"Aku lagi malas aja keluarin motor. Kebetulan abangku tadi mau pinjam." Aku berbohong. Tepatnya, aku sedang malas untuk mengeluarkan uang hari ini.
Akhirnya, kami menghabiskan waktu di Kafe Bintang yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Ingin sekali aku lepas darinya. Bukan aku tidak pernah mencoba, bahkan sudah dua kali aku minta putus. Namun, kenyataannya dia makin posesif dengan mengancam akan minum ra-cun serangga di hadapanku.
Barangkali bagi Lexi aku hanya perempuan bodoh yang haus perhatian karena selalu menuruti keinginannya. Lexi tidak tahu saja, selama ini aku bertahan dengannya semata-mata hanya ingat kebaikan dirinya ketika menolongku dalam kecelakaan itu.
Pada akhirnya, Mama tahu kalau aku masih berhubungan dengan Lexi dan memberikan sebuah pilihan, jika aku tidak putus darinya Mama tidak akan mengizinkanku melanjutkan kuliah di Bandung.
Keinginan terbesarku sejak tamat sekolah kejuruan memang ingin sekali melanjutkan kuliah di Kota Kembang. Pekerjaanku sebagai karyawan tidak mematahkan keinginanku untuk melanjutkan sekolah lagi. Maka dari itu, pertemuan kali ini aku bertekad akan memutuskan hubungan.
"Lex, minggu depan aku resign kerja mau lanjut kuliah di Bandung. Jadi... kita putus aja, ya?" pintaku.
"Bagus dong Lyn, nanti aku bisa main ke Bandung. Buat apa juga kita putus?" tegasnya.
"Aku nggak mau Lex pacaran jarak jauh. Lagi pula aku mau fokus kuliah," ucapku.
"Jangan-jangan kamu udah punya pacar baru, ya, di Bandung? Atau Mamah kamu memang sengaja mau pisahin kita, Lyn." Lexi masih dengan pendiriannya.
"Ya nggaklah! Terserah kamu ajah, Lex! Aku lagi males ribut." Aku sudahi dengan cepat, percuma saja berdebat dengannya yang ada malah nanti urusannya makin rumit.
***