buku goodbye things, hidup minimalis ala orang jepang karya Fumio Sasaki. Foto: Dokumen pribadi/Choirunnisa

Dalam "Goodbye, Things," Fumio Sasaki membahas bagaimana hidup minimalis telah membantu mengurangi tingkat stresnya secara signifikan. Pengalaman pribadi Sasaki sangat relevan dengan temuan-temuan di atas. Berikut beberapa poin dari buku yang mendukung hubungan antara jumlah barang dan tingkat stres:

  1. Pengurangan Stres Melalui Decluttering: Sasaki menggambarkan bagaimana proses mengurangi barang-barang yang tidak perlu (decluttering) membantunya merasa lebih ringan dan bebas dari beban mental. Ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa lingkungan yang bersih dan teratur dapat menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan kesejahteraan mental.

  2. Peningkatan Fokus dan Produktivitas: Sasaki mencatat bahwa dengan memiliki lebih sedikit barang, ia dapat lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidupnya. Ini mendukung temuan dari Princeton University yang menyatakan bahwa kekacauan mengganggu kemampuan untuk fokus dan memproses informasi.

  3. Rasa Kontrol dan Kebebasan: Salah satu manfaat terbesar yang dirasakan Sasaki setelah mengadopsi hidup minimalis adalah meningkatnya rasa kontrol dan kebebasan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Cornell University, yang menunjukkan bahwa lingkungan yang teratur dapat meningkatkan rasa kontrol dan kesejahteraan.

Ilustrasi decluttering. Foto: Freepik
Ilustrasi decluttering. Foto: Freepik

Bagaimana Cara Mengatasi Stres Akibat Banyak Barang?

Stres akibat banyak barang, atau yang sering disebut dengan clutter, memang bisa sangat mengganggu pikiran dan aktivitas sehari-hari. Untungnya, ada banyak cara efektif untuk mengatasinya. Berikut beberapa tips yang bisa Anda coba:

1. Identifikasi Sumber Stres

  • Tentukan area yang paling berantakan: Apakah itu lemari pakaian, meja kerja, atau ruang tamu?
  • Cari tahu penyebabnya: Apakah Anda sulit membuang barang, terlalu banyak membeli, atau tidak punya sistem penyimpanan yang baik?

2. Buat Rencana yang Realistis

  • Mulai dari yang kecil: Jangan langsung ingin membersihkan seluruh rumah dalam satu hari.
  • Bagi tugas menjadi beberapa tahap: Misalnya, hari ini membersihkan lemari pakaian, besok membersihkan meja kerja.
  • Tetapkan waktu yang spesifik: Misalnya, membersihkan selama 30 menit setiap hari.

3. Bersihkan dan Rapihkan

  • Keluarkan semua barang: Letakkan di atas tempat tidur atau lantai agar lebih mudah dilihat.
  • Pisahkan menjadi tiga tumpukan: Simpan, sumbangkan, atau buang.
  • Jangan ragu untuk membuang: Jika sudah lama tidak digunakan atau tidak memberikan kebahagiaan, sebaiknya dibuang.
  • Gunakan sistem penyimpanan yang efisien: Gunakan kotak, rak, atau lemari dengan label yang jelas.

4. Minimalkan Pembelian

  • Buat daftar sebelum belanja: Hanya beli barang yang benar-benar dibutuhkan.
  • Pertimbangkan kualitas daripada kuantitas: Pilih barang yang tahan lama dan fungsional.
  • Hindari membeli barang impulsif: Tunggu beberapa hari sebelum memutuskan untuk membeli.

5. Ubah Pola Pikir

  • Nikmati prosesnya: Membersihkan dan merapikan bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan.
  • Fokus pada apa yang Anda miliki: Syukuri barang-barang yang masih berfungsi dengan baik.
  • Jangan takut pada ruang kosong: Ruang yang bersih dan teratur bisa memberikan ketenangan.

Ilustrasi rumah dengan minim barang (minimalis). Foto: Freepik
Ilustrasi rumah dengan minim barang (minimalis). Foto: Freepik

Hidup Minimalis

Gaya hidup minimalis memiliki banyak manfaat kesehatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. 

Berikut beberapa manfaat kesehatan utama dari gaya hidup minimalis:

  1. Mengurangi Stres dan Kecemasan: Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan yang berantakan dapat meningkatkan kadar kortisol, hormon stres utama dalam tubuh. Dengan mengurangi barang dan menjaga lingkungan tetap rapi, Anda dapat menurunkan tingkat stres dan kecemasan.

  2. Meningkatkan Kualitas Tidur: Lingkungan yang bersih dan teratur dapat membantu menciptakan suasana yang lebih tenang dan nyaman untuk tidur. Tidur yang berkualitas sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental.

  3. Meningkatkan Fokus dan Produktivitas: Dengan lebih sedikit barang yang mengganggu, otak Anda dapat lebih mudah fokus pada tugas-tugas penting. Ini dapat meningkatkan produktivitas dan kemampuan untuk memproses informasi.

  4. Meningkatkan Kesehatan Fisik: Rumah yang minimalis lebih mudah dibersihkan, sehingga mengurangi debu dan alergen yang dapat mempengaruhi kesehatan pernapasan. Selain itu, gaya hidup minimalis sering kali mendorong kebiasaan hidup sehat lainnya, seperti olahraga dan pola makan yang lebih baik.

  5. Meningkatkan Kesejahteraan Mental: Gaya hidup minimalis dapat membantu Anda merasa lebih puas dan bahagia dengan apa yang Anda miliki, serta lebih menghargai momen saat ini. Ini dapat meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan.

  6. Mengurangi Risiko Penyakit Kronis: Dengan mengurangi stres dan meningkatkan kualitas tidur, gaya hidup minimalis dapat membantu menurunkan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi.

  7. Meningkatkan Hubungan Sosial: Lingkungan yang rapi dan teratur dapat membuat Anda merasa lebih nyaman untuk mengundang teman dan keluarga ke rumah, sehingga meningkatkan hubungan sosial dan dukungan emosional

  8. Lebih menghargai apa yang dimiliki: Dengan memiliki lebih sedikit barang, Anda akan lebih menghargai setiap barang yang Anda miliki.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Intinya, jumlah barang di rumah dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental dan emosional kita. Dengan melakukan decluttering dan menerapkan gaya hidup minimalis, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bahagia.

Tips Tambahan:

  • Libatkan anggota keluarga: Jika tinggal bersama, libatkan semua anggota keluarga dalam proses pembersihan.
  • Cari dukungan: Bicarakan dengan teman atau keluarga tentang perasaan Anda.
  • Jangan menyerah: Membangun kebiasaan baru membutuhkan waktu.

Penafian: Informasi ini bersifat umum dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran medis. Jika Anda mengalami stres yang parah, sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun